Makam Raja-Raja Demak

Lokasi Makam Raja-Raja Demak atau Makam Raja-Raja Kesultanan Demak berada di sisi Barat Laut Masjid Agung Demak, masih di kompleks masjid. Untuk menuju makam kami berjalan arah ke utara dari serambi masjid, melewati situs kolam wudlu yang ada di sisi kanan halaman. Di ujung halaman itu ada serambi dengan lorong penghubung.

Jika masuk ke serambi dan berjalan ke arah kanan maka pengunjung akan masuk ke dalam gedung Museum Masjid Agung Demak, yang saya kunjungi belakangan, setelah jam istirahat. Kami berjalan menyusur lorong ke arah kiri untuk sampai di area Makam Raja-Raja Demak yang masih terawat baik. Saat itu hanya ada beberapa peziarah, dan seorang juru kunci. Sebelum melihat berkeliling di Makam Raja-Raja Demak yang tak begitu luas itu saya sempat berbincang selama beberapa saat dengan kuncen makam yang bernama Sulhan sambil duduk santai di lantai lorong penghubung. Menurut pengakuannya, ia yang sekarang berumur 47 tahun sudah mengabdi menjadi kuncen di kompleks pemakaman ini selama 23 tahun.

Saya sempat mengambil foto dari jarak dekat pada tiga kubur utama yang ada di Makam Kasepuhan adalah Makam Raden Patah (Raden Abdul Fattah Al-Akbar Sayyidin Panotogomo, Sultan Demak I), Raden Patiunus (Pangeran Sabrang Lor, Raja Demak II), dan Dewi Murthosimah permaisuri Raden Patah. Di sisi kanan kiri makam utama ini terdapat sejumlah makam lain yang sebagian nama-namanya saya bisa kenali.

makam raja-raja demak

Pemandangan pada lorong yang menghubungkan Museum Masjid Agung Demak dengan kuncup makam di ujung kiri kompleks Makam Raja-Raja Demak, yang terlihat di latar belakang. Dengan ukuran apa pun, apalagi letaknya di belakang masjid yang umumnya ramai pengunjung, kompleks makam ini terbilang rapih dan sangat baik perawatannya.

Di sebelah kiri depan pada foto adalah Kubur Pangeran Benawa, sebuah nama yang tidak asing di telinga. Sedangkan di sebelah kanan pada foto ada pendopo yang disebut Paseban, yang dipergunakan sebagai tempat oleh para peziarah duduk bersila menghadap makam ketika membaca ayat suci dan mengheningkan cipta memanjat doa kepada para penghuni kubur.

Deret kubur terbuka yang dihuni oleh jasad orang penting yang semasa hidupnya mengukir sejarah dan menghias buku pelajaran sekolah itu disebut Makam Kasepuhan. Sebagian nama menjadi lebih dikenal berkat buku cerita silat atau roman berlatar sejarah, seperti Nagasasra - Sabuk Inten karya SH Mintardja. Sedangkan kubur yang ada dalam cungkup disebut Makam Kaneman.

makam raja-raja demak

Makam Pangeran Benawa panjang kuburnya boleh dibilang tidak lazim, karena jauh lebih panjang dari makam pada umumnya, meskipun tidak sampai sepanjang makam panjang yang saya lihat di kompleks Makam Siti Fatimah Binti Maimun Gresik. Pada tengah kubur terdapat tulisan "Makam Kanjeng Pangeran Benowo, dipugar 11-10-2002 M, 4-8-1423 H".

Pangeran Benawa adalah Raja Pajang ketiga (1586-1587) bergelar Prabuwijaya. Mungkin karena itu, makamnya terpisah dari Makam Sultan Demak. Pangeran Benawa adalah putera Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir), pendiri Pajang. Putrinya, Dyah Banowati, menikah dengan Mas Jolang (Panembahan Hanyakrawati), putra Sutawijaya, dan melahirkan Sultan Agung.

Pangeran Benawa juga memiliki putra bernama Pangeran Radin, yang kelak kemudian hari menurunkan nama-nama pujangga besar Kasunanan Surakarta, yaitu Yosodipuro dan Ronggowarsito. Pangeran Benawa adalah sultan Pajang terakhir. Sepeninggalnya, Pajang menjadi kadipaten dibawah kekuasaan Panembahan Senopati di Mataram.

Ada jirat kubur di kompleks Makam Raja-Raja Demak yang bertulis "Nyi Ageng Serang, Dewi Moersiyah", sedangkan kubur di sebelahnya tak ada tulisannya. Di dalam pagar jeruji tampak ketiga makam utama dan sejumlah makam lainnya. Di dalam cungkup kanan belakang adalah Makam Sultan Trenggana, Sultan Demak ke-3, dan sejumlah makam lainnya, dan di ujung sana adalah Masjid Agung Demak.

Memang terasa ganjil bahwa hanya kubur sultan Demak ketiga yang ada dalam cungkup terkunci dan baru dibuka pada hari tertentu. Mungkin karena Demak di masa Sultan Trenggana dianggap mencapai puncak kejayaannya dengan menguasai Sunda Kelapa dan Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan (1546).

Jirat kubur yang bersebelahan dengan tiga makam utama itu adalah makam Pangeran Mekah dan isterinya, serta makam Pangeran Sekar Sedolepen (ayah Arya Penangsang) yang dibunuh orang suruhan Raden Mukmin (nama muda Sunan Prawoto). Sultan Demak keempat, Sunan Prawoto, yang memindahkan pusat pemerintahan Demak dari Bintoro ke Prawoto dan hanya memerintah tiga tahun karena dibunuh oleh orang suruhan Arya Penangsang, juga tidak dimakamkan di kompleks Makam Raja-Raja Demak. Ia dimakamkan di pekuburan umum Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati.

Makam Arya Penangsang, penguasa Demak yang kelima, belakangan saya lihat ada di Kadilangu, di kompleks Makam Sunan Kalijagaja. Ada pula kubur Sunang Ngudung, Walisongo yang juga ayah Sunan Kudus, serta kakak Sunan Ampel. Dalam perang melawan Majapahit, ia membunuh Handayaningrat (Ki Ageng Pengging Sepuh, menantu Brawijaya V). Sunang Ngudung kemudian tewas oleh Raden Kusen, Adipati Terung, seorang muslim yang setia pada Majapahit dan makamnya ada di sana juga.


Makam Raja-Raja Demak

Alamat : Kompleks Masjid Agung Demak, Desa Kauman, Demak. Lokasi GPS : -6.894365, 110.637201, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Demak, Peta Wisata Demak, Tempat Wisata di Demak.

Diubah: September 10, 2019.
Label: Demak, Jawa Tengah, Makam, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang,
seorang penyusur jalan.
Traktir BA? Scan GoPay, atau via Paypal. GBU.
« Baru© 2004 - IkutiLama »