Namun setelah meneruskan perjalanan, rupanya Pak Jum memutari taman dan mencoba masuk melalui pintu belakang yang letaknya berseberangan dengan gerbang yang tertutup itu. Benar saja pintu belakang itu masih dibuka. Mobil diparkir di samping luar gerbang karena tak diperbolehkan masuk ke dalam taman.
Setelah membayar tiket kami pun berjalan kaki memasuki Taman Balekambang Solo. Hal pertama yang menarik perhatian adalah papan berisi denah rinci tempat menarik yang ada di taman itu. Lantaran ingatan yang memendek, saya pindahkan informasi itu pada memori kamera agar tak ada yang terlewatkan. Kenyataannya tak semua titik di denah itu bisa saya kunjungi.
Tulisan elok Taman Balekambang Solo berukuran besar. Di belakangnya, dengan mendaki bukit rendah, terdapat trap-trapan undakan menurun dengan tempat duduk semen setengah lingkaran besar dengan panggung terbuka di trap paling bawah. Cukup bagus, dilengkapi dengan lampu-lampu yang telah siap terpasang di beberapa titik.
Panggung terbuka serbaguna itu tentunya bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan masyarakat Solo, mulai dari kumpul anak-anak sekolah, pertunjukan berbagai kelompok seni, musik, kegiatan budaya, acara kumpul kantoran, sampai kegiatan komunitas. Sayang hari itu panggung pertunjukan dalam keadaan kosong, dan tak ada tanda-tanda akan ada kegiatan di sana.
Di lapangan rumput hijau ada Rusa Jawa jinak gemuk yang tengah bermalas-malasan di udara bebas. Ada pula pasangan anak muda bercengkerama di bawah pohon rindang, dengan meja dikelilingi empat buah kursi taman. Menyenangkan. Di Jakarta, orang harus membayar minuman mahal di cafe untuk sekadar duduk berbincang dengan karibnya.
Patung Partinah Bosch di Taman Balekambang Solo. Papan berisi sejarah Taman Balekambang Solo membantu menjelaskan pada saya tentang nama itu. Sebelumnya tempat ini bernama Partini Tuin dan Partinah Bosch yang dibangun oleh KGPAA Mangkunegara VII pada 26 Oktober 1921 sebagai tanda cinta kepada kedua puterinya, GRAy Partini dan GRAy Partinah. Partini merupakan putri tertua KGPAA Mangkunegara VII.
Semula taman ini terbagi dua, yaitu area Partini Tuin yang artinya Taman Air Partini, dan area Partinah Bosch atau Hutan Kota Partinah. Sekarang kedua area itu menyatu, membuatnya menjadi taman kota sangat luas dengan berbagai fasilitas bagi publik di dalamnya. Kembali ke patung Partinah Bosch. Jika saja dari mulut kodok-kodok di kolam patung Partinah ini menyemprotkan air tentulah sangat elok, dan gemercik airnya pun enak didengar. Entah memang dimatikan, atau memang air muncrat itu tidak ada.
Pemandangan cantik terlihat pada area danau Partini Tuin di Taman Balekambang Solo dengan patung GRAy Partinah berada di tengah danau. Untuk sampai ke tempat ini kami melewati sebuah lapangan rumput hijau terbuka sangat luas dengan sejumlah pohon besar rindang di tepiannya. Beberapa keluarga tampak tengah bermain dan bercengkerama di sana.
Di tepi kiri lapangan ada mobil wisata yang dirancang unik. Dengan mobil ini pengunjung bisa berkeliling melihat seluruh area. Di tepi danau, sejumlah orang tengah asik memancing ikan. Jika tak membawa perlengkapan pancing, di sudut kiri danau terdapat kios yang menyediakan alat pancing, lengkap dengan umpannya. Rasa haus membawa kami berjalan melipir di sebelah kiri danau untuk menghampiri satu-satunya pedagang minuman yang masih buka. Hari memang sudah mulai gelap, dan kami menjadi pembeli terakhir selagi mereka membereskan barang dagangan dan bersiap pulang. Malam hari bukan akhir pekan rupanya bukan waktu yang baik buat mereka untuk berbisnis.
Dari Peta Taman Balekambang Solo ini bisa diketahui luasnya area taman. Ada 17 tempat yang ditandai di taman ini, mulai dari panggung terbuka, gedung kesenian, Partinah Bosch, Partini Tuin, Danau, Bale Apung, Kolam Renang, Bale Tirtoyoso, Batu Lintang, Musholla, Taman Reptil, Batu Asmara, Jalan Batu, MCK, lokasi outbound, dan terakhir kebun pembibitan. Dari panggung terbuka saya sempat mampir ke Gedung Kesenian di sisi kiri. Sekitar tahun 70-an sampai akhir 80-an grup lawak Srimulat pernah berjaya di tempat itu.
Pada 2008 pemkot dibawah Walikota Jokowi melakukan revitalisasi Taman Balekambang Solo, dan sejak itulah taman seluas 9,8 Ha ini digunakan sebagai taman seni budaya, hutan kota, sarana pendidikan, rekreasi, dan tempat bertemunya warga. Dua titik pemancar wifi gratis juga disediakan oleh pemkot Surakarta di taman ini. Semoga lestari.
Taman Balekambang Solo
Alamat : Jl. Ahmad Yani, Solo (Surakarta). Lokasi GPS : -7.55305, 110.80783, Waze. Jam Buka : 07.00 - 18.00. Harga tiket masuk : gratis, parkir Rp. 2.000. Taman reptil Rp. 5.000. Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.Di lapangan rumput hijau ada Rusa Jawa jinak gemuk yang tengah bermalas-malasan di udara bebas. Ada pula pasangan anak muda bercengkerama di bawah pohon rindang, dengan meja dikelilingi empat buah kursi taman. Menyenangkan. Di Jakarta, orang harus membayar minuman mahal di cafe untuk sekadar duduk berbincang dengan karibnya. Dari Peta Taman Balekambang Solo ini bisa diketahui luasnya area taman.
Pemandangan pada area danau Partini Tuin di Taman Balekambang Solo dengan patung GRAy Partinah berada di tengah danau. Untuk sampai ke tempat ini kami melewati sebuah lapangan rumput hijau terbuka sangat luas dengan sejumlah pohon besar rindang di tepiannya. Beberapa keluarga tampak tengah bermain dan bercengkerama di sana.
Gerbang yang tertutup rapat ketika kami tiba, dan kami memutari Taman Balekambang untuk masuk dari pintu gerbang yang lain.
Panggung terbuka yang terlihat cukup elegan untuk menjadi tempat kegiatan seni budaya dan kegiatan lainnya. Jika saja atap panggung bisa lebih tinggi lagi mungkin akan semakin bagus.
Tempat duduk dari tatanan keramik berundak dan nyaris melingkar memberi kenyamanan kepada penonton dengan perawatan yang minimal. Mungkin ada saatnya nanti tempat duduk ini pun diberi atap agar tetap bisa digunakan dikala hujan dan panas.
Sebenarnya saya hanya menebak nama saja. Mungkin Rusa Jawa (Rusa timorensis), mungkin juga Rusa Bawean, namun tampaknya memang Rusa Jawa.
Asiknya bercengkerama dengan murah di alam terbuka di bawah pohon rindang tanpa perlu membeli membeli makan minum mahal, dan ada wifi gratis pula. Itulah Taman Balekambang di Solo. Sebuah jejak revitalisasi taman oleh Jokowi.
Patung yang terlihat sangat anggun ini akan menjadi lebih elok lagi jika kebersihan kolam di sekelilingnya terus terjaga. Dengan begitu banyaknya pohon tinggi berdaun lebat, memang merupakan tantangan tersendiri untuk menjaga kebersihan kolam. Namun itu harus dilakukan. Air mancur konsentrik yang memancar dari tepian kolam juga perlu dihidupkan.
Peta yang sangat membantu pengunjung untuk bisa melihat secara keseluruhan apa yang mereka bisa lihat dan nikmati di taman seluas lebih dari 9 ha ini.
Danau luas Taman Balekambang yang terlihat bersih dan terawat ini bisa dinikmati baik dengan duduk-duduk di kursi-kursi pinggir danau, memancing ikan, maupun dengan naik perahu wisata berkeliling danau.
Ogoh-ogoh raksasa ini saya lihat ketika hendak beranjak keluar meninggalkan Taman Balekambang. Lokasinya ada di sekitar Gedung Kesenian. Sisa sebuah karnaval seni budaya tampaknya.
Tengara berisi sejarah tempat seperti ini sangat membantu bagi pejalan untuk lebih bisa mengapresiasi tempat yang mereka kunjungi.
Diubah: Desember 18, 2024.
Label: Jawa Tengah, Solo, Taman, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.