Pemandangan di sepanjang jalan mengingatkan pada jalan Trans-Sumatera. Jalan beraspalnya mulus meskipun tidak terlalu lebar serta tidak terlalu berkelok. Permukiman juga masih agak jarang, hanya saja terlihat banyak 'danau' di sana sini, sebagai akibat pekerjaan penambangan terbuka secara besar-besaran di pulau ini.
Sesampainya di area parkir Air Panas Tirta Tapta terlihat sudah cukup banyak orang yang tiba lebih dahulu di sana. Rupanya tempat ini cukup populer di Pulau Bangka, karena mungkin tidak banyak terdapat sumber air panas di pulau ini. Setelah mengantri dan membeli tiket, kami pun masuk ke dalam area Air Panas Tirta Tapta yang ternyata cukup luas.
Kolam renang air dingin di kompleks Air Panas Tirta Tapta yang berbentuk segi empat, satu diantaranya berukuran besar memanjang dan satunya lagi ukurannya lebih kecil. Air di kedua kolam itu terlihat sangat jernih, dan banyak anak-anak tengah bermain-main di sana.
Di dekat kedua kolam itu terdapat dua kolam air panas yang diatur dengan suhu air yang berbeda. Kolam yang pertama dibuat airnya pada suhu sekitar 38 derajat, dan air rendam di kolam satunya lagi yang lebih kecil pada suhu 42 derajat Celsius.
Tidak sebagaimana Air Panas Tirta Sanita yang bau sulfurnya cukup tajam, di Air Panas Tirta Tapta ini pengunjung sama sekali tidak mencium bau sulfur yang mirip seperti bau telur busuk itu.
Selain fasilitas berbagai permainan di dalam air, Air Panas Tirta Tapta juga menyediakan hiburan musik di panggung terbuka, kebun binatang mini yang mengkoleksi sejumlah binatang menarik, warung sederhana sampai restoran yang cukup nyaman.
Sungguh menghibur melihat anak-anak, dan kadang-kadang orang dewasa, meluncur cepat melalui lintasan yang berkelok dan menciptakan cipratan air besar dan memekik riang ketika mereka tercebur masuk ke dalam kolam yang berada di bagian tengah tempat pemandian Air Panas Tirta Tapta.
Sebuah kejadian yang membuat saya tersenyum kecut terjadi ketika saya tengah berjalan cepat di sepanjang tepi kolam Air Panas Tirta Tapta menuju tempat yang teduh untuk menghindari sengatan matahari yang sangat panas, sementara kamera dengan lensa tele masih menggelantung di leher.
Seorang pria berusia di atas lima puluh tahunan yang sedang duduk di bawah sebuah payung taman tiba-tiba menyapa dan bertanya berapakah yang dia harus bayar untuk sebuah foto. Saya hanya menyeringai tanpa menjawab. Jika saja panas tidak menyengat, seharusnya saya berhenti untuk mengambil foto keluarga itu serta menanyakan alamat rumah mereka, dan berkata "gratis pak ...".
Di kompleks wisata Air Panas Tirta Tapta juga ada danau kecil buatan yang menyediakan sepeda air berbentuk angsa yang bisa disewa pengunjung untuk berkeliling danau, dan ada pula yang bisa dipakai untuk menyusuri sungai buatan di bawah pepohonan rindang yang mengelilingi area itu.
Sebenarnya kami ingin mampir sejenak di sebuah warung untuk sekadar mengganjal perut dan mendinginkan tenggorokan, namun tak ada tempat yang kena di hati sehingga kami meneruskan langkah menuju tempat parkir kendaraan. Boleh jadi karena suasana hati yang sedang tidak nyaman sehingga tak mau damai dengan perut.
Kami sempat berhenti di dekat sebuah jembatan dimana terdapat sungai yang sangat lebar. Sebuah sampan kosong tampak mengambang di sebelah kanan sungai, tampaknya tertambat di sebuah tiang. Entah dimana pemiliknya.
Sungai ini sangat lebar dengan hutan bakau di sepanjang tepiannya. Entah binatang apa saja yang masih hidup di sana. Di tengah sana ada sebuah benda yang tek jelas benar bentuknya. Yang jelas bukan sampan. Mudah-mudahan bukan mesin untuk menambang sungai.
Di sebelah kiri tampak ada sejenis kapal, namun tak jelas benar apakah kapal penumpang atau kapal keruk kecil. Di sebelah kirinya ada semacam dermaga atau jalur angkut.
Pemandangan di sepanjang jalan mengingatkan pada jalan Trans-Sumatera. Jalannya mulus meskipun tidak terlalu lebar serta tidak terlalu berkelok. Permukiman juga masih agak jarang.
Yang semula menarik perhatian adalah banyaknya 'danau' di kiri kanan jalan yang kami lalui. Namun lalu menjadi getir setelah tahu bahwa 'danau' itu terjadi sebagai akibat pekerjaan penambangan terbuka yang dilakukan secara besar-besaran di pulau ini.
Jika saja tidak tahu asal muasalnya maka pemandangan ini akan terlihat indah. Hanya saja danau ini terbentuk karena perbuatan manusia yang meninggalkannya begitu saja setelah merusak flora dan fauna yang sebelumnya hidup di sana selama ribuan tahun.
Sebuah perahu angsa tampak baru saja menaikkan penumpang dan siap untuk berkeliling di dalam kolam buatan di dalam kompleks Air Panas Tirta Tapta.
Di dekat kolam rendam air panas ini ada lagi doa kolam renang air dingin berbentuk kotak, yang satu berukuran besar memanjang dan satunya lebih kecil. Air di kedua kolam itu terlihat sangat jernih, dan banyak anak-anak tengah bermain-main di sana.
Satu atraksi gratis lain yang juga menghibur adalah ketika anak-anak melompat ke udara dan bersalto dengan bermacam gaya, menggunakan bahu teman mereka sebagai landasan untuk melakukan lompatan. Tak hanya satu dua, namun banyak anak bisa melakukannya dengan baik. Mungkin mereka sering ke tempat ini, atau biasa main di sungai yang banyak terdapat di Bangka.
Tak hanya satu dua, namun banyak anak bisa melakukannya dengan baik. Mungkin mereka sering ke tempat ini, atau biasa main di sungai yang banyak terdapat di Bangka.
Anak-anak itu hampir tak ada matinya. Mereka membuat atraksi silih berganti, dan menjadi tontonan gratis yang menyenangkan. Jika saja dilatih dengan baik, mereka bisa menjadi peloncat indah atau pesenam air yang hebat.
Satu per satu tangga ditapaki untuk sampai ke puncak menara. Setelah di puncak mereka bisa menikmati pemandangan atau langsung masuk ke salah satu dari dua luncuran yang ada dan terjun ke dalam kolam renang di bawahnya.
Beginilah ketika salah seorang anak ketika melakukan atraksi dengan bersalto di udara. Kebanyakan anak-anak ini memiliki kemampuan beraksi seperti itu.
Semakin tinggi melayang di udara semakin tinggi kepuas anak-anak itu bermain, dan sepertinya ada adu kepiawaian dalam melakukan atraksi ini. Sayang waktu itu tak terpikir oleh saya untuk membuat lomba buat mereka ...
Wajah-wajah gembira tampak terpancar dari anak-anak yang berada di dalam kolam renang, sementara dua anak tengah meluncur dan siap terjun ke dalam kolam.
Anak pertama telah terjun ke dalam kolam, menimbulkan cipratan air ke sekelilingnya yang tampaknya tak mengganggu sedikitpun anak-anak lainnya, sementara dua anak lain tengah meluncur cepat dan sebentar lagi terjun.
Papan luncur tampaknya memang menjadi favorit anak-anak itu. Jika bosan meluncur mereka bisa berenang-renang mengikuti aliran air pada sungai buatan, melewati terowongan seperti yang terlihat pada bagian kiri foto.
Serombongan anak-anak secara bersama-sama meluncur dan terjun hampir berbarengan ke dalam kolam, menimbulkan suasana kacau saling tindih dan keriuhan suara.
Seorang ibu tengah berbicara kepada seorang anaknya yang memperhatikannya dengan serius. Sementara sang adik yang dipangku sedang asik sendiri dan berteriak kegirangan bermain air.
Seekor kumbang tengah menghisap madu pada sekuntum bunga teratai yang tengah mekar di sebuah kolam di dalam kompleks Air Panas Tirta Tapta.
Puas menghisap madu di salah satu bunga teratai, kumbang itu pun terbang dan siap hinggap ke bunga teratai berikutnya untuk menghisap sarinya.
Anak-anak masih ramai berada di puncak menara luncur yang berbentuk seperti mahkota raja. Ketinggian menara bisa diperbandingkan dengan ketinggiam atap gazebo yang berada tidak jauh di sebelahnya.
Ketika meninggalkan lokasi Air Panas Tirta Tapta, saya melihat areal hutan yang tengah dikikis dan tanah yang dikupas oleh alat-alat berat untuk ditambang. Kegiatan penambangan telah membuat kerusakan lingkungan sangat serius di Pulau Bangka ini.
Penghancuran alam semacam ini pasti akan membawa konsekuensi getir pada suatu saat nanti. Jika pun penggalian tak terelakkan, namun meninggalkan begitu saja lahan yang telah digali sama sekali bukan merupakan perbuatan yang bertanggung jawab.
Alangkah sejuknya dan senangnya melihat hutan di ujung sana, dan miris melihat tanah yang telah dikupas di sebelahnya. Semoga hutan di sana itu masih lestari.
Sebagai orang luar saya tak tahu banyak tentang kebijakan penambangan yang dibuat pemerintah setempat, dan bisa salah menilai. Semoga saja ada kebijakan keras bagi pengembalian kondisi lahan setelah penambangan.
Yang juga menyedihkan adalah jika sebagain besar hasil tambang itu diekspor dengan nilai tambah yang kecil atau bahkan tanpa nilai tambah sama sekali, dan kemudian bahan tambang itu datang lagi ke Indonesia diimport dalam bentuk produk jadi dengan harga yang berlipat kali lebih mahal.
Ketika tulisan ini diterbitkan pertama kali, belum ada wacana hilirisasi oleh Presiden ke-7 Joko Widodo, dan kemudian beliau melaksanakannya dimulai dengan hilirisasi nikel, bauksit, tembaga yang di dalamnya juga ada emas.
Kerusakan alam akibat penambangan bukan hanya di darat, namun hingga sampai ke sungai dan laut. Semoga Bangka bisa menahan diri dan menata alamnya dengan baik agar tetap lestari.
Air Panas Tirta Tapta Bangka
Alamat : Desa Pemali, Sungaliat, Pulau Bangka. Lokasi GPS: -1.8605305, 106.0465515, Waze. Harga tiket masuk : Rp.15.000 dewasa, Rp.10.000 anak-anak. Hotel di Sungaliat, Peta) . Hotel di Bangka . Tempat Wisata di Bangka. Diubah: Desember 11, 2024.Label: Air Panas, Bangka, Bangka Belitung, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.