Toapekong Kapten Cina: Rumah Abu Leluhur Ho

Tempat dimana terdapat Toapekong Kapten Cina Tanjung Pandan saya temui secara tidak sengaja sewaktu hendak menyelesaikan urusan pembayaran sewa mobil dengan perusahaan rental kendaraan Belitung Transport yang kebetulan berkantor di lantai di atasnya, yaitu di Kompleks Hotel Billiton, Tanjung Pandan, Belitung.

Sesaat setelah melihatnya dari jauh, saya langsung tertarik dan berjalan mendekatinya. Sudah lupa dengan tujuan saya. Penjaga yang ada di sana berbaik hati menyalakan lampu, sehingga saya bisa mengambil beberapa foto Toapekong Kapten Cina yang kecil namun indah ini.

Mengapa tenpat ini disebut Toapekong Kapten Cina, rupanya karena Toapekong ini sebelumnya merupakan bagian dari rumah yang dimiliki oleh seorang Kapten Cina yang tinggal di tempat ini. Kapten itu hidup pada pertengahan sampai akhir abad ke-19.

toapekong kapten cina tanjung pandan belitung

Sebidang ruang dimana Toapekong Kapten Cina Tanjung Pandan berada, dengan ornamen pintu simetris di kiri kanan, dan sulur-suluran berwarna keemasan berhias beberapa jenis binatang di atas akses masuk yang terbuka lebar tanpa daun pintu. Dua buah lampion merah tampak menggantung di sana.

Di Toapekong Kapten Cina Tanjung Pandan ini hanya ada satu altar sembahyang, dengan sebuah patung di bagian atas, sebuah lagi patung ada di bagian bawah, sebuah hiolo di meja, lukisan foto pada dinding dan beberapa ornamen di kiri kanannya. Di atas meja altar juga terdapat hiolo, yaitu bokor untuk menancapkan batang hio setelah selesai dibakar.

Patung di altar bagian atas Toapekong Kapten Cina itu mengenakan topi, berwajah putih dan berjanggut dengan baju serta jubah berwarna keemasan. Kedua tangannya memegang sebuah wadah yang isinya menggunung pendek di dalamnya. Melihat bentuk patungnya, mungkin sekali bahwa altar itu diperuntukkan bagi tempat sembahyang Hok Tek Ceng Sin, atau Dewa Bumi, dewa pembawa rejeki yang dipuja oleh banyak orang, terutama oleh para pedagang dan petani. Toapekong Kapten Cina ini meskipun kecil namun terlihat berkelas dan terawat dengan baik.

toapekong kapten cina tanjung pandan belitung

Yang paling menarik dan sangat indah di Toapekong Kapten Cina Tanjung Pandan Belitung adalah ornamen yang berada di atas altar. Ornamen yang terdiri dari enam baris bertingkat ini berisi relief-relief binatang dengan detil yang halus dan sangat indah, membuat mulut saya berdecak-decak penuh kekaguman. Ada relief kijang, burung Hong, ikan, dedaunan dan bebungaan, kura-kura, bangau, tikus, udang, kepiting, dan entah apa lagi. Semuanya terlihat sangat indah.

Ada lagi rupang atau patung yang diletakkan di ruang kecil di altar bawah Toapekong Kapten Cina, di bawah patung yang pertama. Karena letaknya yang berada di lantai, maka patung ini adalah Dewa Bumi lokal, yang lebih terbatas wilayah kekuasaannya dengan Hok Tek Ceng Sin, yaitu hanya sebatas rumah dimana patung itu berada.

Sebuah tambur kecil dan lonceng ibadah yang terlihat sudah berumur tua juga ada di Toapekong Kapten Cina ini. Lemari kayu antik panjang menghias bagian depan altar dengan patung-patung kecil di balik kotak-kotak berkaca. Semua benda yang ada di sana memperlihatkan bahwa dahulu pemiliknya adalah orang yang berada.

toapekong kapten cina tanjung pandan belitung

Di latar depan adalah hiolo dengan batang-batang hiolo tertancap di sana yang bara apinya telah mati. Di belakang sana ada patung dan lukisan foto yang berada di altar bagian atas Toapekong Kapten Cina.

toapekong kapten cina tanjung pandan belitungSisi sebelah kiri ornamen yang berada di atas altar. Ada relief burung Hong (Feng Huang, Phoenix) di sebelah atas, kepiting, ayam, bebungaan, kancil atau rusa, ikan, serta sejumlah ornamen lainnya.

toapekong kapten cina tanjung pandan belitungDi sisi sebelah kanan juga ada relief Feng Huang, ikan, tikus, udang, sejenis bangau, dan ada beberapa tulisan dalam huruf Tionghoa. Boleh jadi ada tanda tangan pembuatnya di sana, namun tentu dalam aksara Tionghoa yang tak bisa saya baca.

toapekong kapten cina tanjung pandan belitungSelain ada tiga blok tulisan dalam aksara Tionghoa di bagian bawah, ada pula sepasang Burung Hong yang dilukis dalam posisi berhadapan seperti tengah berlari saling mendekat, dipisahkan oleh gerumbul bunga dan dedaunan.

toapekong kapten cina tanjung pandan belitungPandangan pada bagian tengah ornamen di atas altar sembahyang Toapekong Kapten Cina, memperlihatkan kekayaan ragam relief yang dibuat dengan indah dan menarik. Adalah adat, budaya dan seni yang membuat sebuah suku bangsa berbeda dengan yang lainnya, dan kekayaan seperti itu perlu dilestarikan.

toapekong kapten cina tanjung pandan belitungPandangan lebih dekat pada altar di bagian atas Toapekong Kapten Cina. Patung yang mengenakan topi itu berwajah putih dan berjanggut dengan baju serta jubah berwarna keemasan. Kedua tangannya memegang sebuah wadah yang isinya menggunung pendek di dalamnya.

toapekong kapten cina tanjung pandan belitungJika melihat bentuk patungnya, mungkin sekali bahwa altar di Toapekong Kapten Cina itu diperuntukkan bagi tempat sembahyang untuk memuja Hok Tek Ceng Sin, atau Dewa Bumi, dewa pembawa rejeki yang dipuja oleh banyak orang, terutama oleh para pedagang dan petani.

toapekong kapten cina tanjung pandan belitungPatung ini berada di ruang kecil di altar bawah Toapekong Kapten Cina, di bawah patung yang pertama. Karena letaknya yang berada di lantai, maka patung ini tentu adalah Dewa Bumi lokal, yang lebih terbatas wilayah kekuasaannya dibanding Hok Tek Ceng Sin, yaitu hanya sebatas rumah dimana patung itu berada.

toapekong kapten cina tanjung pandan belitungPandangan lainnya lagi pada altar Hok Tek Ceng Sin, dengan penampakan patung dan lukisan pada dinding yang lebih jelas. Umumnya orang percaya bahwa agar doanya dikabulkan oleh Dewa Bumi maka sebelum berdoa mereka harus berbuat kebajikan terhadap sesama terlebih dahulu. Kebajikan memang hanya akan berbalas kebajikan, meski bisa datang dari sumber yang tak terduga.

toapekong kapten cina tanjung pandan belitungSudut pandang dari samping yang memperlihatkan tambur dan genta yang menjadi bagian dari ritual pada saat-saat tertentu. Belum pernah saya melihat tambur di pukul di sebuah kelenteng, namun genta kecil yang dibunyikan oleh seorang wanita pernah saya lihat di Tay Kak Sie Semarang, kalau tak salah.

Toapekong Kapten Cina yang telah berusia lebih dari 100 tahun ini semula adalah rumah abu atau tempat untuk memuja para leluhur keluarga Ho. Bermula dari 'ditemukannya' Timah di Belitung oleh Belanda pada 1851, didatangkanlah kuli-kuli Cina dari Singapura dan dari Cina daratan untuk mencukupi kebutuhan akan pekerja tambang.

Orang-orang Cina ini dipimpin oleh seorang Kapten bernama Ho A Jun yang ditunjuk oleh pemerintah kolonial untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan komunitas Cina.

Kapten Ho adalah Kapten Cina pertama dan terlama di Belitung (1852-1895). Ia mendirikan rumah di wilayah kampung Cina dengan pilar-pilar kokoh dan Toapekong besar di dalamnya. Setelah tidak menjabat, rumah Kapten Ho digunakan sebagai gedung societeit, tempat para pejabat Belanda dan elit Cina bergaul dan bersenang-senang.

Rumah Kapten Ho ini tinggal tersisa pilar-pilarnya serta ruang Toapekong yang kemudian dikenal sebagai Toapekong Kapten Cina itu. Bangunan itu kini menjadi bagian dari Hotel Billiton.

Toapekong Kapten Cina Tanjung Pandan Belitung

Alamat : Kompleks Hotel Billiton, Jl. Depati Gegedek No. 50, Tanjung Pandan, Belitung. Lokasi GPS : -2.740268, 107.632665, Waze. Jam buka : sepanjang hari. Harga tiket masuk : gratis. Hotel di Belitung, Tempat Wisata di Belitung, Peta Wisata Belitung.

Diubah: Desember 10, 2024.
Label: Bangka Belitung, Belitung, Kelenteng, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang,
seorang penyusur jalan.
Traktir BA? Scan GoPay, atau via Paypal. GBU.
« Baru© 2004 - IkutiLama »