Untuk menemukan Tugu Lilin, GPS itu bekerja dengan baik. Tampaknya karena lokasinya di pinggir jalan besar. Tugu Lilin tidak diletakkan di tengah jalan, sebagaimana penempatan tugu peringatan lainnya. Ada kisahnya tersendiri, yang baru belakangan saya ketahui.
Lantaran tidak menemukan tempat parkir khusus bagi pengunjung, kendaraan Pak Jum terpaksa diparkir di tepi jalan dekat belokan. Lokasi Tugu Lilin memang berada di sebuah tanah pojok di pertemuan Jalan Dr Wahidin dan Jalan Kebangkitan Nasional, Kota Solo.
Batang beton lilin berdiri di atas umpak atau landasan segi empat yang ditopang lagi oleh umpak segi empat berukuran lebih besar yang bisa dicapai dengan menaiki tinggi dari keempat sisinya. Ini menyerupai struktur sebuah candi, hanya saja tidak ada ukiran kepala naga pada lengan undakan, dan tak ada ornamen tradisional lainnya.
Area di sekeliling Tugu Lilin ini cukup luas, dan rupanya tempat ini selalu digunakan sebagai lokasi peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Kota Solo, yang memang erat kaitannya dengan tujuan didirikannya Tugu Lilin ini.
Tugu Lilin dibangun pada 1933, bertujuan untuk memperingati 25 tahun lahirnya Hari Kebangkitan Nasional, dihitung sejak berdirinya perkumpulan Budi Utomo (Boedi Oetomo, ejaan Soewandi) pada 20 Mei 1908 pukul sembilan pagi di salah satu ruang belajar STOVIA di Jakarta (sekarang Museum Kabangkitan Nasional).
Pada 1928 Budi Utomo masuk dan menjadi bagian dari PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia), suatu federasi perkumpulan pergerakan politik yang dibentuk atas prakarsa PNI dibawah Sukarno. Pada April 1933, PPPKI mengadakan rapat di Solo, dan pada saat itu muncul gagasan dan kesepakatan mendirikan tugu di Solo untuk memperingati 25 tahun Kebangkitan Nasional.
KRT Woerjaningrat, menantu PB X yang saat itu menjadi ketua Boedi Oetomo, diserahi tugas membangun monumen sejarah pergerakan ini. Comite Tugu Kebangsaan yang beranggotakan tujuh orang pun dibentuk, diketuai oleh Mr. Singgih.
Rancangan Tugu Lilin dibuat oleh Ir. Danoenegoro (ada yang menyebut oleh Ir Soetedjo), dan pelaksanaan pembangunannya dikerjakan oleh RM Sosrosaputro. Penamanaan "Tugu Peringatan Pergerakan Bangsa Indonesia 25 Tahun" ditolak oleh Pemerintah Belanda yang anti dengan kata pergerakan dan Indonesia, serta meminta diganti menjadi "Tugu Kemajuan Rakyat 25 Tahun".
Akhirnya pada tugu ditulis kalimat "Tugu Peringatan Kemajuan Rakyat Indonesia 25 Tahun". Pada peringatan 40 tahun Budi Utomo tanggal 20 Mei 1948, tulisan itu diganti menjadi "Tugu Peringatan Kebangunan Nasional". Tak diketahui kapan kata "Kebangunan" diganti dengan "Kebangkitan"
Tugu ini berdiri di tempatnya yang sekarang, di tanah milik Neutrale School Vereneging (sekarang Yayasan Murni), setelah permintaan ijin membangun monumen ini di Purwosari, Panggung Jebres, dan di Ngapeman ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda.
Semakin agung dan indah tugu, semakin tinggi selera seni budaya dan semakin makmur kotanya. Walau kota makmur belum tentu mau buang uang untuk sebuah tugu, dan kota miskin bisa jadi membuat tugu peringatan yang sangat indah.
Sayangnya, di sebagian besar lokasi tugu peringatan, sebagaimana di lokasi Tugu Lilin ini, tak ada papan pamer yang memuat kisah dibalik pendirian tugu.
Jika saja di area tugu peringatan dibuat tempat duduk terbuka yang membuat orang tergerak untuk mampir, dan di sana dipasang prasasti yang menjelaskan mengenai riwayat tugu, maka tujuan didirikannya tugu akan lebih tercapai.
Tugu Lilin Solo
Alamat : Jl. Kebangkitan Nasional, Penumping, Solo, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.568651, 110.805568, Waze. Rujukan : Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.Diubah: Desember 05, 2024.Label: Jawa Tengah, Monumen, Solo, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.