Patung Pak Tani terletak di sebuah bundaran cukup besar diantara Jl. Menteng Raya, Jl. Prapatan dan Jl. Arief Rachman Hakim, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, tidak jauh dari Tugu Monumen Nasional dan Masjid Cut Meutia. Kawasan ini boleh dibilang menyejukkan, karena adanya lapangan rumput, tumbuhan perdu dan bebungaan, yang menjadikannya sebagai hiburan bagi para pemotor yang melewatinya.
Hari itu adalah kebetulan Sabtu, sehingga kepadatan lalu lintas di sekitar Tugu Tani yang ada di kawasan Menteng itu tak begitu tinggi. Karena tidak begitu padat dengan lalu lalang kendaraan maka saya bisa menghentikan mobil selama beberapa saat di tepi jalan, lalu secepatnya membuka kaca jendela dan mengambil beberapa buah foto dari dalam mobil. Aman.
Patung Pak Tani digambarkan tengah membawa sebuah senjata bedil dengan sebatang sangkur tajam menempel pada moncongnya, dengan sesosok wanita di sampingnya. Nama resmi Patung Pak Tani adalah Patung Pahlawan, yang dimaksudkan untuk menghormati para pahlawan pejuang kemerdekaan, hanya kemudian lebih dikenal sebagai Patung Pak Tani karena sosok patung prianya yang bentuknya khas.
Ide Bung Karno
Pembuatan patung ini berasal dari ide Bung Karno ketika masih menjabat sebagai presiden RI. Inspirasinya ia dapatkan ketika tengah berkunjung ke Moskow, oleh karena ia merasa sangat terkesan dengan patung-patung artistik yang berada di sana. Karenanya Patung Pak Tani dibuat oleh pematung Rusia bernama Matvey Manizer dan anaknya Otto Manizer.Matvey Genrikhovich Manizer (1891 – 1966) adalah salah satu pematung Rusia yang sangat terkenal. Ia membuat sejumlah patung yang kemudian menjadi karya seni sosial realism yang klasik. Lahir di St. Petersburg, ia belajar di State Artistic and Industrial Academy di sana, dan lalu belajar di sekolah seni Peredvizhniki dari 1911 hingga 1916. Pada 1941 ia pindah ke Moskow.
Patung itu tidak dikerjakan di Indonesia, namun di bengkel pematungnya yang berada di Rusia. Setelah selesai dikerjakan oleh anak beranak Manizer, Patung Pak Tani yang terbuat dari tembaga ini kemudian dibawa ke Indonesia dari Moskow dengan menggunakan kapal laut sehingga memerlukan waktu yang cukup lama, namun tentu lebih murah ongkosnya.
Ketika itu anak-anak kecil dan anak tanggung tampak tengah bermain di area taman asri di sekitar tugu atau Patung Pak Tani. Ada yang duduk-duduk sambil berbincang asik dengan temannya, ada pula yang tengah bermain bola, meskipun bentuk tamannya tak mirip sama sekali dengan lapangan bola. Begitu pun mereka asik bermain di sana.
Oleh karena semakin hari semakin padat lalu lintas di Jakarta, bahkan di hari Sabtu dan Minggu sekalipun, sehingga akan semakin sulit pula untu memotret patung ini. Jika saja menginap di hotel yang ada di seberang tugu maka orang bisa memotret dengan lensa tele dari kamar. Ketiadaan tempat bersantai dan tidak adanya tempat parkir kendaraan yang cukup luas di sekitar Patung Pak Tani, membuat patung ini seringkali hanya dilirik sesaat ketika orang melewatinya jalan di dekatnya.
Patung Pak Tani diresmikan pada 1963, dengan tengara pada tugu monumennya yang berbunyi “Bangsa yang menghargai pahlawannya adalah bangsa yang besar”. Sayangnya sangat sedikit pahlawan yang dikenal dan diingat orang. Kebanyakan dikubur tanpa upacara kehormatan, dan namanya memudar seiring waktu untuk kemudian dilupakan.
Patung Pak Tani dengan bedil dan sangkurnya.
Anak-anak kecil dan tanggung sedang bermain di area taman Patung Pak Tani.
Patung Pak Tani Menteng ketika lalu lintas jalanan lancar. Tempat parkir terdekat untuk bisa memotret patung ini, jika tak bisa berhenti sejenak di jalan, tampaknya adalah di gedung PPM atau di hotel yang ada di sisi kiri patung.
Otot-otot besar pada dada dan kaki, tanda pekerja fisik keras karena mustahil petani pergi ke gym. Entah mengapa orang tak menyebutnya Patung Pak Tani dan Bu Tani, karena mereka berdua di sana.
Patung karya Matvey Genrikhovich Manizer ini sempat diributkan oleh sebagian orang karena dianggap sebagai simbol komunis. Sukurlah patung ini selamat sampai sekarang.
Patung Pak Tani
Patung Pak Tani atau Tugu Tani berada di Jl. Menteng Raya, Jl. Arief Rachman Hakim, dan Jl. Prapatan, Menteng, Jakarta Pusat. Lokasi GPS : -6.182838, 106.834574, Waze.Panduan di Jakarta
Hotel di Jakarta Pusat / Hotel Melati di Jakarta Pusat / Nomor Telepon Penting / Peta Wisata Jakarta / Peta Wisata Jakarta Pusat / Rute dan Jadwal Lengkap KRL Commuter Line Jabodetabek / Rute Lengkap TransJakarta / Tempat Wisata di Jakarta / Tempat Wisata di Jakarta Pusat / Trayek Bus Damri Bandara Soekarno - Hatta.Diubah: Agustus 15, 2021.Label: Jakarta, Jakarta Pusat, Patung, Wisa, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.