Sebelum masuk Taman Nasional Gunung Leuser, kami menyeberang dengan perahu karet yang biasa dipakai sebagai perahu arung jeram. Jaraknya sebenarnya tidak jauh. Tetapi karena terpisah oleh sungai yang beraliran agak deras, jadi memang harus menyeberang dengan perahu.
Kata teman yang dahulu bekerja di proyek konservasi, Orangutan di Kalimantan berbeda dengan Orangutan di Sumatera. Diantaranya dari warna rambut yang cerah (warna burgundy, seperti trend warna rambut saat ini) dan juga kebiasaan Orangutan Sumaetra yang betah berada di atas pohon. Kalau Orangutan di Kalimantan rambutnya lebih gelap dan sesekali berjalan di tanah. Mungkin karena di Sumatera ada harimau jadi Orangutannya takut ada di bawah. Nah kalau Mina datang, yang takut saya.
Sebelum Naik Perahu Karet Menyeberangi Sungai Bahorok Untuk Masuk TN Gunung Leuser
Dari pintu masuk Taman Nasional Gunung Leuser, saya langsung suka dengan suasananya. Tamannya rapi dan bersih. Saya perhatikan di sekitaran kantornya hampir tidak ada sampah daun. Tidak jauh dari kantor ada dua buah kandang kosong berukuran sedang dan besar. Ternyata digunakan sebagai kandang Orangutan yang sebelumnya dipelihara oleh manusia dan akan dikembalikan ke alam liar.
Posko Taman Nasional Gunung Leuser
Kami tidak singgah di posko Taman Nasional Gunung Leuser, karena harus mengejar waktu makan di Orangutan feeding point. Dari sini jalanan sudah mulai menanjak. Foto di atas adalah Posko Depan Taman Nasional Gunung Leuser
Papan Panduan Sebelum Memasuki Taman Nasional Gunung Leuser
Sesi pemberian makan di Orangutan Feeding Point ada dua, jam 8.30 pagi dan jam 3 sore. Kegiatan ini sebenarnya terbuka untuk umum tidak membutuhkan pemandu, hanya membayar tiket (tiket orang dan kamera).
Sebaiknya sebelum datang ke feeding point, menghubungi pemandu setempat atau ranger dari dinas kehutanan yang ada di sini agar tidak tersasar mengingat lokasinya di dalam hutan.
Mayoritas Mahasiswa dan Turis Asing yang datang ke TN Gunung Leuser
Kami sampai pada waktu yang pas. Di Orangutan feeding point ternyata sudah ada beberapa turis. Orangutan yang akan diberi makan juga sudah datang. Ada Pesek, Sandra, Jacky. Mina yang paling agresif datang belakangan sambil menggendong anaknya. Selain Orangutan, banyak monyet ekor panjang berkeliaran.
Untuk alasan keamanan dan kesehatan kita harus berada dalam jarak kurang lebih 10 m dari keberadaan Orangutan. Orangutan secara genetik memiliki kesamaan dengan manusia. Karena itu antara manusia dan Orangutan tidak boleh terlalu dekat supaya tidak terjadi pertukaran penyakit. Orangutan harus dijaga supaya tetap sehat karena status konservasi Orangutan saat ini adalah critically endangered alias hampir punah.
Setiap Hari Orangutan Diberi Makan Ditempat Ini
Rutinitas pihak Taman Nasional Gunung Leuser memberi makan Orangutan setiap harinya, mungkin membuat Mina and the genk tidak bisa lagi disebut 100% hewan liar. Tetapi dengan alasan mempertahankan kelangsungan hidup mereka mungkin memang itu langkah yang baik. Asal pengunjung tidak ikut-ikutan kasih makan. Ingat! program memberi makan disini hanya boleh dilakukan oleh pihak Taman Nasional Gunung Leuser.
Gaya Orangutan berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain
Monyet Hidup Bebas di Taman Nasional Gunung Leuser
Kegiatan memberi makan di Orangutan Feeding Point ini kira-kira waktunya satu jam. Setelah ini, kita bisa kembali turun ke bawah. Jangan lupa bawa kembali barang bawaan agar tidak menjadi sampah di dalam hutan. Juga hindari merokok di dalam hutan agar hutan kita tidak habis terbakar. Buat yang mau trekking langsung lanjut berjalan ke atas Taman Nasional Gunung Leuser. Kredit foto : Erwin Oktiano dan Fina
Orangutan Feeding Point Taman Nasional Gunung Leuser
Alamat : Pintu masuk melalui Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Lokasi GPS : Bukit Lawang 3.5470457, 98.12675, Waze. Rujukan : Hotel di Medan, Tempat Wisata di Medan, Peta Wisata Medan, Kuliner di Medan.Diubah: Juni 30, 2018.Label: Fina Hastuti, Langkat, Orangutan, Sumatera Utara, Taman Nasional
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.