Sekitar seminggu sebelumnya saya melakukan kontak via email dengan personil Belitung Transport. Selain mengurus tiket pesawat, penginapan, dan mobil beserta supirnya, mereka juga mengatur rute perjalanan selama di Belitung, berdasarkan daftar yang telah saya siapkan.
Beberapa saat sebelum pesawat mendarat di bandara, dari jendela pesawat terlihat jelas serakan lubang-lubang putih menganga ada dimana-mana, seolah borok atau penyakit panu besar yang mengotori alam Pulau Belitung. Penambangan Timah dan Kaolin adalah anugerah harta sekaligus bencana buat Pulau Belitung.
Keluar dari terminal kedatangan di bandara, saya telah dijemput oleh Bang Karna (081807242523) yang menemani saya berkeliling di Belitung selama dua hari, dua hari sisanya digantikan oleh Bang Junai. Orangnya masih muda dan baik.
Adalah atas sarannya untuk mengunjungi Danau Kaolin terlebih dahulu, sebelum ke pusat kota Tanjung Pandan. Sekitar 8 km dari bandara, mobil belok ke kanan memasuki jalan tak beraspal, sejauh sekitar 500 m, dan terlihatlah sebuah kubangan luas berisi air jernih berwarna kebiruan di sebelah kanan.
Pemandangan di Danau Kaolin Belitung yang sangat indah dipandang. Kata danau adalah sebuah penghalusan istilah untuk menyebutkan area galian bekas tambang kaolin yang telah ditinggalkan oleh penambangnya dan dibiarkan begitu saja apa adanya.
Untungnya genangan airnya jernih, berwarna biru tosca dengan garis-garis putih tebing galian di bagian tengahnya, terlihat sangat kontras dan untungnya lagi terlihat indah dengan 'pulau-pulau' dan tepian daratnya yang putih bersih.
Danau Kaolin Belitung terletak di Desa Perawas, Kecamatan Tanjungpandan, Belitung, dengan bentang area yang cukup luas. Mungkin dahulu membutuhkan waktu berapa puluh tahun untuk mengupas tanah dan mengolahnya untuk sampai meninggalkan jejak seperti ini. Bisa lebih cepat lagi jika menggunakan mesin berskala besar.
Saking luasnya Danau Kaolin ini tidak terpikir untuk repot mencari-cari sudut pandang yang baik guna mengambil foto. Kaolin disukai karena sifat fisiknya yang halus, kuat, warnanya yang putih bersih, serta daya hantar listrik dan daya hantar panasnya yang rendah.
Sebuah 'pulau' yang terbentuk di tengah Danau Kaolin terlihat nyaris tanpa cela. Jauh di tepi ujung sana, dua orang ibu, yang satu berbaju pink dan satu lagi merah, keduanya bercaping, tengah berendam dalam air mungkin sedang mencuci baju. Jernihnya air Danau Kaolin Belitung mungkin disebabkan sifat Kaolin serta proses produksinya karena hanya menggunakan air bersih untuk menambangnya, tanpa bahan kimia atau bahan lainnya. Tanpa pula membutuhkan teknologi tinggi atau mesin canggih. Tebing bekas galian tambang bentuknya seperti ular putih berenang di bawah permukaan danau.
Bisa jadi dari sudut mana pun pemotretannya dilakukan hasilnya akan tetap baik juga. Namun waktu pagi hari memberi keuntungan karena langit masih bersih, dan memberi pantulan warna yang bagus pada air. Agak jauh di sebelah kanan terdapat sepotong daratan kaolin yang menjorok ke tengah danau dan menjadi semacam jembatan alam yang menghubungkan kedua ujung danau. Jika saja tidak memikirkan waktu karena jaraknya yang cukup jauh, ingin rasa menyusurinya dan menyeberang ke ujung sana.
Saat itu ada dua anak sedang berenang di Danau Kaolin Belitung dan ibu-ibu yang sepertinya tengah mencuci sesuatu. Penambangan Kaolin dilakukan dengan mengupas tanah sedalam 1 - 2 m. Kupasan tanah itu lalu disemprot dengan air sehingga menghasilkan cairan yang mengandung Kaolin, selanjutnya disaring menggunakan hydro-cyclone, alat sederhana untuk memisahkan Kaolin dengan pasir. Selanjutnya airnya dikeluarkan dengan cara ditekan untuk menghasilkan 'kue' Kaolin, yang kemudian bisa di-oven dan digiling menghasilkan butiran-butiran halus lembut.
Di lokasi berbeda ada bagian Danau Kaolin terlihat lebih dalam kubangannya dibanding danau sebelumnya, terlihat dari airnya yang berwarna biru tosca gelap. Tidak pula terlihat ada tebing-tebing yang mengular di tengah danau. Di tepiannya, terlihat seorang pria tengah bekerja sendirian mengolah pasir Kaolin dengan cara sederhana.
Tidak hanya satu, namun ada beberapa buah pulau kaolin kecil lainnya yang ada di tenga danau. Jika saja ada getek atau sampan di sana, mungkin akan menyenangkan untuk menyambangi pulau untuk melihatnya dari dekat atau sekadar narsis di sana.
Sejumlah tumbuhan perdu jenis paku-pakuan dan beberapa jenis tumbuhan lainnya serta rerumputan ternyata masih bisa hidup di tepian Danau Kaolin. Di pulau di tengah danau pun juga tampak tumbuh sejumlah pohon perdu.
Agak jauh di sebelah kanan pulau itu terdapat sepotong daratan kaolin yang menjorok ke tengah danau dan menjadi semacam jembatan alam yang menghubungkan kedua ujung danau. Jika saja tidak memikirkan waktu karena jaraknya yang cuup jauh, ingin rasa menyusurinya dan menyeberang ke ujung sana.
Sisi kanan Danau Kaolin dengan awal 'jembatan' yang permukaannya terlihat lebar dan gemuk. Genangan air jernih di sebelah kanan juga tak kalah indahnya dengan yang ada di bagian tengah danau.
Bagian atas dari tebing galian tambang yang lebih dangkal bentuknya berkelok seperti ular naga putih tengah berenang di bawah permukaan Danau Kaolin. Jika tak ada puncak-puncak tebing ini mungkin akan menyenangkan jika mendayung perahu atau bermain bebek air di sini. Dua titik di sebelah kanan adalah dua anak kecil yang tengah berenang dan bermain-main di Danu Kaolin yang airnya jernih ini. Air jernih bercampur bubuk kaolin tampaknya bisa membuat kulit menjadi lebih halus. Sementara di sebelah kiri tampak sebuah pulau yang menyerupai binatang yang tengah mendekam.
Dua anak itu tampaknya menemani ibu mereka yang tengah sibuk di sebelah kanan. Melihat tumpukan pakaian yang ada di depan kedua wanita itu tampaknya mereka tengah mencuci pakaian di sana. Entah berapa jauh rumah mereka dari danau ini.
Tiga anak kecil tampak tengah berjalan ke arah jembatan alam yang membelah Danau Kaolin. Saat itu belum lagi musim penghujan sehingga mungkin saja jembatan ini akan tak terlihat pada saat curah hujan tinggi.
Awal jembatan alam Danau Kaolin dilihat dari sudut pandang berbeda memperlihatkan semak yang tumbuh di atas gundukan kaolin, serta sebuah pulau kecil dengan onggokan tangga kayu yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya.
Anak yang di tengah sudah melucuti seluruh pakaiannya, yang di kanan tengah melucuti celananya, sedangkan yang paling masih berpakaian lengkap sambil menenteng sandalnya. Tampaknya mereka hendak berenang di danau di sebelah kanan yang memang tampak elok.
Penampakan keindahan Danau Kaolin yang berada di sebelah kanan, dipisahkan dengan jembatan alam yang terlihat di sebelah kiri. Kedua anak di ujung sana tampak sudah masuk ke dalam air, sementara yang satu tampaknya tak berminat untuk berenang.
Penampakan jembatan alam Danau Kaolin yang dilihat dari pangkalnya yang lebar dan lalu mengecil dan berkelok di tengah danau. Anak terakhir tampak sudah melucuti kaosnya dan segera bergabung dengan kedua teman lainnya. Sementara seorang anak lagi terlihat tengah berlari dari ujung jembatan hendak bergabung dengan ketiga anak itu.
Seorang pria tampak tengah bekerja sendirian menambang Kaolin dengan cara sederhana. Baju kaos, lengan dan celananya tampak sudah kotor terkena lempung putih, dan air di sekitarnya juga menjadi keruh keputihan. Sementara air di tempat yang lain tampak bening dan beberapa kelihatan gelap karena cukup dalam.
Bekas-bekas kupasan, menyerupai cakaran garpu alat berat, di tepian Danau Kaolin itu terlihat masih putih bersih, belum ada tanaman perdu tumbuh di sana. Mungkin area ini belum terlalu lama ditinggalkan oleh penambangnya, atau memang belum ada burung atau angin yang menjatuhkan biji-biji tanaman ke tempat itu.
Air Danau Kaolin pada sisi sebelah kanan tampak berwarna biru hijau gelap yang tampaknya cukup dalam. Berbeda dengan danau kaolin di tempat sebelumnya, tidak terlihat ada jembatan atau puncak tebing dangkal di sini. Suasana di sini lebih tenang dan senyap.
Pemandangan yang kontras dan bersih serta indah seperti ini membuat orang melupakan seperti apa tempat ini sebelumnya. Mungkin banyak pepohonan, selebat hutan yanga da di sebelah sana, mungkin juga tidak. Apa pun, perlu dipikirkan mengenai pemanfaatan Danau Kaolin ini, dan bagaimana agar kondisi ekosistemnya bisa lebih baik lagi.
Ketiga anak yang tengah berlari melintasi jembatan alam yang membelah danau dengan latar depan pulau Kaolin dengan kontur yang agak kompleks.
Dua sahabat ini siap untuk mencebur ke dalam air di bagian danau yang ada di sebelah kanan jembatan. Di tempat ini tak terlihat ada dataran puncak tebing yang dangkal, sehingga memang akan lebih menyenangkan untuk berenang di sana.
Kaolin adalah mineral aluminosilikat yang biasa disebut China clay. Nama Kaolin berasal dari kata Gao-lin, sebuah bukit tinggi di wilayah Jingdezhen, Provinsi Jiangxi, Cina. Secara tradisional, Kaolin memang sering digunakan untuk pembuatan keramik di Cina.
Namun sebagai mineral, Kaolin baru ditemukan pada 1867 di Sungai Jari, di wilayah Timur Laut aliran Sungai Amazon, Brazil.
Selain digunakan sebagai campuran dalam pembuatan keramik, Kaolin dulu banyak dipakai dalam proses pembuatan plastik dan tinta. Namun penggunaan kaolin kemudian melebar ke industri kertas, farmasi, makanan, pasta gigi, cat, kosmetik, serta juga digunakan pada pembuatan fiber-glass dan organoclays.
Belum saya temukan informasinya sejak kapan penambangan Kaolin secara besar-besaran dilakukan di Belitung, namun tentu tidak lepas dari sejarah penambangan Timah yang praktis dimulai sejak mendaratnya John Francis Loudon dan rombongannya di Tanjung Pandan pada 27 Juni 1851, untuk melakukan penelitian tentang keberadaan Timah di Pulau Belitung ini.
Bang Karna kemudian membawa saya ke lokasi Danau Kaolin lainnya yang terletak lebih ke dalam, namun jaraknya tidaklah begitu jauh dari Danau Kaolin yang pertama.
Jika pun manisnya uang Kaolin telah habis dihisap, kayu hutannya telah berpindah ke rumah-rumah mewah, dan satwa-satwa liarnya lari bercerai berai entah kemana, namun sepah yang ditelantarkan berupa Danau Kaolin Belitung ini setidaknya masih menyisakan pemandangan yang elok untuk dilihat, meskipun dengan rasa getir ketika menikmatinya.
Danau Kaolin Belitung
Alamat : Jalan Murai, Desa Perawas, Kecamatan Tanjungpandan, Belitung. Lokasi GPS : -2.73726, 107.68349, Waze. Hotel di Belitung, Tempat Wisata di Belitung, Peta Wisata Belitung.Diubah: Desember 10, 2024.Label: Bangka Belitung, Belitung, Danau, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.