Bukit Lawang adalah desa wisata kecil di sepanjang pinggiran Sungai Bahorok. Tempat ini juga sebagai pintu utama menuju Taman Nasional Bukit Leuser dari sisi Timur. Jaraknya 80 Km dari pusat kota Medan dan jika berkendara mobil membutuhkan waktu tempuh sekitar 3 jam.
Kami di jemput di Kota Medan jam 5 pagi. Kami memang minta di jemput dari Bukit Lawang pagi-pagi sekali. Kami pikir pasti suasananya masih sepi dan enak dilewati. Jalan menuju Bukit Lawang tidak terlalu besar, tetapi di aspal halus. Jadi tidak perlu khawatir mengenai kondisi jalanannya.
Selepas daerah perkotaan, suasananya mulai asri dan enak dilihat mata. Mobil yang lewat juga jarang, terkadang hanya minibus kecil sebagai sarana transportasi umum penduduk. Foto di atas adalah ketika kami melewati jalan dengan latar belakang Bukit Barisan.
Mendekati wilayah Bukit Lawang, mulai tampak jejeran pohon kelapa sawit. Ternyata di lokasi sekitar Bukit Lawang dijadikan lokasi resmi perkebunan kelapa sawit. Padahal daerah ini dikelilingi wilayah konservasi. Selain perkebunan sawit yang dikelola oleh PTPN, terdapat juga perkebunan yang dikelola swasta lainnya.
Entah berapa ribu hektar tanah yang digunakan untuk perkebunan. Padahal perubahan alih fungsi menjadi perkebunan bisa menyebabkan pemanasan global. Selain itu, daya serap air yang dibutuhkan oleh satu pohon kelapa sawit bisa sampai sekitar 30 liter perhari. Imbasnya akan menurunkan permukaan tanah.
Perkebunan Kelapa Sawit menuju Pintu Masuk Bukit Lawang
Sampai di Bukit Lawang jam 8 kurang. Suasananya masih sepi. Di pinggir jalan melewati pintu masuk Bukit Lawang berdiri tempat makan dan tempat hiburan sederhana (pengen tahu juga sih tempat dugem di sana kayak apa?). Karena pemandu lokal kami belum selesai mandi, kami manfaatkan dulu untuk mengambil foto-foto dari lokasi yang direncanakan akan menjadi terminal. Memang dari tempat ini lokasinya sangat indah.
Bukit dan pepohonan terlihat dari kejauhan
Burung-burung bebas berterbangan
Tidak lama menunggu, kami bertemu pemandu di sebuah warung makan. Di tempat ini adalah titik awal kami menjelajahi Bukit Lawang. Sisi belakang warung langsung berada di pinggir Sungai Bahorok. Wuih airnya jernih. Beda kayak sungai di Jakarta.
Bukit Lawang di Pagi Hari
Biasanya orang yang berkunjung ke Bukit Lawang tujuan utamanya adalah untuk melihat Orangutan. Sampai nama jalan di sini dinamakan Jalan Orangutan. Makanya pak sopir taksi kemarin bilang ke Bukit Lawang untuk cocok muka....yang ternyata menyamakan muka dengan Orangutan hahaha. Sementara saya ke Bukit Lawang tujuannya hanya satu, yaitu berenang di sungai. Sebagai orang kota, saya sudah bosan melihat sungai-sungai kotor dan bau di Jakarta. Intinya, saya ingin bisa berenang secara alami dikelilingi pepohonan hijau kayak film-film di luar negeri. Pilihannya langsung jatuh ke Bukit Lawang.
Briefing sebentar, lalu siap-siap. Jangan lupa bawa air minum karena katanya perjalanannya lumayan jauh. Siap semua langsung start jalan santai. Sambil lihat-lihat kiri-kanan, memperhatikan penginapan-penginapan sederhana berbentuk cottage. Menurut pemandu kami, saat ini mereka tidak lagi membangun penginapan terlalu permanen karena sebelumnya pada tahun 2003, banjir bandang besar terjadi di Bukit Lawang. Selain korban jiwa, banyak bangunan yang hancur. Sehingga mereka merubah arsitektur bangunan menjadi ramah lingkungan.
Salah satu penginapan yang ada di Bukit Lawang
Tarif penginapan mulai dari 50.000-300.000 rupiah, relatif tidak terlalu mahal jika dilihat dari lokasinya yang strategis menghadap sungai. Yang paling juara adalah menghabiskan hari dengan bersantai di hammock/tempat tidur gantung. Hammock–hammock ini biasanya disediakan oleh pihak penginapan di setiap kamarnya.
Di Bukit Lawang binatang liar hidup dengan bebas terutama burung dan beberapa jenis monyet. Jangan kaget jika ada monyet bergelantungan di atas kepala kita. Berbeda dengan manusia, mereka tidak akan mengganggu jika tidak diganggu.
Thomas Leaf Monkey bergelayutan di Bukit Lawang
Pohon-pohon rindang yang asri
Kalau ingin membeli cinderamata, di Bukit Lawang ada toko-toko yang menjual patung Orangutan, t-shirt dengan desain yang mewakili Bukit Lawang, suvenir dan barang menarik lainnya. Sayang, saya kemarin tidak sempat balik ke pusat penjualan cinderamata karena takut kemalaman pulang ke Medan. Kredit foto : Erwin Oktiano dan Fina
Cocok muka di Bukit Lawang
Alamat : Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Lokasi GPS : Bukit Lawang 3.5470457, 98.12675, Waze. Aktivitas : Treking, Berenang, Main Kayak, Main Tubing di Sungai Bahorok, Jalan ke Gua Kelelawar. Transportasi : dari pusat kota Medan naik angkot/ betor / taksi ke Terminal Bus Pinang Baris, naik Bus Pembangunan Semesta (PS) jurusan Bukit Lawang. Kemudian turun di Terminal Bus Gotong Royong. Pintu masuk Bukit Lawang kira-kira 1 Km dari Terminal Bus Gotong Royong (bisa masuk dengan berjalan kaki atau naik betor). Rujukan : Hotel di Medan, Tempat Wisata di Medan, Peta Wisata Medan, Kuliner di Medan.Diubah: Juni 30, 2018.Label: Cagar Alam, Fina Hastuti, Gunung, Langkat, Sumatera Utara, Taman Nasional
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.