Tembok dan gerbang masuk ke halaman Masjid Al Wustho Mangkunegaran persis di tepi Jalan Kartini di wilayah Banjarsari, Solo. Tembok luarnya tidak rata, tinggi rendah membentuk kuncup-kuncup daun besar kecil berselang-seling, sedikit lebih tinggi dari orang dewasa.
Mobil bisa masuk ke dalam halaman Masjid Al Wustho Mangkunegaran, namun ketika Jumatan dua hari kemudian di tempat ini kami hanya kebagian parkir di tepi jalan. Itupun pada lajur kedua.
Di kompleks masjid seluas 4.200 m2 ini terdapat sebuah bangunan berbentuk bundar yang disebut maligen yang dibangun oleh Mangkunegara V untuk khitanan putra kerabat Mangkunegaran. Sejak Mangkunegara VII, maligen boleh digunakan oleh perkumpulan Muhammadiyah sebagai tempat khitanan masyarakat umum.
Masjid Al Wustho Mangkunegaran awalnya dibangun atas prakarsa Pangeran Sambernyawa atau KGPAA Mangkunegara I (7 April 1725 – 28 Desember 1795 ) sebagai Lambang Panatagama. Masjid itu sebelumnya berada di wilayah Kauman, Pasar Legi, lalu dipindahkan ke tempatnya yang sekarang oleh Mangkunegara II. Menara tunggal setinggi 25 meter dan berdiameter 2 meter dibangun pada 1926.
Pada serambi berukuran 22 x 11 meter itu juga terdapat sebuah bedug besar bernama Kanjeng Kyai Danaswara yang terlihat kulitnya masih baru dan kentongan kayu tinggi digantung di sisinya. Semua pintu masuk dari serambi terkunci, namun pintu samping yang berada di dekat tempat wudhu dibuka, sehingga saya bisa masuk ke dalam ruang utama masjid setelah mengambil air wudhu.
Ruang utama Masjid Al Wustho Mangkunegaran yang berukuran 24 x 22 m, pada arah pandang ke mihrab atau bagian yang menunjukkan arah kiblat. Mimbar kayu berukir penuh dan indah dengan motif bunga dan suluran berada diluar mihrab, di sisi kanan.
Bagian mihrab yang berbentuk kuncup juga dihias tulisan kaligrafi huruf Arab yang diukir pada kayu mengikuti lekuk lubang mihrab. Selain lampu gantung kristal di tengah, juga ada beberapa lampung gantung kristal yang lebih kecil pada keempat sisi. Status Benda Cagar Budaya diberikan kepada Masjid Al Wustho oleh pemerintah Kota Solo pada November 2012.
Nama Al Wustho pertama kali digunakan pada 1949 oleh Raden Tumenggung KH Imam Rosidi yang menjadi Penghulu Pura Mangkunegaran. Al-Wustho berarti tengah atau pertengahan, merujuk pada ukuran masjid yang tidak sebesar Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta namun tidak sekecil Masjid Kepatihan.
Masjid Al Wustho Mangkunegaran
Alamat : Jl. Kartini, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.5655028, 110.8216344, Waze. Rujukan : Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.Diubah: Desember 06, 2024.Label: Jawa Tengah, Keraton, Masjid, Solo, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.