Sebenarnya ketika pertama kali melihatnya saya tidak tahu pasti apa sebenarnya bangunan bergaya pura itu, namun tertarik dengan ornamen bangunannya yang indah. Setelah turun dari kendaraan lalu masuk ke dalam bangunan itu dan bertemu dengan penjaganya, dari orang itulah saya tahu bahwa bangunan itu dimaksudkan sebagai Tetenger Mpu Bharada.
Mpu Baharada adalah bungsu dari lima bersaudara, putera dari Mpu Lampita, pendeta Buddha yang mumpuni. Keempat kakaknya adalah Mpu Gnijaya, Mpu Semeru, Mpu Ghana, dan Mpu Kuturan. Jika kesemua kakaknya pergi ke Bali pada sekitar tahun 1000-an, maka Mpu Bharada tetap tinggal di Jawa. Ia mempunyai putra laki-laki bernama Mpu Bahula.
Gapura paduraksa yang elok di bagian depan Tetenger Mpu Bharada Kediri dengan bunga kamboja berwarna merah dadu yang menambah keelokannya. Gapura paduraksa biasanya dibuat untuk memisahkan bagian tengah dengan bagian dalam dari sebuah bangunan suci atau rumah. Bagian dalam adalah tempat paling sakral dimana upacara ritual sembahyang biasa diselenggarakan.
Di sebelah kiri kanan gapura paduraka biasanya dijaga dengan arca naga yang masing-masing badannya memanjang sepanjang undakan menuju ke Kori Agung sebagai pintu masuk ke bagian dalam. Biasanya juga ada sepasang arca dwarapala yang masing-masing memegang gada besar di tangannya. Keduanya menjaga bangunan suci dari ruh jahat yang hendak mengganggu.
Nama Mpu Bharada disebut dalam Serat Calon Arang sebagai tokoh yang dengan siasatnya berhasil mengalahkan Calon Arang, seorang janda sakti dari Desa Girah yang secara telengas menebar teluh dan menimbulkan banyak korban di kalangan rakyat banyak. Mungkin karena itu di Kediri juga ada tempat yang disebut Petilasan Calon Arang.
Sebuah arca terbuat dari batu gunung dengan raut wajah yang teduh saya jumpai di dalam kompleks Tetenger Mpu Bharada. Arca ini tampaknya merupakan penggambaran bagi wujud Mpu Bharada. Sang arca diletakkan dalam posisi berdiri di atas pondasi batu berbentuk silindris, yang berada di tengah kolam kecil berdenah segi empat.
Arca Mpu Bharada tampak dikerjakan dengan halus. Ada ornamen penutup kepala elok, hiasan telinga, rambut ikal, tasbih di tangan kanan dan tangan kirinya memegang suatu benda, mungkin kendi. Meski Mpu Bharada beragama Buddha, namun ia menjadi guru sekaligus penasehat terpercaya Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan yang menganut agama Hindu.
Di bagian lain yang berdekatan terdapat susunan batu gunung bertumpuk yang menyerupai sebuah altar pemujaan. Di bagian puncaknya terdapat batu cukup besar yang meruncing di bagian atas dengan relief berupa tulisan empat baris huruf tradisional Jawa Bali. Pada meja batu di tengah terdapat batu silindris berlubang untuk meletakkan batang hio.
Penampakan bangunan Meru yang berada di dalam kompleks Tetenger Mpu Bharada terlihat cukup memikat. Meru adalah tempat pemujaan untuk Istadewata, bhatara-bhatari yang melambangkan gunung Mahameru, gunung suci sebagai istana para dewa dan roh suci leluhur. Di bagian depannya terdapat dua arca naga dan raseksi dengan mata besar dan gigi bertaring tajam.
Atap Meru ini dibuat bertingkat lima. Bagian puncak berbentuk segi empat dengan bagian atas sedikit melebar. Jumlah atap Meru biasanya ganjil, yang melambangkan patalaning bhuwana dan pangalukuan dasaksara. Bagian disebut bebaturan, bagian kedua di atas bebaturan disebut gedong, dan bagian ketiga atap atau kereb yang bertingkat-tingkat.
Adalah Mpu Bharada yang ditugaskan Airlangga untuk membagi Kahuripan menjadi Janggala dan Kadiri sebelum lengser menjadi pendeta, lantaran puteri mahkota Dewi Kilisuci memilih menyepi di Gua Selomangleng. Mpu Tantular, penyusun Kakawin Sutasoma di mana di dalamnya tercantum frasa "Bhinneka Tunggal Ika", adalah cucu dari Mpu Bharada.
Tetenger Mpu Bharada Kediri
Alamat : Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Lokasi GPS : -7.77657, 112.07768, Waze. Hotel di Kediri, Tempat Wisata di Kediri, Peta Wisata Kediri.Di bagian lain yang berdekatan terdapat susunan batu gunung bertumpuk yang menyerupai sebuah altar pemujaan. Di bagian puncaknya terdapat batu cukup besar yang meruncing di bagian atas dengan relief berupa tulisan empat baris huruf tradisional Jawa Bali. Pada meja batu di tengah terdapat batu silindris berlubang untuk meletakkan batang hio.
Atap Meru ini dibuat bertingkat lima. Bagian puncak berbentuk segi empat dengan bagian atas sedikit melebar. Jumlah atap Meru memang biasanya ganjil, yang melambangkan patalaning bhuwana dan pangalukuan dasaksara.
Arca Mpu Bharada dikerjakan dengan halus. Ada ornamen penutup kepala elok, hiasan telinga, rambut ikal, tasbih di tangan kanan dan tangan kirinya memegang suatu benda, mungkin kendi. Meski Mpu Bharada beragama Buddha, namun ia menjadi guru sekaligus penasehat terpercaya Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan yang menganut agama Hindu.
Arca Mpu Bharada dikerjakan dengan halus. Ada ornamen penutup kepala elok, hiasan telinga, rambut ikal, tasbih di tangan kanan dan tangan kirinya memegang suatu benda, mungkin kendi. Meski Mpu Bharada beragama Buddha, namun ia menjadi guru sekaligus penasehat terpercaya Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan yang menganut agama Hindu.
Pandangan lebih dekat pada relief tulisan Jawa pada permukaan batu. Huruf tulisan ini dibuat cukup gemuk, menjadikannya lebih sulit untuk dibaca. Ada pula sebagian hurufnya yang telah menipis.
Pandangan lebih dekat pada bagian bawah meru yang memperlihatkan sepasang arca naga dengan lilitan kain putih pada mahkota di kepalanya. Diapit oleh kedua naga itu adalah kepala binatang dengan tonjolan di atas dahinya menyerupai cula.
Diubah: Desember 13, 2024.
Label: Airlangga, Buddha, Hindu, Jawa Timur, Kediri, Mpu Bharada, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.