Bunker Laweyan Solo: Penyimpanan Harta Masa Lalu

Informasi tentang adanya Bunker Laweyan Solo saya peroleh ketika melihat dan mempelajari dari dekat papan denah Kampung Batik Laweyan yang dipasang di dekat parkir kendaraan saat hendak berkunjung ke Masjid Laweyan dan Makam Kyai Ageng Henis. Beberapa tempat yang tak ada dalam catatan kunjung juga ada pada papan nama yang sangat membantu itu.

Ukuran denah lokasi itu cukup besar, dengan penempatan lambang dan nama tempat lumayan mudah untuk dilihat dan dicerna. Melihat noktah Bunker Laweyan terlihat berada tak jauh dari gang di pinggir jembatan, arah ke kiri, maka saya pun memutuskan untuk mencoba melihat dengan berjalan kaki ke sana.

Setelah mengayun langkah menyusuri gang sejauh sekitar 50 meter, dengan mengikuti kata hati saya pun belok ke kanan, dan baru sekitar 60 meter kemudian saya bertanya kepada seorang penduduk, dan ternyata pintu masuk Bunker Laweyan Solo telah terlewati beberapa langkah.

Gang di wilayah Kampung Batik Laweyan yang terlihat rapi dan bersih, dengan pot-pot tanaman yang meskipun tidak terlalu banyak namun cukup memberi pemandangan yang lumayan hijau di sepanjang gang yang saya lewati. Perlu kesadaran bersama dalam merawat lingkungan agar lebih asri dan menyenangkan.

Bunker Laweyan SoloGang di wilayah Kampung Batik Laweyan yang terlihat rapi dan bersih, dengan pot-pot tanaman yang meskipun tidak terlalu banyak namun cukup memberi pemandangan yang lumayan hijau di sepanjang gang yang saya lewati. Perlu kesadaran bersama dalam merawat lingkungan agar lebih asri dan menyenangkan.Bunker Laweyan SoloSesaat setelah mengetuk pintu rumah, seorang bapak yang telah terlihat berumur membukakan pintu, belakangan ia memperkenalkan diri bernama Harun Muryadi, yang tampak pada foto di atas. Meskipun saat itu sudah berusia 66 tahun namun ia masih tampak sehat dan bersemangat.
Bunker Laweyan SoloLubang Bunker Laweyan Solo setelah beberapa saat sebelumnya Harun Muryadi menggeser dua buah papan lusuh di atas lantai yang menutupi lubang berukuran sekitar 60x70 cm. Bunker Laweyan SoloHarun Muryadi di depan pintu kayu tua dan di bawah foto leluhurnya yang menempel pada dinding kayu di atas pintu. Ia adalah keturunan kesembilan dari ei Kertayuda, si pembuat bunker Laweyan ini.
Bunker Laweyan SoloInilah rumah dimana Bunker Laweyan berada, dengan pintu masuk ada di sebelah kiri. Gapura pintu masuk ada di belakang kamera.Bunker Laweyan SoloHarun Muryadi di depan kain dengan motif bebas berwarna pink yang dipasang pada pigura dan dibiarkan menyandar karena ukurannya yang besar.
Bunker Laweyan SoloPenampakan lubang Bunker Laweyan dengan ruangan dimana bunker tersebut berada.
Gapura dengan pintu kayu berwarna coklat pada foto adalah jalan masuk ke Bunker Laweyan Solo. Tak terkunci ketika saya coba buka pintunya, dan suasana masih sepi sampai maju beberapa langkah ke depan. Ketika sampai di ujung halaman barulah saya bertemu seorang warga yang memberi tahu lokasi Bunker Laweyan. Tepat di belakang saya, di dalam sebuah rumah tua.

Bunker itu rupanya ada di dalam rumah milik penduduk dan belum benar-benar dikelola sebagai sebuah tempat tujuan wisata komersial. Artinya tak ada tiket masuk yang harus dibayar, dan masih sepenuhnya bergantung pada kebaikan pemiliknya jika pengunjung ingin melihat bunker.

Setelah mengetahui maksud kedatangan saya untuk melihat bunker, ia pun mengiringi saya berjalan masuk ke tengah ruangan rumahnya. Harun Muryadi mengatakan bahwa ia adalah keturunan kesembilan dari Bei Kertayuda. Bunker ini dibuat oleh leluhurnya bukan sebagai bunker perlindungan, namun tempat untuk menyimpan harta kekayaan mengingat situasi keamanan pada waktu itu yang tidak begitu baik.

Ruangan dimana bunker berada terlihat dalam kondisi seadanya, dan tampaknya merupakan bagian belakang dari rumah utama, dipisahkan oleh dinding yang sepenuhnya terbuat dari kayu gebyok yang terlihat sudah tua. Adanya gebyok menandai bahwa penghuni rumah bukan hanya memiliki selera yang baik, namun juga secara ekonomi mampu, setidaknya dahulu.

Lubang bunker itu ada di lantai yang ditinggikan dari lantai di bagian depan ruangan. Sebuah lukisan batik abstrak berdiri di sisi kanan bunker, yang merupakan satu-satunya bunker di rumah ini. Menurut penuturan Harun Muryadi, Bunker Laweyan ini dibuat oleh Bei Kertayuda, seorang punggawa Keraton Pajang, pada 1537.

Lubang Bunker Laweyan itu dindingnya dilapis dengan bata telanjang. Ada undakan dangkal pada sisi sebelah kiri, dan setelah meminta ijin saya pun turun dengan hati-hati ke dalam lubang yang lumayan sempit ini. Sampai ke dasar lubang, kaki menjejak tanah kering. Gelap gulita di bawah sana, dan Harun Muryadi mengulurkan sebuah senter kecil yang agak susah saya terima karena lubang yang cukup dalam dan tangan kanan yang terkilir belum lagi sembuh.

Dengan cahaya lampu senter yang suram saya bisa melihat ukuran bunker yang kurang dari dua meter panjang dan lebarnya itu. Tidak ada apa-apa di sana. Peti simpanan harta pun tak ada. Hanya dinding bunker dan kegelapan. Sumber cahaya dan sumber udara satu-satunya hanya dari lubang masuk.

Tidak sebagaimana di beberapa negara lain dimana bunker perlindungan atau ruang bawah tanah biasanya ada di banyak rumah penduduk, di negeri ini keberadaan bunker boleh dikatakan sangat jarang. Mungkin karena orang lebih suka mengungsi ketimbang bersembunyi di dalam bunker.

Di sisi lain, menyimpan harta kekayaan memang tak selamanya mudah dan aman. Bahkan menyimpan di bank modern sekali pun belum tentu harta tak raib. Selalu ada resiko. Rejeki datang dan pergi kadang seperti mimpi, atau seperti rapal Nini Thowok, datang tak diundang pergi tak diantar.

Bunker Laweyan menjadi saksi bisu harta apa saja yang pernah di simpan di sana, dan semua harta itu kini tak ketahuan lagi dimana rimbanya.

Bunker Laweyan Solo

Alamat : Desa Pajang, Laweyan, Solo, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.57171, 110.79319, Waze. Rujukan : Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.

Diubah: Desember 05, 2024.
Label: Bunker, Jawa Tengah, Laweyan, Solo, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang,
seorang penyusur jalan.
Traktir BA? Scan GoPay, atau via Paypal. GBU.
« Baru© 2004 - IkutiLama »