Kurang dari setahun jelang pelaksanaan Pemilu 2024, TikTok mulai ramai dimasuki konten sampah yang bukan saja mengotori pandangan mata tapi juga mulai menebar racun ke otak di platform sosial media yang amat populer ini.
Untuk menyegarkan ingatan, Pileg 2024 dan Pilpres 2024 akan diselenggarakan secara serentak pada Hari Rabu, Tanggal 14 Februari 2024, sesuai Peraturan KPU (PKPU) Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2024. Sedangkan pilkada secara serentak diselenggarakan pada Rabu, Tanggal 27 November 2024.
Konten-konten kotor di TikTok itu mengingatkan saya pada konten racun di hampir semua platform sosial media pada gelaran Pilpres 2019. Kotor dan beracun karena berisi konten tak bermoral yang menghantam lawan politik secara brutal hanya untuk memenangkan pertarungan dalam meraih kekuasaan.
Konten sampah itu isinya hoaks, fitnah, informasi sesat, memprovokasi kebencian, data yang dimanipulasi, pernyataan yang dipotong diluar konteks dan diplintir, yang meski sering sangat tidak masuk akal, namun secara terus menerus ditembakkan dengan harapan orang akhirnya percaya pada semua kebohongan itu.
Saat itu populer istilah "firehose of falsehood", semburan dusta yang ditebar secara massif dan sangat cepat, dilakukan berulang-ulang dan tanpa henti di semua kanal media dan di berbagai kesempatan.
Walau kita patut bersyukur bahwa NKRI bisa selamat dari kerusakan sosial parah sebagai akibat semburan-semburan dusta di Pilpres 2019 itu, namun kita tidak boleh pernah lupa pada betapa buruk dan berbahayanya politik menghalalkan segala cara yang merobek persatuan bangsa dan mengancam keberlangsungan kita dalam bernegara.
Kita sesungguhnya sudah terlalu muak dengan massifnya semburan dusta di pilpres 2019 lalu. Kita juga sangat jijik dengan politik identitas pada Pilkada 2017 yang menyeret agama ke politik praktis guna menghantam lawan politik, bahkan hingga membuatnya masuk ke penjara.
Tentu tak boleh hanya berhenti dengan rasa muak dan jijik. Lalu, apa yang bisa dilakukan agar sosial media seperti TikTok tidak lagi dibanjiri dengan konten sampah dan semburan dusta?
Yang pertama, TikTok sendiri diharapkan mengambil tindakan keras terhadap akun-akun yang kebanyakan siluman, agar konten-konten kotor terkait pemilu tak lagi membuat jengkel pengguna setianya, agar tak menenggelamkan karya konten-konten kreator yang baik, dan agar orang tidak meninggalkan TikTok.
Yang kedua, sebagai pengguna TikTok dan sosial media lainnya, rajin-rajinlah menggunakan jari untuk memencet icon bendera guna melaporkan konten dusta dan ujar kebencian guna membantu membersihkan laman Anda.
Menulis komentar untuk meluruskan informasi di konten hoaks juga baik, namun jika konten hoaks disembur secara masif, maka ini tentu akan merepotkan. Kerepotan menetralisir dan meluruskan info sesat memang menjadi salah satu tujuan pembuat konten hoaksnya.
Menerbitkan konten-konten fakta dan bernuansa positif serta konstruktif juga baik untuk dilakukan. Selebihnya bergantung pada kecepatan dan ketegasan TikTok dan pengelola platform media lainnya dalam mengambil tindakan terhadap akun-akun sampah itu.
Jika TikTok lambat dalam merespons laporan, apalagi membiarkan beredarnya konten-konten sampah dan konten racun di linimasanya, maka orang bisa malas membuka TikTok, dan itu bisa berbahaya bagi survival TikTok sendiri.Diubah: Maret 13, 2023.
Label:
Pemilu 2024,
TikTok
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.