Meskipun jalan agak tersendat di beberapa titik, namun perjalanan ke Tanah Lot boleh dikatakan cukup lancar, melewati jalan mulus sedikit berkelok, sehingga sampai di lokasi parkir sekitar jam 5 lewat sedikit. Setelah membayar karcis masuk, saya tinggal mengikuti jalanan padat manusia diantara toko-toko suvenir di kiri kanannya menuju pantai. Tak lama kemudian saya sampai di tengara "Perlindungan Pura Tanah Lot" dengan latar belakang candi bentar dan pantai tepian Selat Bali bersambung ke laut lepas Samudera Hindia. Tampaknya tempat di Tanah Lot ini merupakan salah satu favorit para pejalan untuk berfoto.
Berjalan ke pinggiran pantai, terlihat seorang turis wanita dengan tas di punggung tengah sendirian menikmati pemandangan debur ombak susul menyusul menggempur karang pantai Tanah Lot, menimbulkan suara gemuruh tak henti, buih putih pun berlarian merayapi karang dan hilang tak berbekas. Panorama di sebelah kanan memperlihatkan hamparan karang pantai siap menyambut buih gelombang laut menghantamnya. Sementara di latar belakang terdapat sebuah karang besar menjorok ke laut, saat beberapa orang pria tengah berdiri dengan pancing terjulur.
Tanah Lot dengan latar belakang batu karang besar dimana terdapat Pura Tanah Lot, sementara banyak pejalan memilih berkerumun di bibir pantai menanti saat matahari tenggelam, namun sayang awan kelabu menutup cakrawala, menyembunyikan matahari dan sebagian bias sinar lembayungnya dari pandang mata.
Setelah beberapa saat menikmati suasana di sekitar tempat ini, saya pun berjalan menuju ke arah bagian kanan Tanah Lot dimana terdapat tebing karang menjorok ke laut untuk melihat pemandangan dari arah sana. Saya tidak menyeberang ke pura karena air terlihat cukup tinggi.
Saya melewati Pura Luhur Penataran Tanah Lot dengan gerbang candi bentar namun pagar besinya tertutup rapat. Pura ini berada di bagian kanan area Tanah Lot. Jalanan setapak agak mendaki, lalu terlihat sebuah taman cukup luas.
Saya sempat memotret pemandangan dari sisi kanan karang menjorok yang ada di tengah area Tanah Lot yang dicapai setelah melewati Pura Luhur Penataran Tanah Lot dan taman, diambil dengan lensa tele. Terlihat sebuah tanjung karang lagi yang bolong di bagian bawahnya, serta sebuah pura di atasnya. Meskipun beberapa orang tampak tengah berkerumun di tanjung karang yang bolong ini, namun karena jaraknya sepertinya jauh, saya tidak tergerak untuk pergi melangkahkan kaki mengunjunginya. Mungkin lain kali.
Semakin mendekati senja semakin banyak orang berkerumun di pinggiran pantai Tanah Lot yang memiliki keunikan tersendiri dibanding daerah lain di Bali ini, sehingga sangat mudah dikenali oleh pejalan ketika melihat fotonya.
Area Tanah Lot yang luas ini sepertinya tidak pernah sepi dari kunjungan wisman dan pejalan lokal. Selain memadati area tepian pantai dan menyeberang ke pulau karang dimana Pura Tanah Lot, ternyata masih banyak titik lain yang bisa digunakan untuk menikmati panorama senja di Tanah Lot.
Siluet Pura Tanah Lot serta bongkah karang besar di bawahnya, dilihat dari ujung karang menjorok di bagian kanan area Tanah Lot, dimana terdapat orang yang tengah memancing ikan. Gelombang air laut di sebelah kanan terlihat mengalun mulus indah, meskipun langit tidak banyak memperlihatkan keelokan semburat lembayungnya, sementara gelombang yang di sebelah kiri sudah pecah membentur karang membentuk buih putih yang indah.
Konon Pura Tanah Lot dibangun pada abad ke-16 oleh Danghyang Nirartha, seorang brahmana pengembara dari Jawa. Ketika ia berhasil memperkuat kepercayaan orang Bali terhadap ajaran Hindu, Bendesa Beraben penguasa Tanah Lot saat itu menjadi marah karena banyak kehilangan pengikut, sehingga Danghyang Nirartha pun disuruhnya pergi dari Tanah Lot.
Sebelum pergi, Danghyang Nirartha menunjukkan kesaktiannya dengan memindahkan bongkahan karang besar ke laut dan membangun Pura Pakendungan di atasnya, yang lebih dikenal sebagai Pura Tanah Lot. Selendangnya menjelma menjadi ular suci penjaga pura. Bendesa Beraben pun takluk dan menjadi pengikut setia Danghyang Nirartha, sehingga ia pun diberi keris Jaramenara atau Ki Baru Gajah. Keris keramat pemberian Danghyang Nirartha itu kini disimpan di Puri Kediri dan diupacarai setiap Hari Raya Kuningan.
Saya berjalan dan berhenti ke beberapa titik di karang menjorok di sisi kanan area Tanah Lot itu untuk menikmati panorama sekitar dan sesekali memotret untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda. Setelah puas barulah saya melangkah pergi.
Ketika sampai di area sekitar taman, ternyata saya juga bisa melihat dan menikmati pemandangan ke arah Pura Tanah Lot di ujung sana, dengan latar depan pepohonan dan tanaman perdu di taman yang asri. Tempat duduk taman juga ada di sini untuk sesaat beristirahat.
Meskipun pejalan tidak diperbolehkan masuk ke dalam Pura Tanah Lot yang berada di atas karang besar itu, namun ada gua di bawah pura dimana terdapat sumber air tawar sakral bernama Tirta Pabersihan, dimana pejalan bisa membasuh muka disana. Pengunjung juga bisa masuk ke gua di depannya yang di dalamnya terdapat ular suci yang dijaga seorang berpakaian adat.
Tanah Lot Tabanan Bali
Alamat : Desa Beraban Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali. Lokasi GPS : -8.61734, 115.08889, Waze. Hotel di Tabanan, Tempat Wisata di Tabanan, Hotel di Bali, Peta Wisata Bali, Tempat Wisata di Bali.Tengara “Perlindungan Pura Tanah Lot” dengan latar belakang candi bentar dan pantai tepian Selat Bali bersambung ke laut lepas Samudera Hindia. Tampaknya tempat di Tanah Lot ini merupakan salah satu favorit para pejalan untuk berfoto.
Tanah Lot memang dikaruniai alam dengan karang elok seperti ini yang menjadi daya tarik utama bagi pengunjung, selain debur ombak yang keras memecah pantai, serta pemandangan matahari terbenam.
Berjalan ke pinggiran pantai, seorang turis wanita dengan tas di punggung tengah sendirian menikmati pemandangan debur ombak susul menyusul menggempur karang pantai Tanah Lot, menimbulkan suara gemuruh tak henti, buih putih pun berlarian merayapi karang dan hilang tak berbekas.
Panorama di sebelah kanan memperlihatkan hamparan karang pantai siap menyambut buih gelombang laut menghantamnya. Sementara di latar belakang terdapat sebuah karang besar menjorok ke laut, saat beberapa orang pria tengah berdiri dengan pancing terjulur.
Buih ombak putih bersih menghantam tepian pantai dan lalu merambat cepat di sepanjang permukaan karang yang keras, sebelum kemudian menghilang entah kemana. Suara debur ombak serta pemandangan air yang berkejaran ini membuat orang berdiri betah menyaksikannya.
Beginilah panorama saat ombak yang bergulung dari arah laut menghantam tepian karang pantai yang terjal, menimbulkan suara bergemuruh serta memecah gelombang menjadi buih putih elok yang merambat cepat seperti tak sabar menyapa para pengunjung yang menyaksikannya.
Para pemancing masih berdiri di ujung karang sana, sementara ombak putih kembali menerjang pantai. Ke karang itulah kemudian saya berkunjung untuk melihat Pura Tanah Lot dari arah berbeda. Dari karang itu pula saya bisa melihat satu karang lagi agak jauh di sebelah kanannya yang juga menjorok ke laut serta ada lubang besar di bawahnya menjadikanya karang bolong yang indah.
Beberapa orang tampak tengah menyeberang melewati air laut yang dangkal menuju karang besar dimana Pura Tanah Lot berada. Sementara sebagian besar pengunjung lainnya hanya berdiri di tepian pantai sambil menunggu matahari tenggelam.
Tampaknya hanya ada tiga orang pemancing di sana ketika saya foto dengan lensa tele. Di sebelah kanan atas terlihat sekumpulan orang berdiri di bibir tebing. Ke titik itulah saya kemudian berada, tak sampai turun ke tempat para pemancing itu berdiri.
Sebuah sudur pandang yang memperlihatkan keelokan pasangan dan kontur karang yang berada di Tanah Lot. Bunyi gemuruh air dan gelepar buih yang berkejaran di karang masih jelas terekam di ingatan.
Sudut pandang lainnya yang memperlihatkan keindahan Tanah Lot saat serombongan orang tengah bergerombol di sekitar penyeberangan, sementara seorang pria bule berdiri sendirian di atas batu karang.
Semakin mendekati senja semakin banyak orang berkerumun di pinggiran pantai Tanah Lot yang memiliki keunikan tersendiri dibanding daerah lain di Bali ini, sehingga sangat mudah dikenali oleh pejalan ketika melihat fotonya.
Padatnya para pengunjung membuat saya kadang harus berhati-hati untuk melangkah agar tidak bertubrukan dengan orang. Selain karang besar tempat Pura Tanah Lot berada, karang di depannya yang berbentuk seperti sebuah kapal induk kecil itu juga memberi pemandangan yang menarik.
Syukur karang tempat orang-orang itu berdiri tidak licin, namun demikian saya tetap mesti berhati-hati melangkah karena bentuk permukaan yang tak rata bisa saja membuat tiba-tiba hilang keseimbangan dan terjatuh. Sayang awan di kaki langit menyembunyikan matahari.
Tampaknya semakin banyak orang yang menyeberang ke arah karang besar, membuat pinggiran di sebelah sana semakin dipadati pengunjung. Jika saja tidak ada gelombang lewat, ketinggian air pada jalur penyeberangan hanya sebatas betis. Di atas sana terlihat meru yang ada di Pura Tanah Lot.
Orang-orang masih betah berlama-lama berdiri di atas karang tepi pantai meski peluangnya suram untuk melihat matahari tenggelam. Gelombang besar berkejaran, gemuruh air, panorama dan suasana sekitar yang membuat orang tidak rela untuk cepat-cepat pergi.
Sebaris gelombang laut baru saja bergulung datang menuju tepian, masih terlihat mulus, pertanda tidak ada karang di sana. Karang di sepanjang pantai membuat peselancar tak berani untuk bermain-main menunggangi gelombang laut Tanah Lot.
Pandangan ke arah daratan. Saya tak ingat benar apakah area yang di tembok adalah merupakan area pertunjukan tari kecak atau bukan. Namun seingat saya tak ada orang di dalam sana. Saya kemudian berjalan melipir dibelakang tempat itu untuk menuju ke lokasi karang menjorok yang berada agak jauh di sebelah kanan.
Perhatikan orang yang ada di pinggir tengah karang besar di sana. Ada orang berkaos biru, di sebelahnya berkaos hitam, dan di sebelah kanan atasnya ada yang berkaos putih. Di sebelah orang berkaos putih itulah terdapat pagar terkunci yang menjadi pintu masuk ke arah pura, dengan undakan menuju ke atas. Itu sebabnya tidak ada satu pun orang terlihat di sebelah kanan atas sana.
Tengara Pura Luhur Penataran Tanah Lot, sebelah candi bentar dengan pagar besi tertutup rapat. Pura ini berada di bagian kanan area Tanah Lot. Jalanan setapak agak mendaki, lalu terlihat sebuah taman cukup luas.
Pura Tanah Lot dan banyaknya kerumunan orang yang berada di pinggiran pantai, dilihat dari daerah di pinggiran taman yang menuju ke karang dimana terdapat orang yang tengah memancing.
Meskipun beberapa orang tampak tengah mengunjungi tanjung karang bolong ini, namun karena jaraknya sepertinya jauh, saya pun tidak cukup tergerak untuk pergi ke sana.
Sebaris gelombang baru saja datang dan pecah membentuk buih ketika menabrak karang pada arah menuju ke karang bolong. Entah darimana akses menuju ke karang itu, dan memang tak saya tanyakan karena melihat jaraknya yang lumayan.
Air laut di Tanah Lot benar-benar sangat hidup. Memandang gelombang demi gelombang yang datang menghempas pantai tidak pernah membosankan.
Orang-orang di atas karang bolong itu tentu saja tidak akan bisa melihat karang bolong di bawahnya, dan rupanya mereka pun tidak bisa masuk ke dalam pura, sehingga memiliki sudut pandang terbatas.
Pemandangan yang elok ke arah Pura Tanah Lot meski langit tak begitu bersahabat di sore itu. Beberapa orang berpakaian adat berwarna putih tampak tengah mendaki undakan menuju ke arah pura. Mungkin mereka akan melakukan ritual senja di sana.
Pemandangan ke arah area pantai Tanah Lot dengan karang-karang pantainya dan para pengunjung yang masih saja berdiri bergerombol menikmati suasana di sana. Tampaknya tak ada tempat duduk buatan di sekitar pantai, kecuali di area taman. Jika lelah orang bisa duduk di atas batu karang.
Saya kira sebagian besar orang-orang itu belum tahu bahwa ada keelokan tersendiri dengan melihat Tanah Lot dari area dimana saya berada. Pada kunjungan sebelumnya ke Tanah Lot pun saya hanya berdiri di sekitar area di sana itu, sehingga tidak tahu bahwa ada karang bolong.
Seingat saya hari itu bukanlah akhir pekan, namun pengunjung Tanah Lot sudah sebanyak itu. Apalagi jika akhir pekan, musim libur atau jika ada upacara besar di pura.
Pemandangan ke arah Pura Tanah Lot, diambil dari area sekitar taman, diambil sesaat sebelum saya meninggalkan lokasi.
Pemandang yang lebih jelas ke arah undakan menuju pura, dan pagar yang terkunci di sebelah kiri, sehingga orang hanya bisa duduk-duduk di depannya. Sebuah bale cukup besar tampak berada di puncak karang.
Orang-orang tengah mengantri di depan gua yang di dalamnya terdapat ular suci yang dijaga oleh seorang petugas pura berpakaian adat. Ular itu biasanya bergelung di dalam relung. DI dekat gua ular suci terdapat gua lain yang berisi air suci.
Pemandangan dari jarak lebih dekat ke arah Pura Tanah Lot yang memperlihatkan beberapa orang berpakaian adat dan tutup kepala putih tengah mendaki undakan menuju pura untuk melakukan ritual di sana.
Diubah: Desember 12, 2024.
Label: Bali, Pantai, Pura, Tabanan, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.