Di puncak bukit kecil Taman Monumen Bung Hatta itu, terdapat sebuah patung terbuat dari bahan perunggu sosok seorang Bung Hatta yang digambarkan dalam posisi berdiri dengan kepala sedikit menunduk dan sebelah tangannya terangkat ke atas seakan menyapa setiap orang lewat yang tak henti berlalu lalang di jalanan di bawahnya.
Di bawah patung terdapat tulisan besar dari pelat logam di atas keramik yang berbunyi "Taman Monumen Bung Hatta Bukittinggi". Belakangan baru saya ketahui bahwa Taman Monumen Bung Hatta Bukittinggi itu dibangun untuk memperingati seabad kelahiran salah satu putera Minangkabau terbaik itu, yang jatuh pada 12 Agustus 2002.
Area utama kawasan Taman Monumen Bung Hatta Bukittingi dengan tengara nama pada bidang melengkung di puncak bukit serta Patung Bung Hatta di atasnya. Kebersihan dan keasrian taman tampak terjaga dengan sangat baik, menjadikannya semacam surga kecil bagi Kota Bukittinggi yang semakin banyak disesaki dengan tembok-tembok rumah dan bangunan beton tak beraturan lainnya.
Sayang sekali di tepian taman di pinggir jalan tidak ada semacam prasasti yang menceritakan secara singkat tentang sosok Bung Hatta. Prasasti semacam itu akan elok jika bisa dilihat dan dibaca oleh para pejalan di jalur pedestrian di bawah bukit Taman Monumen Bung Hatta, sebagaimana yang telah dibuat di depan tugu Jam Gadang. Tak semua pejalan peduli dengan tugu atau monumen memang, namun selalu saja ada orang lewat yang ingin tahu lebih banyak mengenai segala hal.
Dari jalanan di bawah bukit Taman Monumen Bung Hatta itu sesungguhnya pengunjung bisa meniti anak tangga yang terbuat dari keramik berwarna abu-abu gelap menuju ke arah patung di atas sana.Hanya saja pagar di depan anak tangga pertama ternyata terkunci rapat ketika saya berada di sana, mungkin juga dikunci sepanjang waktu. Entah untuk memelihara kebersihan dan keindahan taman atau karena tamannya menyatu dengan kompleks istana.
Berpeci dan berkaca-mata, dengan model celana dan baju khas jaman dahulu yang modelnya sekarang sudah sulit ditemukan di jalanan maupun di tempat pesta, patung si Bung di Taman Monumen Bung Hatta ini terlihat teduh dengan senyum tipisnya.
Patung perunggu di Taman Monumen Bung Hatta Bukittinggi itu menggambarkan bentuk sosok si Bung secara utuh. Penggambaran si bung di taman ini mengingatkan saya pada patungnya yang ada di Monumen Soekarno-Hatta di daerah Menteng, Jakarta, serta Patung Proklamator Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten.
Dari seberang jalan dimana terdapat Tugu Pahlawan Tak Dikenal, area taman terlihat elok dengan jalur pedestrian di sebelah luar pagarnya yang tinggi, di tepian Jl. Jam Gadang yang dibuat satu arah.
Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta memang dilahirkan di Fort de Kock, kini Bukittinggi, pada 12 Agustus 1902. Perjalanan hidupnya yang berwarna membawanya menjadi seorang pelajar, tokoh pergerakan, pejuang, negarawan, dan Wakil Presiden Indonesia pertama yang kemudian memilih mundur pada 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Bung Hatta juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, serta dikenal pula sebagai Bapak Koperasi.
Beberapa orang perempuan tampak sedang berjalan kaki melintas di jalur pedestrian di bawah area Taman Monumen Bung Hatta, sementara dua pengemis perempuan duduk berbincang di sebelah kanan, dan seorang pengemis pria tua tertidur kelelahan menunggu derma di bagian tengah, mengingatkan saya pada sebuah lirik lagu Konser Rakyat Leo Kristi yang berjudul "Memorial Sudirman"
Di balik sorot lampu taman engkau masih saja di situ adik. Tak ada selimut engkau tertidur sayang berbantal tangan. Sedan-sedan lewat tak ganggu nyenyak tidurmu. Keroncong kecil di tanganmu, hati besar di senyummu. Senyum pahit disekelilingmu, senyum manis di hatimu. Alloh huhuhuhu, Alloh huhuhuhu... Adik nyanyikan aku satu lagu, kasih sayang
Tegap bayang-bayang berpedang bungkukkan badan membelai rambutmu. Mengusap wajah lembut kumal seraya berbisik tabahlah hatimu. Anak Sudirman tertidur di bawah telapak kakimu. Anak Sudirman tertidur di bawah telapak kakimu. Oh betapa panjangnya hari, hari ini dan hari esok akan satu. Adik nyanyikan aku satu lagu, bara hati, bara hati, bara hatiiiii
Perjuangan menuju Indonesia yang makmur, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memang masih sangat panjang. Pemimpin pemerintahan, baik di tingkat lokal maupun nasional datang dan pergi, lenyap ditelan jaman. Sebagian dari mereka benar-benar bekerja semata bagi kepentingan rakyat, dan sebagian lagi hanya memikirkan diri sendiri dan kelompoknya.
Dalam demokrasi, orang baik dan orang jahat bisa menduduki posisi penting. Hanya ketika rakyat cerdas, kebal terhadap hoax dan fitnah, maka mereka akan memiliki pemimpin yang benar-benar baik, yang hanya punya satu kepentingan: memajukan negara dan rakyatnya.
Taman Monumen Bung Hatta
Alamat: Jl. Jam Gadang Bukittinggi, Sumatera Barat. Lokasi GPS : -0.3065777, 100.369294, Waze. Peta Wisata Buittinggi, Tempat Wisata di Bukittinggi, Hotel di Bukittinggi.Dari jalanan di bawah bukit Taman Monumen Bung Hatta, sesungguhnya pengunjung bisa meniti anak tangga yang terbuat dari keramik berwarna abu-abu gelap menuju ke arah patung. Sayang, pagar di depan anak tangga terkunci rapat ketika saya di sana, mungkin juga dikunci sepanjang waktu untuk memelihara kebersihan dan keindahan taman.
Kebersihan dan keasrian Taman Monumen Bung Hatta ini tampak terjaga dengan sangat baik, menjadikannya semacam taman surga kecil bagi Kota Bukittinggi yang semakin banyak disesaki dengan tembok rumah dan bangunan beton tak beraturan.
Taman Monumen Bung Hatta di Bukittinggi itu dibangun untuk memperingati seabad kelahiran putera terbaik Minangkabau yang pernah ada ini, yang jatuh pada 12 Agustus 2002.
Sayang sekali saat itu belum ada semacam prasasti yang menceritakan secara singkat tentang sosok Bung Hatta, yang bisa dilihat dan dibaca oleh para pejalan dari jalur pedestrian di bawah bukit Taman Monumen Bung Hatta ini, sebagaimana yang telah dibuat di depan Jam Gadang.
Taman Monumen Bung Hatta dilihat dari seberang jalan, dengan jalur pedestrian di sebelah luar pagarnya yang tinggi, serta Jl. Jam Gadang yang dibuat satu arah.
Seorang pengemis perempuan yang duduk termangu di jalur pedestrian di sebelah kiri, dan seorang lagi pengemis pria tua yang tertidur kelelahan menunggu derma di sebelah kanan, di bawah Taman Monumen Bung Hatta, mengingatkan saya pada sebuah lirik lagu Konser Rakyat Leo Kristi yang berjudul "Memorial Sudirman"
Patung dan monumen yang ada di atas bukit rendah ini memang sepertinya sengaja dibuat jauh dari jangkauan pejalan yang lewat di bawahnya. Hal yang patut disayangkan. Ada baiknya dibuat pengaturan area sehingga pejalan bisa melihat dari jarak yang lebih dekat dengan memindahkan pagar pembatas dengan bangunan gedung utama.
Pandangan lebih dekat lainnya pada patung yang menggambarkan sosok Bung Hatta, lengkap dengan gestur tangan dan badannya. Siapa pun yang membuat patung ini, ia telah membuatnya dengan kualitas dan kemiripan yang sangat baik.
Sudut pandang yang sedikit ditarik ke sebelah kanan dari foto yang sebelumnya di tempat yang sama. Saya menduga pada awalnya pejalan bisa naik ke atas sana, namun kemudian ada perubahan kebijakan yang membuat taman ini menjadi tertutup untuk umum.
Ruang cukup lebar di bagian depan bawah Taman Monumen Bung Hatta, yang memang mestinya disediakan bagi rombongan pelajar dan amsyarakat yang hendak melihat taman dan patung orang yang pernah memberi warna dengan tinta emas bagi negeri ini.
Ada cukup banyak titik pandang untuk melihat patung Bung Hatta, meski pun saat itu hanya bisa dilakukan dari jarak yang cukup jauh.
Jika saja tembok-tembok itu dicat dengan warna putih bersih, bukan warna biru seperti pada foto, akan memberi nuansa yang jauh lebih baik. Akan lebih baik jika temboknya dilapis dengan tatanan batu kali tipis untuk memberi kesan alami.
Seorang pria tampak melintas di jalur pedestrian di bagian bawah patung, tanpa menengokkan kepala ke arah kanan atas. Jika saja ada prasasti berisi riwayat singkat di tepi jalan itu akan lebih mungkin untuk orang sejenak berhenti, membaca, dan mengapresiasi orang yang patungnya dibuat di atas sana itu.
Pengemis, tembok yang mulai kotor, pagar, dan taman serta patung di atas sana. Ada cerita yang tak sambung, karena cita-cita kemerdekaan belum tercapai.
Pandangan ke arah Taman Monumen Bung Hatta yang diambil dari tepian jalan aspal. Warna biru pada tembok memang terlihat sangat mengganggu pemandangan, meski taman dan rerumputan terlihat bersih terawat.
Beberapa orang gadis tampak berjalan memintas, dan saya perhatikan mereka pun tidak menyempatkan menengok ke arah taman. Boleh jadi mereka memang tiap hari lewat di sana, dan patung Bung Hatta sudah menjadi pemandangan biasa, yang tak lagi menarik untuk dilihat.
Selama beberapa saat saya berdiri di seberang jalan mengamati orang lalu lalang, memang hampir tak ada yang memberi perhatian pada taman dan patung di atas sana. Patung dan monumen dibuat dengan biaya mahal bukan hanya sebagai bentuk penghormatan bagi sang tokoh, namun mestinya juga sebagai pengingat bagi generasi muda untuk mengapresiasi jasa sang tokoh dan menjadikannya sebagai sosok teladan dan sumber inspirasi. Namun sering patung dibuat untuk dilupakan, untuk hanya sesekali diingat jika ada peringatan pada tanggal tertentu.
Diubah: Desember 16, 2024.
Label: Bukittinggi, Hatta, Sumatera Barat
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.