Namun ada sumber lain menyebut Museum Joang ’45 dibangun tahun 1920, dan sebelumnya merupakan Schomper Hotel yang dikelola keluarga Belanda bernama L.C. Schomper. Selama pendudukan Jepang, gedung ini digunakan Ganseikanbu Sendenbu (Departemen Propaganda) dengan nama Gedung Menteng 31. Sejak 1942 gedung ini digunakan sebagai tempat memberikan program pendidikan politik bagi para pemuda Indonesia.
Perubahan nama Gedung Menteng 31 menjadi Museum Joang '45 terjadi pada tanggal 19 Agustus 1974, yang peresmiannya dilakukan oleh, ketika itu, Presiden Soeharto dan Gubernur DKI Ali Sadikin.
Yang menjadi pembicara diantaranya adalah Soekarno, Hatta, Moh. Yamin, Sunaryo, dan Achmad Subarjo. Mereka yang memperoleh pendidikan politik diantaranya adalah Sukarni, Adam Malik, Chaerul Saleh, A.M. Hanafi dan beberapa lagi lainnya yang kemudian dikenal sebagai Pemoeda Menteng 31. Inilah kelompok yang 'menculik' Soekarno, Hatta, serta Fatmawati dan Guntur ke Rengasdengklok sehari sebelum proklamasi kemerdekaan.
Di halaman depan gedung museum, di sisi sebelah kanan terdapat relief yang menggambarkan situasi perjuangan dan semangat para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Ada pula narasi, kutipan tulisan dari Trisnoyuwono, dan tulisan "Merdeka atau Mati!" yang mampu membakar semangat bangsa Indonesia ketika itu dalam melawan penjajah.
Di teras gedung Museum Joang '45 terdapat patung Soekarno - Hatta di kiri kanan pintu masuk. Museum ini menyimpan koleksi foto yang mendokumentasikan peristiwa bersejarah di Indonesia antara tahun 1944-1949. Di dalam museum juga disimpan patung beberapa pahlawan, koleksi lukisan, mobil yang pernah dipakai Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, serta Mobil yang dipakai Bung Karno pada Peristiwa Pemboman di Cikini.
Pemutaran Film
Masuk ke ruangan terlihat beberapa baris kursi menghadap layar yang memutar pertunjukan film tentang peristiwa bersejarah di sekitar proklamasi kemerdekaan, dan peran yang dimainkan kelompok Pemoeda Menteng 31. Salinan videonya bisa dibeli. Di sisi sebelah kiri terdapat ruangan dimana berjajar patung dada tokoh nasional berwarna kuning keemasan dan sejumlah salinan foto serta kisah perjuangan tokoh Pemoeda Menteng 31.Sebuah diorama elok di Museum Joang ’45 menggambarkan suasana di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta, atau Lapangan Gambir, yang letaknya kira-kira di depan PLN Gambir), saat Soekarno memberikan pidato singkat yang bersejarah pada 19 September, 1945.
Peristiwa Rapat Raksasa yang dihadiri lebih dari 100.000 orang di Lapangan Ikada itu tidak lepas dari peran dan kenekatan para pemuda Menteng 31 yang tergabung dalam Komite van Actie yang memprakarsai rapat umum ini. Teks pidato Bung Karno dalam rapat di Lapangan Ikada itu juga dipajang di museum.
Diorama lainnya di Museum Joang ’45 yang menggambarkan situasi di Gedung Menteng 31 antara bulan Agustus - September 1945, dimana kurir-kurir para pejuang dari seluruh Jakarta berkumpul di gedung Museum Joang ’45 untuk mendapatkan informasi terbaru tentang bagaimana berjuang melawan Belanda yang berencana untuk datang kembali ke Indonesia.
Saya sempat masuk ke sebuah ruangan kecil dimana disimpan dokumentasi terkait Bung Hatta yang berupa sebuah kursi rotan, meja kerja, dan foto-foto. Museum Joang '45 juga memiliki perpustakaan yang berada di sebuah ruang kecil di sebelah kiri ruang utama museum.
Tan Malaka
Foto tua tokoh pergerakan legendaris Tan Malaka namun kontroversial, bersama Sukarni dan Ibu Mangunsarkoro dipajang pula salah satu dinding Museum Joang ’45. Ada juga dua buah foto Tan Malaka lainnya yang dipotret sendirian, serta foto Soekarno dan Tan Malaka berjalan beriringan dalam peristiwa rapat raksasa di Lapangan Ikada.Selain itu ada poster yang dipajang di sebuah dinding museum yang berisi foto Panglima Besar Jenderal Sudirman saat ditandu semasa memimpin perang gerilya melawan Belanda karena sakit pada paru-parunya.
Di samping kanan gedung utama, pada emperan belakang, saya menjumpai deretan patung dada sejumlah tokoh pergerakan nasional berukuran cukup besar. Tampaknya mereka tidak mendapatkan tempat di ruangan utama museum sehingga terpaksa harus diletakkan di emperan gedung.
Mobil Kepresidenan
Di belakang gedung utama Museum Joang '45 terdapat ruangan terbuka cukup luas, dimana di sebelah kanannya ada bangunan terpisah yang khusus digunakan untuk menyimpan kendaraan kepresidenan dengan nomor REP-1 dan REP-2 yang pernah digunakan oleh Presiden dan Wakil Presiden pertama RI, serta sebuah mobil lainnya. Ada pula dua patung dada di depan gedung itu.Setelah berkeliling melihat koleksi Museum Joang ’45, pengunjung bisa beristirahat sejenak sambil menikmati minuman dan makanan ringan di Kantin Joang yang berada di samping kanan museum. Di dalam kantin berukuran agak mungil namun cukup nyaman itu selain ada minuman dingin untuk menyegarkan tenggorok tersedia pula makanan yang bisa untuk mengganjal perut jika sudah kelaparan.
Museum Joang '45 Jakarta
Jl. Menteng Raya 31, Jakarta. Nomor Telp 021-3909148. Lokasi GPS : -6.186004, 106.836299, Waze. Jam buka : Selasa - Minggu jam 09.00 - 15.00. Hari Senin tutup. Harga tiket masuk : Rp.2.000. Hotel di Jakarta Pusat, Hotel Melati di Jakarta Pusat, Nomor Telepon Penting, Peta Wisata Jakarta, Peta Wisata Jakarta Pusat, Rute dan Jadwal Lengkap KRL Commuter Line Jabodetabek, Rute Lengkap TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Pusat, Trayek Bus Damri Bandara Soekarno - Hatta.Diubah: Desember 07, 2024.Label: Jakarta, Jakarta Pusat, Museum, Wisa, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.