Moral cerita ini adalah agar tidak terlalu berambisi dalam persaingan untuk suatu kedudukan jika belum cukup kemampuan dan kebijaksanaan dalam memikulnya, bahwa sombong itu tidak baik, bahwa kekuatan yang digunakan secara tidak semestinya bisa berakibat buruk bagi diri sendiri, dan bahwa untuk menyelesaikan suatu perselisihan kadang perlu bantuan orang ketiga.
Persaingan
Ayam Jago Putih tua itu sudah mati.Ayam-ayam berkerumun di halaman kandang milik seorang petani dan mereka merasa sangat kehilangan atas kepergian Jago Putih tua yang bijaksana itu. Kawanan kalkun berkumpul di bagian lain di halaman itu dan tampak berbincang diantara sesamanya.
Sedangkan kawanan bebek berdiri mengelilingi Bebek tua, yang menggoyang-goyangkan kepalanya dengan penuh gaya saat ia berkata.
Sementara itu kawanan angsa sedang mendengar gerutu Angsa muda, yang berbicara sambil memanjangkan lehernya agar terlihat mengesankan.
"Aku heran mengapa aku tidak boleh menjadi raja di sini," katanya. "Jago Putih tua itu telah mati dan tak ada jago lain yang menggantikannya. Aku akan ke tempat ayam-ayam itu untuk bertanya apa pendapat mereka."
Kawanan kalkun dan bebek, melihat si Angsa muda berjalan ke tempat ayam, mereka pun berlarian mendekat untuk mendengar apa yang akan dikatakan si Angsa.
"Jago Putih kalian itu telah mati," kata si Angsa kepada ayam-ayam itu, "dan aku harus menjadi raja di sini. Leherku sangat panjang dan aku bisa melihat dari atas kepala kalian semua; tidak ada alasan lagi mengapa aku tidak boleh jadi penguasa di sini."
Saat mendengar perkataan Angsa, Kalkun berkata: "Bagaimana bisa kau melihat di atas kepala kita semua? Apa kau lupa betapa tingginya kepalaku? Dan soal jadi raja," katanya, "Jago Putih itu pun mestinya tidak boleh jadi raja di sini. Aku jauh lebih hebat dari ayam jago mana pun. Seharusnya kau tidak pernah berpikir untuk jadi raja di sini hai Angsa. Akulah yang harus jadi raja."
Kalkun melangkah pergi sambil bergaya membentangkan sayap dan membiarkannya terseret di tanah dengan membuat suara berisik yang sangat keras.
Saat si Kalkun berjalan menjauh, si Bebek berkata: "Aku heran mengapa ada yang ingin jadi raja padahal akulah yang tahu lebih banyak tentang dunia ini. Aku yang harus berkuasa, karena aku telah banyak menjelajahi kolam, dan itu adalah kolam yang sangat besar; karena pengetahuanku yang luas, akulah yang harus jadi raja."
"Si Bebebk tidak boleh jadi raja," bisik Ayam tua ke ayam yang lain; "Bebek itu akan menyuruh kita masuk ke dalam air, dan kita semua akan mati tenggelam."
Setelah berdebat lama tanpa mencapai keputusan, datanglah anjing penjaga rumah petani pemilik kandang peternakan itu. "Apa masalah kalian?" ia bertanya.
"Jago Putih tua sudah mati," kata si Kalkun, "dan sekarang aku yang harus jadi raja, namun Angsa dan Bebek pikir merekalah yang berhak. Tapi tentu kau bisa melihat bahwa akulah yang paling cocok jadi raja di sini."
"Kalian bisa menyelesaikan masalah ini dengan mudah," kata anjing itu. "Kalian semua bisa mengambil giliran untuk jadi raja, dan dengan cara itu kalian akan tahu siapa yang paling pantas."
Begitulah keputusannya, dan si Kalkun adalah yang pertama jadi raja.
Karena Kalkun ngotot untuk membuat pawai di halaman kandang, ayam-ayam harus berlari untuk mengikuti langkah Kalkun. Angsa dan Bebek tidak mau ada di belakang Kalkun, sehingga masing-masing berjalan di sisi kiri dan kanannya.
Ayam-ayam yang malang itu menangis karena kelelahan setelah harus berlarian di belakang si Kalkun. "Aku tidak pernah merasa begitu terhina seperti ini sepanjang hidupku," kata si Ayam tua, "dan ini tidak benar."
Karena ada banyak ketidakpuasan terhadap cara memerintah si Kalkun yang sombong, anjing itu pun memutuskan bahwa si Bebek harus mengambil gilirannya untuk jadi raja.
"Kalian semua harus belajar berenang, tanpa kecuali" kata di Bebek begitu ia diangkat jadi raja. "Ayo turun semua ke dalam air," dan ia terjun ke kolam lebih dulu, keluarganya mengikuti di belakangnya.
"Nah, apa yang kukatakan kepada kalian?" kata si Ayam tua. "Ini akan menjadi akhir hidup kita."
Kawanan angsa tidak ada masalah dengan air karena mereka bisa mengapung, tetapi karena tidak bisa hidup di air maka kawanan kalkun membuat bunyi berisik dan ayam-ayam betina berkotek keras sebagai protes, sehingga anjing harus memutuskan bahwa si Bebek tidak cocok jadi raja.
Si Angsa tahu bahwa waktunya telah tiba untuk jadi penguasa, maka ia angkat lehernya yang panjang layaknya raja yang agung.
"Kalian tidak perlu pergi ke dekat kolam," katanya ke kawanan ayam, "tetapi kalian harus belajar terbang," perintahnya seraya membentangkan sayap dan terbang melewati pagar. Keluarga angsa mengikutinya dengan mudah.
Kawanan kalkun juga terbang ke atas pagar dan bertengger di sana, tetapi ayam dan bebek tetap berada di tanah, memandangi mereka dengan wajah putus asa. Si Kalkun yang sombong berkata, "Kalian sungguh patut dikasihani, karena kalian tidak bisa melihat semua pemandangan seperti yang kami lihat di sini, dan kalian tidak akan pernah bisa terbang ke atas pagar ini."
Namun tiba-tiba si Kalkun berteriak, "Hei, majikan kita datang," serunya. "Dia sedang berjalan kemari dan ada sesuatu di bawah lengannya. Akan kuberitahu kalian apa itu saat ia sudah dekat."
Kawanan ayam dan bebek mencoba melihat ke balik pagar melalui lubang-lubang yang ada di sana.
Setelah si Kalkun mengamati petani majikannya selama beberapa saat, "Aku sangat yakin ....., ya benar...," lanjutnya setelah melihat lebih seksama lagi; "itu ayam jago."
Si Kalkun terbang untuk turun ke tanah dan kalkun lain mengikutinya, lalu sang petani menggiring kawanan kalkun untuk kembali ke halaman kandang. "Sayap kalian akan diikat besok, supaya kalian tidak bisa keluar kandang lagi" katanya, dan kemudian dari bawah lengannya ia melepaskan seekor ayam jago besar berbulu kuning-hitam.
Setelah berdiri tegak di atas tanah, Ayam jago itu pun melihat ke sekelilingnya, lalu ia membentangkan sayapnya dan berkokok dengan suara keras yang dengan jelas menyampaikan pesan bahwa: "Aku penguasa dan raja baru di tempat ini. Jangan ada yang mempermasalahkan hak aku."
Bebek mengumpulkan keluarganya dan berjalan menuju kolam. Si Angsa pun pergi menjauh dan angsa lainnya mengikuti di belakangnya.
Kalkun membentangkan sayapnya dan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi saat ia melangkah pergi bersama keluarganya. Tapi itu semua tidak membuat Ayam Jago Kuning Hitam itu terkesan; ia adalah penguasa dan ia tahu itu.
"Sekarang matahari akan tahu kapan ia harus terbit," kata seekor ayam, "dan kita akan tahu kapan harus bangun."
"Ya," kata ayam lainnya, "kita baru saja lolos dari lubang jarum; tadi keluarga kita sepertinya akan kehilangan status sosial, namun sekarang setelah kita punya raja baru, kita bisa menengadahkan kepala lagi."
Si Anjing penjaga tertawa kecil saat berjalan pergi. "Aku sudah tahu sebelumnya," katanya, "bahwa ayam jantan yang baru akan datang ke tempat ini, tetapi yang kulakukan itu akan membantu mereka untuk sadar bahwa masing-masing mereka hanya cocok untuk menjaga kawanannya sendiri."Diubah: Agustus 15, 2020.
Label: Dongeng, Hiburan, Inspirasi
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.