Sang ibu selalu memberi nasehat agar Si Kancil berhati-hati dalam setiap langkah yang ia ambil, terutama ketika berhadapan dengan binatang yang lebih besar dan lebih kuat.
"Anakku, ingatlah selalu untuk tidak mengabaikan peringatan Ibu. Walaupun kamu cerdik, ada kalanya keberanian yang terlalu berlebihan bisa membawa petaka," nasihat ibu Kancil dengan penuh rasa kasih sayang.
Namun sayangnya, Kancil muda merasa dirinya sudah sangat pintar dan bisa mengatasi segala tantangan yang ada di hutan. Ia berpikir, “Ibu terlalu khawatir. Aku pasti akan bisa menghadapi semua tantang sendirian.”
Suatu hari, Kancil mendengar suara yang sangat menggoda dari sebuah kebun di ujung hutan. Di sana, ada banyak buah-buahan lezat yang belum pernah ia temui sebelumnya.
Tanpa berpikir panjang, Si Kancil langsung berlari kencang menuju kebun itu, meskipun ia tahu ada seekor harimau besar yang sering berkeliaran di sana.
Sesampainya di kebun itu, Kancil langsung memakan buah-buahan yang ada di sana dengan lahapnya, tanpa merasa takut sedikit pun.
Namun, ketika ia sedang asyik makan buah, tiba-tiba muncul bayangan seekor Harimau besar yang sedari tadi telah mengintainya dari balik pohon.
Harimau itu mengaum dengan suara berat, “Wahai Kancil, berani benar kamu datang ke sini sendirian. Sekarang, aku akan menjadikanmu santapan yang lezat!”
Menyadari bahaya besar sedang dihadapinya, Kancil tidak kehilangan akalnya. Ia teringat akan nasehat ibunya, bahwa ia tidak bisa mengalahkan harimau dengan kekuatan, namun harus mengandalkan kecerdikannya.
Dengan cepat, Kancil berpura-pura tidak takut sama sekali dan berkata, “Oh, Harimau, aku bukanlah makananmu. Aku ini pembawa pesan dari raja hutan. Jika ingin selamat, kamu harus membayar pajak kepada raja. Jika berani melawan aku, raja hutan pasti akan sangat marah.”
Harimau yang terheran-heran mendengar perkataan Kancil, tidak begitu saja percaya dengan kata-kata Kancil. “Jika kamu benar-benar utusan raja, aku tidak akan melawan. Tapi kamu harus bisa menunjukkan kepadaku bukti dari raja hutan!”
Kancil pun berkata, “Ikuti aku saja. Aku akan membawa kamu menemui raja hutan.”
Dengan cerdiknya, Kancil membawa Harimau ke sungai yang aliran airnya sangat deras. Ketika tiba di sungai, Kancil berkata, “Lihatlah di sana, di seberang sana ada raja hutan. Kamu harus melompati sungai ini jika ingin bertemu raja.”
Harimau, yang terperdaya dengan perkataan Kancil, segera mengaum dan melompat ke seberang sungai, namun gagal dan terbawa arus sungai yang deras.
Kancil segera kembali ke rumahnya dengan hati lega.
Setibanya di rumah, ibunya melihatnya dan berkata dengan lembut, “Anakku, apakah kamu belajar sesuatu hari ini?”
Kancil yang merasa malu hanya bisa menunduk dan berkata, “Ibu, aku belajar bahwa meskipun aku cerdik, tidak ada yang lebih bijaksana dari nasehatmu. Aku seharusnya lebih mendengarkan dan lebih berhati-hati.”
Ibunya tersenyum dan berkata halus, “Nak, nasehat orang tua bukanlah untuk membatasi kebebasanmu, tetapi untuk melindungimu dari bahaya yang tak terlihat.”
Pesan Moral
Patuh terhadap nasehat orang tua itu sangat penting, karena mereka memiliki pengalaman hidup yang jauh lebih banyak. Nasehat orang tua bukan untuk membatasi, melainkan untuk melindungi dan membimbing kita agar tidak jatuh ke dalam bahaya. Seperti Kancil, yang akhirnya menyadari bahwa kecerdikan saja tidak cukup tanpa kebijaksanaan orang tua.Diubah: November 19, 2024.Label: Dongeng, Inspirasi
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.