Jika hendak menikmati kuliner setempat maka sewaktu pesan kamar hotel memang sebaiknya mengambil harga yang tidak termasuk sarapan pagi. Meski kadang menu sarapan di hotel juga memasukkan pilihan kuliner setempat yang populer, namun menikmati kuliner langsung di tempat aslinya tentu mendatangkan kesan yang berbeda, selain harga sarapannya yang akan jauh lebih murah.
Lokasi Pical Sikai Bukittinggi berada di sebuah gang di Jl. Panorama 19c, Kota Bukittinggi, di dekat jalan masuk ke Taman Panorama dan Lobang Jepang, tempat yang akan kami kunjungi selepas sarapan. Setelah turun dari kendaraan yang diparkir di pinggir jalan, kami berjalan kaki beriringan masuk ke dalam gang, dan sempat menengok ke kiri dan kanan sebelum akhirnya menemukan warungnya.
Papan petunjuk ke arah Pical Sikai Bukittinggi di pinggir Jalan Panorama yang cukup jelas terlihat oleh para pejalan yang lewat di dekatnya. Ketika menemukan tempatnya saat itu, tampak muka warung pical ini terkesan masih sederhana, kesederhanaan yang membawa kesan seperti hendak makan pagi di kampung sendiri.
Pical Sikai Bukittinggi ini bukan satu-satunya warung yang letaknya tidak di tepi jalan raya, dan orang yang datang umumnya mendengar dari mulut ke mulut, membaca tulisan di media cetak atau melihatnya di berita kuliner di televisi. Kunjungan kami ke Pical Sikai Bukittinggi itu terjadi bertahun lalu, namun semoga saja warung ini tetap lestari.
Usaha Pical Sikai Bukittinggi rupanya telah ada sejak tahun 1948. Sudah sangat lama, masih dalam masa hangatnya perjuangan revolusi kemerdekaan. Awalnya dimulai oleh Mak Tuo Rubama, Chairiah (Sikai), dan Muslimah, yang kemudian berkembang menjadi usaha keluarga 8 orang bersaudara.
Tampak muka warung Pical Sikai Bukittinggi yang sederhana itu dan lokasi warungnya berada sekitar 20 meter dari jalan besar. Karena akses masuknya yang kecil maka kendaraan memang harus diparkir di tepi jalan oleh sebab tidak ada dan tidak disediakan parkir khusus bagi kendaraan tamu yang hendak sarapan pagi di sini.
Tampah bambu berlapis lembar daun pisang yang berisi bahan sayuran penyusun menu sarapan Pical Sikai Bukittinggi untuk kami santap di pagi itu. Selain daun singkong dan kol, ramuan picalnya juga ditambah dengan rebung dan jantung pisang. Jika jantung pisang, rebung, dan daun singkongnya direbus dahulu sebelum disajikan, maka irisan kol segar hanya dicuci bersih dan disajikan masih dalam bentuk mentah.
Saat itu ada dua meja panjang di dalam warung. Meja yang ada di sisi bagian depan menjadi tempat diletakkannya sayur mayur, bumbu dan perlengkapan Pical Sikai, dan di sisi lainnya menjadi tempat makan para pengunjung. Suasana warung masih sepi, belum ada pelanggan yang datang. Rupanya kami memang datang terlalu pagi di tempat itu dan harus menunggu beberapa saat sampai penjualnya siap melayani.
Lita tampak berada di dalam warung Pical Sikai Bukittinggi dengan beberapa deretan meja dan bangku, yang saat itu masih kosong, karena kami terlalu pagi datang ke tempat itu. Pical Sikai Bukittinggi melayani pengunjung dari jam 8 pagi sampai jam 6 sore, tepat sebelum maghrib tiba.
Pical Sikai Bukittinggi yang siap disantap, setelah ditambah lontong pical, ditabur keripik sanjai, kerupuk merah, dan disiram bumbu kacang khas Pical Sikai. Bumbu kacang pical Sikai ini dibuat dari kacang tanah goreng yang ditumbuk dan ditambah dengan cabai dan gula merah. Rasanya sungguh nikmat. Satu porsi Pical Sikai Bukittinggi harga saat itu Rp 8.000 saja.
Keripik sanjai (potongan singkong yang diiris tipis-tipis), dan kerupuk merah merupakan pelengkap hidangan Pical Sikai, yang menambah gurih rasa makanan. Sementara peyek adalah menu tambahan yang sayang juga kalau dibiarkan tanpa disentuh. Uni Reni seoranglah yang melayani kami sarapan di pagi hari itu.
Usaha ini sekarang dilanjutkan oleh generasi kedua, dimana Uni Reni adalah anak dari Ibu Muslimah. Setiap 2 minggu sekali, masing-masing keluarga mendapat giliran bergantian datang untuk menjaga jualan di warung Pical Sikai Bukittinggi. Mudah-mudahan saja usaha yang menyajikan menu makanan sehat ini bisa terus berlanjut di tengah gempuran makanan instan yang kenikmatan sesaatnya sering membawa berbagai penyakit di kemudian hari.
Pical Sikai Bukittinggi
Alamat : Jl. Panorama 19c, Bukittinggi, Sumatera Barat. GPS: -0.30734, 100.36450, Waze. Jam buka : 08.00 - 18.00. Peta Wisata Buittinggi, Tempat Wisata di Bukittinggi, Hotel di Bukittinggi.Meja di warung Pical Sikai yang di satu sisi menjadi tempat diletakkannya sayur mayur, bumbu dan perlengkapan pical, dan di sisi lainnya menjadi tempat makan para pengunjung.
Selain daun singkong dan kol, ramuan Pical Sikai Bukittinggi juga ditambah dengan rebung dan jantung pisang. Bagi yang tak terbiasa makan sayuran jenis ini, memerlukan sedikit waktu untuk menyesuaikan lidah dengan rasa dan teksturnya.
Jika jantung pisang, rebung, dan daun singkong Pical Sikai Bukittinggi ini direbus dahulu sebelum disajikan, maka irisan kol segarnya disajikan secara mentah.
Keripik sanjai (potongan singkong tipis), dan kerupuk merah merupakan pelengkap hidangan Pical Sikai Bukittinggi. Sementara peyek adalah menu tambahan.
Pical Sikai Bukittinggi yang siap disantap, setelah ditambah lontong pical, ditabur keripik sanjai dan kerupuk merah, dan disiram bumbu kacang khas Pical Sikai. Bumbu kacang Pical Sikai Bukittinggi ini dibuat dari kacang tanah goreng yang ditumbuk dan ditambah dengan cabai dan gula merah. Rasanya sungguh nikmat. Satu porsi Pical Sikai Bukittinggi harganya Rp 8.000 saja.
Uni Reni yang melayani kami pagi itu. Usaha Pical Sikai Bukittinggi telah ada sejak tahun 1948, dimulai oleh Mak Tuo Rubama, Chairiah (Sikai), dan Muslimah, yang merupakan usaha keluarga 8 bersaudara.
bumbu kacang khas Pical Sikai yang diletakkan di dalam sebuah panci cukup besar. Bumbu sebanyak ini mungkin hanya cukup untuk setengah hari atau kurang jika tamu yang datang cukup banyak.
Campuran bumbu Pical Sikai yang saya lupa bertanya apa isinya, namun jika melihat bentuknya tampaknya ini adalah gula merah yang sudah dilarutkan dan menjadi penyedap rasal pecel khas Bukittinggi ini.
Penampakan Pical Sikai lainnya yang siap untuk disantap setelah ditambah krupuk merah dan disiram dengan bumbu kacang. Potongan rebung tampak jelas pada foto ini.
Uni Reni berdiri di samping meja yang menjadi tempat untuk meletakkan semua jenis sayuran dan bumbu untuk meramu Pical Sikai. Tak jelas berapa orang yang membantunya untuk menyiapkan segala sesuatunya sampai ia siap untuk melayani pengunjung.
Diubah: Desember 16, 2024.
Label: Bukittinggi, Kuliner, Sumatera Barat, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.