Hal pertama dilakukan ketika sampai ke Museum Semarajaya adalah mencari toilet. Secara naluri saya mencarinya pada sayap kanan bangunan, ternyata memang ada. Cukup bersih, terawat, sebuah keharusan bagi tempat kunjung yang baik.
Sebelum digunakan sebagai Museum Semarajaya, bangunan museum pernah digunakan sebagai gedung SMP Negeri 1 Klungkung sampai akhir 1990. Museum Semarajaya diresmikan bersamaan dengan Monumen Puputan Klungkung pada 28 April 1992.
Bangunan memanjang Museum Semarajaya bekas sekolah MULO, didirikan Belanda sekitar 1920-an, beberapa tahun setelah Belanda menghancurkan Puri Semarapura, sehingga corak arsitektur bangunannya pun merupakan kombinasi kolonial lokal.
Di dalam ruangan di sayap kanan bangunan museum dekat toilet dipamerkan benda dan lukisan koleksi pelukis berkebangsaan Italia bernama Emilio Ambron (1905 – 1996). Ambron tinggal di Bali 1938 - 1942 setelah dibantu mendapatkan tempat tinggal di daerah Sanur oleh Adrien Jean Le Majeur, pelukis asal Belgia yang juga tinggal di Bali 1930 - 1950 dan memperistri Ni Polok, perempuan Bali cantik yang pernah membuat Bung Karno kesengsem.
Ada kesan sedikit magis ketika berada dalam Museum Semarajaya, sebagian mungkin karena pencahayaannya kurang oleh sebab sebagian besar cahaya menggantungkan pada sinar matahari luar, benda-benda koleksinya juga terlihat tua, serta mungkin juga perbawa peristiwa Puputan Klungkung seabad silam.
Ruangan yang menyimpan koleksi Emilio Ambron yang seluruhnya ada 69 buah disimpan dalam dua ruangan. Koleksi itu secara resmi disumbangkan ke Museum Semarajaya pada 14 Juni 1996, hanya 10 hari setelah ia meninggal dunia, merupakan hasil karyanya dalam rentang waktu 50 tahun.
Lukisan dan patung Ambron menggambarkan keseharian kehidupan masyarakat Bali sebelum Jepang masuk setelah pecah perang Pasifik. Ada lukisan wanita Bali, yang ia tulis dalam buku hariannya pada 10 Juli 1939: "Pakaiannya terbatas pada sebuah sarung dan sepotong kain yang dilemparkan melalui bahu, sementara rambutnya digelung dalam sebuah sorban besar". Lukisannya berjudul "Blue Turban" dan "Balinese Girl, with white waterlily", bertahun 1942.
Pada ruangan di bagian lain Museum Semarajaya menampilkan jejak peninggalan Kerajaan Klungkung, diantaranya sebuah kursi antik serta foto-foto raja beserta keluarganya. Ada dokumentasi foto yang memperlihatkan Ida I Dewa Agung Rai, Adipati Agung dan Penasehat Utama semasa pemerintahan Ida I Dewa Agung Putra III (1850 - 1903), serta foto para pembesar kerajaan semasa Ida I Dewa Agung Gede Jambe.
Sebuah sudut Museum Semarajaya dengan koleksi pakaian adat, maket, lukisan dan patung. Di sudut ruangan lainnya terdapat koleksi gong, guci berukuran besar, beberapa buah tombak, lumpang, serta peninggalan purbakala lainnya.
Pada dinding lain terpasang foto lama Ida I Dewa Agung Gede Jambe pada posisi duduk, diapit putera mahkota Ida I Dewa Agung Gede Agung, saudara raja Ida Tjokorde Rake Pugog serta Anak Agung Gede Ngurah Pelodot. Ida I Dewa Agung Gede Jambe naik tahta pada 1904, gugur dalam Puputan Klungkung 28 April 1908
Ada pula peninggalan berupa enam kursi serta meja persegi tua berukir warna keemasan, yang sebelumnya digunakan dalam pengadilan adat Bale Kerta Gosa. Kursi berukir pahatan naga bermahkota pada senderan tangan untuk tempat duduk Brahmana dan raja; kursi dengan pahatan lembu untuk juru tulis dan pemanggil pesakitan; kursi berpahat Singa untuk petinggi Belanda, serta kursi dengan ornamen kerbau untuk hakim. Benda bersejarah ini tampaknya telah memerlukan perawatan tangan-tangan ahli.
Benda menarik lainnya di Museum Semarajaya adalah peralatan tradisional Palungan dan Beleng, terbuat dari batang pohon kelapa, digunakan dalam proses pembuatan garam secara tradisional Bali. Pada dinding Museum Semarajaya dipasang langkah-langkah pembuatan garam tradisional pada jaman dahulu. Pembuatan garam secara tradisional Bali kini masih bisa ditemui, namun caranya telah mengalami perubahan.
Museum Semarajaya Klungkung
Alamat : Jalan Untung Suropati 3, Kota Semarapura, Klungkung, Bali. Telp 0366-21448. Lokasi GPS : -8.53560, 115.40278, Waze. Tempat Wisata di Klungkung, Hotel di Bali, Peta Wisata Bali, Tempat Wisata di Bali. Lukisan wanita Bali, yang ia tulis dalam buku hariannya pada 10 Juli 1939: “Pakaiannya terbatas pada sebuah sarung dan sepotong kain yang dilemparkan melalui bahu, sementara rambutnya digelung dalam sebuah sorban besar”. Lukisannya berjudul “Blue Turban” dan “Balinese Girl, with white waterlily”, bertahun 1942.Jejak peninggalan Kerajaan Klungkung, diantaranya sebuah kursi antik serta foto-foto raja beserta keluarganya. Foto kanan tengah adalah Ida I Dewa Agung Rai, Adipati Agung dan Penasehat Utama semasa pemerintahan Ida I Dewa Agung Putra III (1850 – 1903).
Foto lama Ida I Dewa Agung Gede Jambe pada posisi duduk, diapit putera mahkota Ida I Dewa Agung Gede Agung, saudara raja Ida Tjokorde Rake Pugog serta Anak Agung Gede Ngurah Pelodot. Ida I Dewa Agung Gede Jambe naik tahta pada 1904, gugur dalam Puputan Klungkung 28 April 1908.
Foto para pembesar kerajaan semasa Ida I Dewa Agung Gede Jambe.
Foto Ida I Dewa Agung Rai, Adipati Agung dan Penasehat Utama semasa pemerintahan Ida I Dewa Agung Putra III (1850 – 1903).
Peninggalan enam buah kursi serta sebuah meja persegi tua berukir warna keemasan di Museum Semarajaya, yang sebelumnya digunakan dalam pengadilan adat Bale Kerta Gosa.
Koleksi gong, guci berukuran besar, beberapa buah tombak, batu lumpang, serta peninggalan purbakala lainnya.
Peralatan tradisional Palungan dan Beleng di Museum Semarajaya, terbuat dari batang pohon kelapa, digunakan dalam proses pembuatan garam secara tradisional Bali.
Tulisan pada dinding Museum Semarajaya, memuat langkah-langkah pembuatan garam tradisional pada jaman dahulu. Pembuatan garam secara tradisional Bali kini masih bisa ditemui, namun caranya telah mengalami perubahan.
Tengara peresmian Museum Daerah Semarajaya, nama resmi Museum Semarajaya, yang diresmikan pembukaannya pada 28 April 1992 oleh Rudini, menteri dalam negeri ketika itu.
Koleksi sandaran tahta batu yang digunakan sebagai sandaran duduk oleh orang pada jaman dahulu. Batu semacam ini, jika bukan untuk dipakai perseorangan di tempat tinggal, biasanya diletakkan di dalam area pertemuan klan dalam posisi melingkar untuk membicarakan persoalan penting.
Diubah: Desember 12, 2024.
Label: Bali, Klungkung, Museum, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.