Patung berbahan perunggu ini menggambarkan sosok Pangeran Diponegoro dengan tombak di tangan tengah menunggang seekor kuda yang dua kaki depannya terangkat ke atas. Patung Pangeran Diponegoro yang merupakan hibah dari Ciputra ini diresmikan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada 6 Desember 2005.
Taman dimana patung berada memiliki luas sekitar 3000 m2, lebih memanjang ketimbang melebar, mengikuti jalan yang dibelahnya. Sedangkan air mancur di bawah patung luasnya mencapai sekira 110 m2. Proses pembuatan patung dari rancangan hingga sampai selesai membutuhkan waktu hampir setahun. Cukup lama.
Patung Pangeran Diponegoro bisa dipandang oleh pejalan dari sekitar halte bus di sisi selatan Taman Suropati, mengarah ke Gedung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang berpunggungan dengan Masjid Agung Sunda Kelapa. Ornamen model Betawi tampak pada bagian atas foto yang dipasang pada atap halte.
Meskipun kami konon masih keturunan sang pangeran, dan saya pernah pula berkunjung ke Makam Pangeran Diponegoro yang ada di Makassar, namun nyaris tak ada getar rasa leluhur terhadap sosok ini. Mungkin karena jaraknya sudah terlalu jauh. Kakek buyut kami, KH RM Muhammad Ilyas adalah putera dari RM Ali Dipawangsa. Sedangkan mbah Dipawangsa adalah putera Diponegoro II, atau cucu dari Pangeran Diponegoro.
Sulung HB III
Pangeran Diponegoro adalah putera sulung dari Sri Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di Keraton Yogyakarta. Ia lahir di Yogyakarta pada tanggal 11 November 1785 dengan nama Mustahar dari rahim ibu R.A. Mangkarawati yang berasal dari Pacitan. Pangeran yang semasa kecil memakai nama Bendara Raden Mas Antawirya ini lebih suka tinggal di Tegalrejo bersama eyang buyutnya, yaitu Gusti Kangjeng Ratu Tegalrejo, permaisuri Sultan Hamengkubuwana I.Air mancur di area Patung Pangeran Diponegoro bukan hanya menjadi penyegar mata orang yang memandangnya, namun juga menjadi penyegar bagi tetumbuhan dan surga bagi burung-burung bebas melepas dahaga karena taman ini jarang dilewati manusia, kecuali tukang kebun.
Pandangan dekat pada sosok Patung Pangeran Diponegoro Jakarta Pusat memperlihatkan keelokan karya seninya. Penggambaran sosok manusianya sangat detail dan hidup, dengan jubahnya yang berkibar, ikat kepalanya yang menggerai di belakang punggung, serta posisi tubuh dan tangan ketika memainkan tombak. Leher kuda dibuat panjang dan melintir.
Kiai Nogo Siluman
Sosok Patung Pangeran Diponegoro itu digambarkan dengan sorban dan jubahnya yang khas, serta ada sebilah keris yang diselipkan di pinggang bagian depan. Bagi orang Jawa, pada keadaan damai keris biasanya diselipkan di pinggang belakang atau punggung. Hanya dalam keadaan perang senjata itu dipindah ke bagian depan.Keris Pangeran Diponegoro yang selalu dibawa saat Perang Jawa adalah Kanjeng Kiai Nogo Siluman, serta keris Kanjeng Kiai Ageng Bondoyudo. Warangkanya berbentuk Ladrang atau Branggah. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap, kerisnya dibawa ke Belanda oleh Kolonel Jan-Baptist Cleerens, komandan pasukan Belanda ketika itu.
Membaca ulang tulisan ini mengingatkan saya kepada tulisan tentang Makam Kyai Mojo dan Masjid Agung Kyai Mojo di Minahasa. Keris itu baru dikembalikan oleh Raja Belanda Willem Alexander serta Ratu Maxima saat berkunjung ke Indonesia pada 10 Maret 2020, diserahkan langsung ke Presiden Joko Widodo di Istana Bogor. Saat memotret patung dari sisi sebelah barat tetiba saya didatangi seorang petugas keamanan rumah kediaman resmi duta besar sebuah negara asing. Ia meminta saya menunjukkan KTP, yang saya tolak, karena merasa berada di ruang publik, tak ada urusan dengan sang dubes, dan tak pula memotret rumahnya.
Bisa dipahami betapa pentingnya menjaga keamanan seorang dubes, apalagi jika ia mewakili sebuah negara besar, dan itu kadang membuat orang menjadi terlalu berlebihan dan paranoid. Meski demikian insiden itu tak menghalangi saya untuk menyeberang jalan untuk mendapat sudut pandang yang lain ke arah patung.
Karena ada lampu merah di kedua ujung taman dimana patung berada (dikenal sebagai taman Bappenas karena ada di dekatnya), sesungguhnya mudah saja untuk menyeberang ke sana untuk melihatnya dari dekat. Mungkin lain kali saya harus menyempatkan melihat patung ini dari dekat, dan melihat kalau-kalau ada prasasti tertulis di bagian bawah patung.
Lokasi Patung Pangeran Diponegoro berada Jl Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Lokasi GPS : -6.2001815, 106.8324844, Waze. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Pusat, Hotel Melati di Jakarta Pusat, Peta Wisata Jakarta Pusat, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Pusat.Diubah: Desember 06, 2024.
Label: Diponegoro, Jakarta, Jakarta Pusat, Patung, Wisa, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.