Ada hukum tak tertulis, yaitu keharusan mendaki Gunung Semeru hingga ke Puncak Mahameru untuk layak disebut pendaki gunung. Mahameru (3676 mdpl) termasuk satu dari 7 puncak tertinggi di Indonesia dan tertinggi di Jawa. Tempat para dewa, dengan keindahan alam menakjubkan.
Sama seperti Ranu Pane, adalah atmosfir keindahan Ranu Kumbolo yang selalu memanggil saya untuk kembali ke tempat ini, meskipun hutan setapak dengen jajaran pinus kering yang biasa dilalui para pejalan bukanlah hutan kesukaan saya. Saya lebih menyukai hutan basah tadah hujan dengan pacet dan wangi lumut yang kuat.
Libur Lebaran lalu merupakan kali ketiga saya menyambangi Ranu Kumbolo dengan ditemani Metty dan Valen.
Sebelum mendaki kami bertiga melapor di Pos Penjagaan Ranu Pane. Meskipun tidak mendaki Puncak Semeru, kami tetap harus melapor dengan membawa salinan KTP dan surat tanda sehat. Kalau tidak punya jangan harap bisa melalui Gerbang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Jadi sebelum mendaki Gunung Semeru pastikan anda berbadan sehat.
Gerbang selamat datang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang menyambut para pendaki gunung. Selain data diri, perlengkapan yang dibawa pun akan didata satu persatu oleh petugas.
Mulai dari baju, celana panjang, celana pendek, jaket, topi, sarung tangan, kamera, baterai, gas, kompor, rokok, botol air mineral, mie instan, sarden, bumbu masak, snack dan masih banyak lagi. Pasti heran kenapa harus didata semua perlengkapan yang dibawa?
Ternyata data ini digunakan untuk mengawasi sampah yang harus dibawa turun oleh para pendaki. Tidak harus persis sama memang, tetapi sampah yang dibawa turun tidak boleh terlalu jauh berbeda dengan bawaan yang dilaporkan pendaki.
Ini dimaksudkan agar Gunung Semeru tetap bersih dari sampah plastik yang sering malas dibawa turun oleh pendaki, meskipun itu hanya selembar bungkus permen atau botol bekas air mineral.
Jalur pendakian dari Ranu Pane menuju Ranu Kumbolo selain indah juga tidak terlalu sukar, dan jalurnya sudah jelas. Malah sampai di Landengan Dowo (2300 mdpl) jalannya sudah dipasang conblock dengan rapih. Rian, porter yang mengantar kami ke Ranu Kumbolo, ternyata juga ikut ambil bagian dalam pengerjaan jalan tersebut.
Perjalanan selama 4-5 jam menuju Ranu Kumbolo tidak terasa panjang, karena indahnya pemandangan di sepanjang jalan.
Aneka bunga liar yang berwarna warni, suara kicau burung dan deru angin selalu setia menemani kaki kami melangkah. Terkadang Puncak Mahameru juga ikut menampakan wajahnya dari balik bukit.
Sesekali kami juga menjumpai Burung Cucak yang dengan santainya melintas di jalur pendakian. Buat kami yang jarang bersentuhan dengan alam, melihat Burung Cucak kecil melenggak-lenggok di depan mata sangatlah menakjubkan.
Perjalanan yang kami tempuh untuk sampai ke Ranu Kumbolo waktu itu adalah 4 jam lebih sedikit. Valen dan Metty yang sudah nampak kelelahan, langsung kembali bersemangat ketika melihat keindahan Ranu Kumbolo di bawah sana.
Tampak jelas letak Ranu Kumbolo berada dilekuk lembah lereng Gunung Semeru dilihat dari ketinggian 2450 mdpl. Bentuk danau Ranu Kumbolo menyerupai cawan raksasa dengan air danau biru jernih.
Karena berada dilekukan lembah, jangan heran jika di musim kemarau suhu di Ranu Kumbolo bisa mencapai 0 (nol) derajat Celcius, bahkan tak jarang sampai minus dengan kecepatan angin di atas rata-rata. Dingin sekali.
Dari ketinggian, mata kami juga dimanjakan dengan pemandangan hijau di sekitar danau. Selain mata, ternyata hati juga turut sejuk melihat keindahan disana.
Pohon cemara, pinus, serta semak belukar dipadu dengan warna coklat ilalang yang membujur di sekitar danau seperti lukisan besar yang membentang. Apalagi jika ditambah langit biru bersih.
Kedalaman danau ini tidak begitu jelas berapa meternya, oleh karena itu para pendaki gunung dilarang keras untuk mandi dan berenang disini. Di danau ini pejalan hanya diperbolehkan untuk memancing atau mencuci piring, dan itupun dilarang menggunakan sabun untuk menjaga kebersihan air danu.
Kemah warna warni bertebaran di sekitar Pondok Pelangi, nama yang diberikan Rian untuk pondok pendaki (shelter) di tepian Ranu Kumbolo.
Selain Kalimati, Ranu Kumbolo memang menjadi tempat perkemahan yang paling disuka oleh para pendaki, setelah atau sebelum mereka mencapai Puncak Mahameru. Luasnya sekitar 15 Ha, jauh lebih luas dan lebih besar dari Ranu Pane yang hanya 4 Ha.
Rian, porter kami, menggunakan waktu yang luang dengan mencoba memancing. Sayang ikan yang didapat kecil-kecil. Selain memancing, tempat terbaik untuk melihat matahari terbit adalah di Ranu Kumbolo ini.
Pondok Pelangi adalah tempat yang paling strategis letaknya untuk melihat matahari terbit, dan jangan pernah untuk melewatkan momen ini jika sedang berada di Ranu Kumbolo.
Momen yang paling bagus adalah ketika warna keemasan matahari mulai keluar. Biasnya akan terpantul dipermukaan danau, menghasilkan sebaran sinar kemilau bagaikan mutu manikam. Sangat mempesona. Mataharinya persis bisa berada dilekukan dua bukit, tepat seperti imajinasi saya waktu kanak-kanak dulu :-)
Duduk di tepi danau dengan secangkir kopi sambil menikmati matahari terbit di Ranu Kumbolo serasa berada di nirwana. Memang benar wajah Ranu Kumbolo di pagi hari sangat menawan. Embun yang berkilat terkena pantulan air danau terlihat sangat cantik. Titik-titik embun yang mengkristal diatas ilalang juga menambah keindahan tempat ini. It's so damn beautiful.
Refleksi embun pagi membias mempercantik wajah Ranu Kumbolo. Setelah puas melihat matahari terbit dan keindahan Ranu Kumbolo, waktu yang tepat untuk kembali turun adalah dibawah jam 12 siang. Lebih dari jam 12 siang ada resiko kemalaman di jalan, yang selain gelap, angin yang bertiup di lereng Semeru juga menggigit sampai ke tulang. Selain itu, truk atau jeep terakhir yang berangkat dari Ranu Pane menuju Tumpang adalah sekitar jam 5 sore, untuk menghindari terjebak kabut saat melintas di Gunung Bromo.
Ketika turun, jangan lupa untuk melapor lagi di Pos Penjagaan Ranu Pane. Laporkan juga sampah yang dibawa turun dari atas. Bila saat melapor tidak membawa sampah, petugas jaga tidak segan-segan untuk meminta kita kembali ke atas untuk memungut sampah yang tertinggal. Hal seperti ini patut di contoh oleh pengelola taman nasional lainnya yang ada di Indonesia.
Jika tertarik melihat pesona matahari terbit di Ranu Kumbolo, berikut beberapa catatan kecil untuk bisa sampai disana :
- Jakarta - Malang naik Kereta Api Gajayana, atau Matarmaja.
- Malang - Ranu Pane menyewa Jip atau Hardtop, atau jika ingin lebih menantang bisa ke Tumpang, lalu naik truk sampai di Ranu Pane dengan hanya membayar Rp. 20.000 - Rp. 30.000 per orang, dengan waktu keberangkatan paling siang jam 9 pagi.
- Bawa salinan KTP dan Surat Tanda Sehat dari Rumah Sakit atau klinik terdekat. Surat sehat bisa juga dibuat di Tumpang dengan biaya Rp. 10.000. per orang
- Sleeping Bag, Jaket, Kupluk dan sarung tangan harus dibawa jika tidak ingin membeku.
- Bawa tongkat, akan sangat membantu saat berada ditanjakan.
- Dilarang mempergunakan SABUN dan PASTA GIGI di sekitar danau
- Bawa plastik untuk membawa turun sampah dari atas Gunung Semeru.
Ranu Kumbolo Lumajang
Alamat : Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Lumajang, Jawa Timur. Lokasi GPS : -8.0510712, 112.9173732, Waze. Rujukan : Peta Wisata Lumajang, Tempat Wisata di Lumajang, Hotel di Lumajang. Diubah: Desember 08, 2024.Label: Decyca Saune, Gunung, Jawa Timur, Lumajang, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.