Kesadaran wisata mestinya dimulai dari atas, karena para petinggi itu punya sumberdaya, yang semuanya bersumber dari uang negara dan rakyat juga. Gedung elok dan bersejarah milik pemda mestinya dibuka untuk umum pada akhir pekan dan hari-hari libur nasional. Rakyat harus punya akses cukup untuk juga bisa menikmati gedung-gedung itu, meski hanya sesaat.
Terlalu mahal dan eksklusif jika hanya pejabat yang boleh menikmatinya, padahal mereka pelayanan masyarakat. Jika pelayannya saja bisa menikmatinya maka tuan mereka, yakni rakyat kebanyakan, juga harus bisa merasakannya. Ini akan membuat rakyat lebih merasa ikut memiliki negeri ini, bukan menjadikan mereka penonton yang hanya didekati ketika suaranya diperlukan pada pileg dan pilpres.
Gedung Balai Kota Solo dilihat dari sisi pagar depan, bergaya bangunan joglo beratap tumpang tiga dengan cungkup teras di depannya. Lapangan rumput luas biasa dijumpai pada gedung-gedung milik pemerintah seperti ini, yang lazimnya digunakan untuk mengumpulkan massa pada apel pagi atau acara lainnya. Gedung Balai Kota Solo terlihat elok, meski dua spanduk di risplang-nya mengganggu.
Sayangnya pula pintu gerbang depannya terbuat dari pintu dorong besi biasa. Akan lebih elok jika dibuat gapura paduraksa, agar pas dengan sepasang patung Dwarapala yang menjaga di luar gerbang. Satu lagi yang merusak pemandangan di Gedung Balaikota Solo ialah gardu petugas parkir tepat di belakang gerbang yang tampaknya baru saja dibuat. Benar-benar tidak berselera dan tak berbudaya. Jangan karena 'hanya' untuk satpam maka dibuat seadanya.
Setelah bertemu dengan seorang petugas bagian umum bernama Ibu Panut, saya diijinkan untuk memotret Gedung Balaikota Solo. Untuk rombongan, Anda perlu membuat surat ke Walikota Solo, tembusan ke Kepala Bagian Umum, dengan alamat Jalan Jend Sudirman No. 2, Kota Solo, Fax 0271-641494, Email: bag-umum@surakarta.go.id
Dalaman Gedung Balai Kota Solo ini benar-benar bergaya khas Jawa yang sepenuhnya terbuat dari kayu berukir, dari mulai sakaguru dan tiang-tiang penopang lainnya sampai pada struktur pusat langit-langitnya. Setidaknya ada 18 tiang penyangga, dengan 4 diantaranya Sakaguru.
Pintu di ujung sana adalah tempat kami masuk ke ruangan ini, lantaran pintu depan terkunci. Mungkin hanya dibuka jika tengah ada acara resmi. Bagian Umum Kantor Walikota ada di seberang pintu itu. Sedikitnya ada 20 lampu gantung yang pancaran lampunya akan terlihat elok jika semuanya dinyalakan pada malam hari. Adanya umpak (landasan) pada tiang-tiang penyangga dipercaya merupakan struktur yang lebih tahan terhadap goncangan gempa.
Susunan kayu dan ukirannya yang halus dan rumit pada bagian langit-langit Gedung Balai Kota Solo juga khas bangunan Jawa yang saya temui pada bangunan lain seperti Masjid Kyai Mojo di Minahasa, meskipun tidak persis sama. Sentuhan budaya yang kental seperti ini yang membuat sebuah bangunan seperti memiliki ruh.
Tatanan kayu secara ritmis konsentris pada langit-langit atap memberi kesan yang agung, dan terlihat dikerjakan oleh orang yang benar-benar mengerti tentang kayu dan seni ukir. Umpak Gedung Balaikota Solo dengan ornamen suluran dan dedaunan itu menyangga tiang-tiang kayu jati kokoh berukir indah dan dilapis kuningan keemasan dan pelat tembaga berukir.
Seperangkat gamelan lengkap di pojok Gedung Balaikota Solo yang terlihat masih dalam kondisi baik namun agak berdebu. Jika saja setiap sore gamelan ini dimainkan, atau setidaknya seminggu sekali, maka debu-debu itu tentu tidak akan ada. Namun sebagai kota budaya, saya percaya gamelan itu bukan hanya sekadar benda pajangan.
Gedung Balaikota Solo merupakan bangunan baru lantaran bangunan sebelumnya hangus terbakar pada 1999. Peresmian Gedung Balaikota Solo dilakukan pada 23 Desember 2002 oleh Megawati Soekarnoputri yang saat itu masih menjabat sebagai Presiden RI.
Pada 2011, di sekitar Gedung Balaikota Solo ditemukan adanya bunker yang sempat membuat heboh masyarakat. Bunker berukuran 15 x 5 meter itu semula diduga terhubung dengan Benteng Vastenburg, namun tak ditemukan lorong penghubungnya pada penelitian dan penggalian tahun 2012-2013. Kabar terakhir bunker itu sudah direvitalisasi dan bisa dikunjungi oleh masyarakat umum.
Foto-foto dalam tulisan ini diambil beberapa tahun lalu, sehingga boleh jadi pemandangannya sudah berubah, dan hal-hal yang tak sedap dipandang sudah dibuat dengan citarasa yang lebih baik, termasuk pos jaga itu jangan sampai kalah bagus dengan pos jaga di jaman kolonial, meski tujuannya dibuat jelas berbeda.
Gedung Balaikota Solo
Alamat : Jalan Jend. Sudirman No. 2, Kampung Baru, Solo. Lokasi GPS : -7.569475, 110.829653, Waze. Rujukan : Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.Prasasti peresmian Gedung Balaikota Surakarta pada 23 Desember 2002 yang dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri saat masih menjabat sebagai Presiden RI.
Pintu depan Gedung Balaikota Surakarta yang terkunci. Di bagian atasnya tertulis dalam aksara Latin dan Jawa adalah "Pendhapi Gedhe Sala" yang artinya Pendopo Agung Solo. Solo atau Sala adalah nama lain Surakarta.
Empat sakaguru Gedung Balaikota Surakarta yang menopang bagian tengah bangunan. Lampu-lampu gantung yang seluruhnya berjumlah 20 itu ikut memperindah dalaman bangunan. Gebyok pemisah menutup pintu belakang gedung yang mengarah ke kantor kerja Walikota Solo.
Umpak Gedung Balaikota Surakarta dengan ornamen suluran dan dedaunan itu menyangga tiang-tiang kayu jati kokoh berukir indah dan dilapis kuningan keemasan dan pelat tembaga berukir.
Susunan kayu ritmis dan konsentris pada langit-langit atap ditata sangat rapi dan memikat. Demikian pula ukiran pada puncak tengah langit-langit yang terlihat indah. Kaca-kaca warna-warni yang membawa cahaya ke dalam ruangan juga memberi kesan hidup.
Ukiran yang halus dan penuh pada struktur kayu pusat langit-langit ruangan memberi kesan yang sangat indah. Setidaknya ada 20 lampu gantung yang menerangi ruang jika ada acara baik siang maupun malam hari.
Setiap pojok bangunan memiliki tiang penyangga dengan model dan motif sama. Bangunan Gedung Balaikota ini memang dibuat dengan bentuk simetri penuh. Jika saja pengeras suara pada tiang bisa diganti dengan bentuk kayu klasik, tentu akan lebih menyatu.
Bangunan Gedung Balaikota Surakarta bergaya joglo dengan atap tumpang susun tiga. Adanya tiang bendera dan dua pengeras suara di masing-masing sudut bangunan menjadi penanda bahwa lapangan luas di depannya sering dijadikan tempat apel bendera.
Diubah: Desember 17, 2024.
Label: Jawa Tengah, Solo, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.