Tak lama setelah itu terlihat sebuah pendopo kecil bernama Bangsal Duda, yang dibangun tahun 1566 Jawa (1644 M) oleh Sultan Agung, tempat jaga Abdi Dalem Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Seorang pria tengah duduk bersila, satu lagi bangun dari rebahan ketika saya mendekat.
Dari mereka saya tahu bahwa tempat wisata ziarah ini hanya dibuka pada hari-hari tertentu, dan kebetulan tidak dibuka hari itu. Jika ingin masuk, ada biaya yang harus dibayar, dengan gambaran yang sangat samar. Meskipun terbilang leluhur, namun jaraknya sangat jauh. Akhirnya saya memilih tidak masuk, lagi pula peziarah tidak boleh memotret.
Pandangan pada gapura paduraksa dengan kusen berukir menuju ke kompleks Makam Raja-Raja Mataram Kotagede. Pada puncak gapura ini terdapat ukiran Kala bercuping ganda terbuat dari batu kapur dengan ekspresi tidak begitu garang. Sebuah tengara menempel pada tembok bata telanjang, ditulis dengan huruf latin dalam bahasa Jawa dengan ejaan lama.
Tengara itu menyebutkan Panembahan Senopati bertahta di Mataram pada 1509 tahun Jimawal (1579 M), wafat dan dikubur di Kotagede pada 1532 tahun Ehe (1601 M). Tahun Jawa umurnya delapan tahun, urutannya: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Penanggalan Jawa ditetapkan Sultan Agung pada 1547 Saka (1625 M) yang selanjutnya disebut 1547 Jawa, mengikuti sistem kalender bulan.
Saya melintasi gapura paduraksa lainnya di kompleks makam yang disebut Regol Sri Manganti, dengan tembok kelir di belakangnya, menuju ke area kedua dimana terdapat empat buah bangsal yang letaknya berhadapan dan di ujungnya terdapat gapura paduraksa tinggi dengan pintu tertutup, sebagai pembatas ke dalam area utama makam.
Sebuah tulisan menempel pada tiang bangsal di sisi sebelah kanan di dekat gapura masuk ke bagian dalam Makam Raja-Raja Mataram Kotagede Jogja, berbunyi "Bangsal Pengapit Ler" (bangsal pendamping Utara). Pendopo kecil ini merupakan "Bangsal kagem para Putri", digunakan sebagai tempat istirahat bagi pengunjung wanita.
Pada blandar bangsal ada lukisan foto Pakubuwono X yang naik tahta pada 30 Maret 1893 bergelar Sampeyandalem Hingkang Sinoehoen Kanjeng Pakoeboewono Senopati Ing Ngalogo Ngabdulrahman Sayidin Panoto Gomo Hingkang Kaping X.
Ia dianggap waskita dan mendapat gelar Sunan Penutup, atau raja besar Surakarta yang terakhir. PB X wafat pada 20 Februari 1939. Di sebelahnya ada lukisan foto Pakubuwono XI yang dinobatkan pada 26 April 1939 dan wafat beberapa bulan sebelum proklamasi kemerdekaan. Di bangsal ini ada payung dan tombak serta bendera Gula Kelapa (Merah Putih). Di seberangnya ada "Bangsal Pengapit Kidul", bangsal untuk pria dimana pada blandarnya terdapat foto dua orang Sultan Yogya yang terkenal.
Saat itu seorang pria berbaju serba hitam tengah duduk tafakur tepat menghadap gapura berukir yang tinggi dengan pintu terkunci. Gapura paduraksa itu merupakan gerbang masuk ke bagian dalam Makam Raja-Raja Mataram Kotagede Jogja. Dari depan gapura ini saya melanjutkan langkah ke sebelah kiri dimana terdapat dua buah kolam terpisah yang disebut Sendang Seliran.
Pengunjung yang masuk ke makam bagian dalam akan melihat Bangsal Prabayaksa, dimana ada 72 makam dari marmer putih, tempat dibaringkannya jasad Panembahan Senopati, Panembahan Sedo Krapyak, Hamengku Buwana II (Sultan Sepuh), Paku Alam I, II, III, dan IV, serta jasad Ki Ageng Mangir yang sebagian tubuhnya berada di luar bangsal.
Ada pula Bangsal Witana dimana disemayamkan jasad Ki Ageng Pemanahan (Ki Ageng Mataram) dan Ki Juru Mertani. Di Bangsal Tajug terdapat makam Nyai Ageng Nis (isteri Ki Ageng Pemanahan), Panembahan Jayaprana dan Datuk Palembang. Ki Juru Martani adalah putra Ki Ageng Saba atau Ki Ageng Madepandan, cucu Sunan Kedul, dan cucu buyut Sunan Giri pendiri Giri Kedaton. Penguasa Mataram dan Surakarta yang lain jasadnya dikubur di Makam Raja-Raja Mataram Imogiri.
Di Makam Raja-Raja Mataram ada Sendang Seliran berada di bagian selatan tembok makam, yang terbagi menjadi Sendang Seliran Lanang (untuk laki-laki) di sebelah Utara dan Sendang Seliran Wadon (perempuan) di sisi lainnya. Menurut cerita, pembuatan sendang itu dikerjakan sendiri (bahasa Jawa: diselirani) oleh Ki Ageng Pemanahan dan Panembahan Senopati.
Cerita lain menyebutkan bahwa sendang itu disebut seliran karena airnya berasal dari makam / badan (Jawa: selira) Penembahan Senopati. Sejumlah ikan, termasuk lele bule berukuran cukup besar, tampak berenang-renang di Sendang Seliran Lanang. Meskipun airnya tidak keruh namun tidak pula jernih. Jika saja airnya dirawat dengan baik tentu akan lebih elok.
Saat keluar saya mampir lagi ke Bangsal Duda dan memotret papan yang menceritakan pembuatan bangsal ini dan renovasi yang pernah dilakukan. Suasana sepi ketika saya keluar dari gapura depan Makam Raja-Raja Mataram Kotagede, melewati deretan rumah Dondhongan menuju ke Wringin Sepuh dimana Pak Agus menunggu untuk melanjutkan perjalanan ke Situs Watu Gilang.
Makam Raja-Raja Mataram Kotagede Jogja
Alamat : Dusun Dondongan, Desa Jagalan, Kotagede, Bantul, Yogyakarta. Lokasi GPS : -7.8296895, 110.3979923, Waze. Jam buka : Senin 09.30–16.00, Kamis 09.30–16.00 , Jumat 13.00–16.00 dan Minggu 09.00–16.00. Harga tiket masuk : gratis. Tempat Wisata di Bantul, Peta Wisata Bantul, Hotel di Yogyakarta.Sendang Seliran ini berada di bagian selatan tembok Makam Raja-Raja Mataram Kotagede Jogja, yang terbagi menjadi Sendang Seliran Lanang (untuk laki-laki) di sebelah Utara dan Sendang Seliran Wadon (perempuan) di sisi lainnya. Menurut cerita, pembuatan sendang itu dikerjakan sendiri (bahasa Jawa: diselirani) oleh Ki Ageng Pemanahan dan Panembahan Senopati.
Sebuah tengara menempel pada tembok bata telanjang di kompleks Makam Raja-Raja Mataram, ditulis dengan huruf latin dalam bahasa Jawa dengan ejaan lama yang menyebutkan bahwa Kanjeng Panembahan Senopati bertahta di Kerajaan Mataram pada 1509 tahun Jimawal (1579 M), wafat dan dikubur di Kotagede pada 1532 tahun Ehe (1601 M).
Gapura paduraksa di kompleks Makam Raja-Raja Mataram yang disebut Regol Sri Manganti, dengan tembok kelir di belakangnya.
Regol Sri Manganti ini menuju ke area kedua dimana terdapat empat buah bangsal yang letaknya berhadapan dan di ujungnya terdapat gapura paduraksa tinggi dengan pintu tertutup, sebagai pembatas ke dalam area utama makam.
Gapura yang memisahkan bagian luar dengan bagian dalam Makam Raja-Raja Mataram Kotagede. Di area dalam ada Bangsal Prabayaksa, dimana terdapat 72 makam terbuat dari marmer putih, tempat dibaringkannya jasad Panembahan Senopati, Panembahan Sedo Krapyak, Hamengku Buwana II (Sultan Sepuh), Paku Alam I, II, III, dan IV, serta jasad Ki Ageng Mangir yang sebagian tubuhnya berada di luar bangsal.
Pada blandar bangsal ada lukisan foto Pakubuwono X yang naik tahta pada 30 Maret 1893 bergelar Sampeyandalem Hingkang Sinoehoen Kanjeng Pakoeboewono Senopati Ing Ngalogo Ngabdulrahman Sayidin Panoto Gomo Hingkang Kaping X. Ia dianggap waskita dan mendapat gelar Sunan Penutup, atau raja besar Surakarta yang terakhir. PB X wafat pada 20 Februari 1939.
Beberapa orang, diantaranya wanita, tampak tengah beristirahat di "Bangsal Pengapit Kidul", yaitu "Bangsal kagem para kakung", bangsal untuk pria. Pada bangsal di Makam Raja-Raja Mataram Kotagede ini terdapat foto dua orang Sultan Yogya, namun saya tidak mencatat nama-nama mereka, juga ada payung dan tombak kerajaan serta bendera merah putih.
Bagian puncak gapura paduraksa utama Makam Raja-Raja Mataram Kotagede dengan sejumlah ornamen pada setiap tingkatannya. Selain Kala, ada ornamen serupa mahkota.
Karena tebalnya dinding gapura, terdapat ornamen kayu berlapis-lapis pada langit gapura hingga sampai pada kuseun daun pintu utama Makam Raja-Raja Mataram Kotagede. Di kiri kanan pilar bagian atas ada lubang yang ditambal. Entah apa sebelumnya yang ada pada lubang itu.
Pandangan pada bagian bawah pintu utama makam, dengan sejumlah undakan dimana pria itu tengah bersila. Ornamen pada pintu kayu gerbang masuk terlihat lebih jelas pada foto ini. Warna kayu yang gelap memberi kesan yang kuat.
Poster yang menjelaskan seputar Sendang Seliran. Adanya poster semacam ini sangat membantu pengunjung un
Ikan-ikan, termasuk diantaranya lele-lele bule berukuran cukup besar, tampak berenang-renang di Sendang Seliran Lanang Makam Raja-Raja Mataram. Meskipun airnya tidak keruh namun tidak pula jernih. Jika saja airnya dirawat layaknya kolam renang tentu akan lebih mengesankan.
Ada beberapa lele bule di Sendang Lanang ini, bercampur dengan ikan emas, dan beberapa jenis ikan lainnya. Kadang ikan-ikan lele itu muncul keluar ke permukaan air untuk menghisap udara.
Selagi berjalan keluar saya sempat mampir memotret lukisan Ki Ageng Pemanahan pada salah satu bangsal di area kedua Makam Raja-Raja Mataram Kotagede.
Bangsal Duda di area pertama dan memotret sebuah papan yang menceritakan pembuatan bangsal ini dan renovasi yang pernah dilakukan. Tahun yang tercantum pada papan ini adalah tahun Jawa yang jumlahnya ada delapan.
Pohon beringin besar dan rindang yang disebut Wringin Sepuh, berada di area parkir Makam Raja-Raja Mataran di Kotagede. Umur beringin ini tentunya sudah sangat tua, melihat ketinggiannya dan tebalnya batang pohon. Semoga lestari.
Diubah: Desember 14, 2024.
Label: Bantul, Kotagede, Mataram, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.