Agaknya menarik untuk mengetahui apa yang orang harap ketika mengunjungi museum. Meski alasannya beragam, namun mengunjungi museum adalah cara termurah untuk melihat dan menikmati koleksi langka dan sangat berharga yang bahkan uang pun orang tidak bisa membeli.
Karenanya mengambil foto koleksi museum sangat menyenangkan buat saya. Sebagian antusiasme untuk berkeliling museum akan hilang jika pengambilan foto ternyata tidak diperbolehkan di sana. Bisa jadi pelarangan pengambilan foto karena alasan keamanan atau untuk melindungi hak cipta. Namun di sisi lain, penerbitan foto juga akan membuat orang tertarik mengunjungi museum, tanpa pengelola museum membayar sepeser pun untuk biaya promosi.
Setelah melewati pos jaga dan membayar tiket masuk, pengunjung Agung Rai Museum of Art - ARMA akan menjumpai toko souvenir khas Bali, serta buku-buku yang berhubungan dengan seni. Berjalan melewati lorong di samping kolam terlihat bangunan Bale Daja seluas 3.300 meter persegi, yang merupakan salah satu dari dua gedung utama di kompleks yang penuh dengan pepohonan rindang dan bebungaan ini.
Agung Rai Museum of Art - ARMA dibangun di atas prinsip yang menggambarkan filosofi pendirinya, Agung Rai, yaitu kecintaan yang intens pada seni, pemeliharaan karya seni dan berbagi keindahannya dengan masyarakat luas. Koleksi lukisan ARMA sangat bervariasi mulai dari yang tradisional sampai kontemporer, seperti lukisan Kamasan klasik di atas kulit kayu oleh seniman Batuan antara tahun 1930 dan 1940, karya pelukis legendaris abad 19 dari Jawa Raden Saleh Syarif Bustaman, hasil karya para maestro seni dari Bali seperti I Gusti Nyoman Lempad, Ida Bagus Made, Anak Agung Gde Sobrat dan I Gusti Made Deblong.
Ada pula karya-karya pelukis berkebangsaan asing seperti Walter Spies, Willem Gerald Hofker, Rudolf Bonnet, Adrien Jean Le Mayeur de Merpres serta Willem Dooijwaard. Spies adalah seorang pelukis primitivist berkebangsaan Jerman kelahiran Rusia yang pada 1923 datang ke Pulau Jawa. Ia tinggal lebih dulu di Yogyakarta dan lalu menetap di Ubud sejak tahun 1927. Ia sering dipuji karena peranannya dalam menarik perhatian kalangan budayawan Barat terhadap budaya dan seni Bali. Dr. A.A. Madé Djelantik adalah Presiden Kehormatan dari the Walter Spies Society Germany.
Ada sebuah foto hitam putih yang menarik dari mendiang Dr. A.A. Madé Djelantik tengah dipamerkan di dalam Agung Rai Museum of Art - ARMA bersama dengan beberapa lukisan hasil karyanya, tidak jauh dari pameran karya-karya Walter Spies.
Di dalam ruang pamer ada sebuah bale atau bangku panjang terbuat dari kayu ukir tua yang indah dan antik. Agung Rai Museum of Art - ARMA menyajikan pameran tetap dan pameran sementara yang menampilkan lukisan dan seni instalasi karya para seniman Indonesia dan seniman berkebangsaan asing.
Agung Rai Museum of Art - ARMA yang didirikan di atas tanah cantik seluas empat hektar ini selesai dibangun pada tanggal 27 Desember 1989, namun secara resmi baru dibuka pada 9 Juni 1996. Museum ini dikelola oleh Yayasan ARMA.
Di bagian lain museum terdapat sebuah lukisan aliran ekspresionis ukuran besar tampak diapit dua lukisan yang lebih kecil di kanan-kirinya. Ruangan ini terlihat sangat anggun, ditambah dengan pengaturan pencahayaan yang sangat baik.
Pada bagian tengah sebuah dinding terdapat lukisan potret sepasang bangsawan Jawa berukuran besar diantara lukisan-lukisan lain yang lebih kecil. Lukisan ini menarik perhatian karena bisa menggambarkan dengan sangat baik karakter tokoh dan pakaiannya.
Keluar dari Bale Daja kami menuju ke Bale Dauh yang luasnya 1200 meter persegi, di bagian kanan kompleks Agung Rai Museum of Art - ARMA. Bangunan Bale Dauh juga berarsitektur khas Bali dan dikelilingi kebun yang teduh, kolam dan air mancur. Pada pintu masuk Bale Daja terdapat Patung Dewi Saraswati yang sangat indah.
Setelah mengelilingi museum, saatnya untuk berjalan melewati kebun menuju Warung Kopi yang bangunannya terlihat pada ujung kebun di atas. Suasana di Warung Kopi saat itu sangat tenang dan sepi. Museum memang bukan Mal yang ramai dikunjungi orang untuk memenuhi berbagai keperluan dan kebutuhan.
Tak lama kemudian saya duduk di Warung Kopi menyeruput secangkir teh serai yang hangat, sangat menyegarkan di sore yang berangin sepoi.
Di bagian belakang kiri museum terdapat panggung terbuka yang sering dipergunakan untuk penampilan sendratari Bali maupun penampilan grup tamu, baik dari dalam maupun luar negeri, selain juga dipakai untuk area pesta kebun.
Agung Rai Museum of Art - ARMA
Alamat : Jalan Pengosekan, Ubud, Bali, Indonesia, Telp: +62 361 97 5742 fax: +62 361 97 5332. Lokasi GPS : -8.528685, 115.263917, Waze. Jam buka : Dianjurkan untuk mengunjungi museum pada sore hari, agar bisa menonton pertunjukkan tari tradisional, setelah melihat-lihat koleksi museum dan minum secangkir teh sereh di Warung Kopi. Hotel di Ubud, Hotel di Gianyar, Hotel di Bali, Tempat Wisata di Gianyar, Peta Wisata Gianyar, Tempat Wisata di Bali.Patung Dewi Saraswati yang berada di ujung belakang kolam di bagian depan kompleks Agung Rai Museum of Art - ARMA.
Berjalan melewati lorong di samping kolam terlihat bangunan Bale Daja seluas 3.300 meter persegi, yang merupakan salah satu dari dua gedung utama di kompleks yang penuh dengan pepohonan rindang dan bebungaan ini.
Dua buah arca di ujung kolam di bagian depan kompleks Agung Rai Museum of Art - ARMA yang memegang kendi di tangannya tempat air jernih memancar keluar.
Sebuah lukisan klasik kuno yang menggambarkan tari barong lengkap dengan para pemain gamelan serta ritual menusuk badan dengan keris telanjang.
Menempel pada dinding bagian atas adalah beberapa buah lukisan yang dibuat dengan gaya Kamasan.
Sejumlah topeng dan boneka dengan ornamen dan pakaian lengkap, yang diletakkan di samping tangga museum.
Saat itu tengah dipamerkan lukisan karya Dr. AA Made Djelantik (1919 - 2007) pada sebuah ruangan di Agung Rai Museum of Art - ARMA, Ubud.
Lukisan Walter Spies juga tengah dipamerkan saat itu, bersebelahan dengan ruang yang digunakan untuk pameran karya AA Made Djelantik.
Salah satu bagian ruang pamer Agung Rai Museum of Art - ARMA dengan berbagai koleksi lukisan karya pelukis Indonesia maupun pelukis asing yang ternama.
Di dalam ruang pamer ada sebuah bangku panjang terbuat dari kayu ukir tua yang indah dan antik. Agung Rai Museum of Art – ARMA menyajikan pameran tetap dan pameran sementara yang menampilkan lukisan dan seni instalasi karya para seniman Indonesia dan seniman berkebangsaan asing.
Di beberapa ruangan lampu-lampu tak dihidupkan dan mengandalkan cahaya yang berasal dari jendela dan kaca. Bukan hal yang murah untuk merawat dan memamerkan banyak lukisan yang sangat berharga ini.
Pada bagian tengah sebuah dinding terdapat lukisan potret sepasang bangsawan Jawa berukuran besar diantara lukisan-lukisan lain yang lebih kecil. Lukisan ini menarik perhatian karena bisa menggambarkan dengan sangat baik karakter tokoh dan pakaiannya.
Sebuah lukisan abstrak yang saya tak memiliki bentuk dan makna yang jelas, namun sapuan kuas, bleberan dan muncratan cat, serta pilihan warnanya memberi komposisi yang enak dipandang.
Keluar dari Bale Daja kami menuju ke Bale Dauh yang luasnya 1200 meter persegi, di bagian kanan kompleks Agung Rai Museum of Art – ARMA.
Bangunan Bale Dauh juga berarsitektur khas Bali dan dikelilingi kebun yang teduh, kolam dan air mancur. Pada pintu masuk Bale Daja terdapat Patung Dewi Saraswati yang sangat indah.
Patung Dewi Saraswati yang tengah memegang Wina, sejenis sitar, dan berdiri di atas sepasang angsa. Saraswati adalah dewi ilmu pengetahuan dan seni, yang juga istri Brahma, oleh karenanya menunggang kendaraan yang sama, yaitu angsa.
Tampak muka Bale Dauh dengan sepasang arca penjaga berukuran besar di depan teras berpilar besar, serta atap tumpang limasan terpancung.
Setelah berjalan mengelilingi museum, saatnya untuk berjalan melewati kebun menuju Warung Kopi yang bangunannya terlihat pada ujung kebun di atas.
Suasana di Warung Kopi saat itu sangat tenang dan sepi. Museum memang bukan Mall yang ramai dikunjungi orang untuk memenuhi berbagai keperluan dan kebutuhan.
Tak lama kemudian saya duduk di Warung Kopi menyeruput secangkir teh serai yang hangat, sangat menyegarkan di sore yang berangin sepoi.
Suasana Warung Kopi dengan tempat duduk yang nyaman untuk bersantai sambil menikmati secangkir kopi atau teh yang sudah termasuk dalam biaya tiket.
Tengara Warung Kopi yang ditulis dalam beberapa bahasa, yang mungkin memberi indikasi pengunjung terbanyak ke tempat ini.
Taman dengan latar belakang bangunan Warung Kopi. Area dimana Museum ARMA berada memang sangat luas, dirancang dan dipelihara dengan baik.
Di bagian belakang kiri museum terdapat panggung terbuka yang sering dipergunakan untuk penampilan sendratari Bali maupun penampilan grup tamu, baik dari dalam maupun luar negeri, selain juga dipakai untuk area pesta kebun.
Area di depan panggung terbuka dimana penonton berdiri jika tengah berlangsung pertunjukan di sini.
Diubah: Desember 12, 2024.
Label: Bali, Gianyar, Museum, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.