Jalan aspal yang kami lalui cukup mulus dengan melewati permukiman padat ditepi jalan. Pada GPS -2.75717, 107.84630 kami keluar dari jalan utama dan belok kanan, mengikuti jalan yang keriting aspalnya, menembus hutan, menanjak, dengan jurang yang dalam di sisi kanan. Sejauh sekitar 4,7 km kami menyusuri jalan yang terlihat jarang dilalui kendaraan itu, dan tidak terlihat sama sekali tanda-tanda kehidupan manusia. Sepi sesepi-sepinya. Namun sesekali kami masih melihat beberapa monyet bertengger di pohon.
Setelah berkendara di jalan tak bertuan dan yang seperti tak berujung ini, akhirnya sampailah kami di ujung jalan, pada GPS -2.78062, 107.8586, berupa sebuah tempat terbuka yang cukup luas, dikepung oleh pepohonan hutan. Beberapa monyet terlihat ketika saya turun dari mobil, namun mereka cepat sekali menghilang masuk ke hutan. Beberapa terlihat berada di dahan pohon yang sangat tinggi.
Kami melewati jalan setapak menurun cukup pas untuk orang berpapasan yang sisi sebelah kiri dan kanannya ditumbuhi semak dan pepohonan, lembah dan perbukitan. Kami berjalan tidak begitu jauh dari tempat dimana kendaraan diparkir, untuk sampai ke area dimana Air Terjun Gurok Beraye berada.
Air Terjun Gurok Beraye yang berasal dari mata air di Gunung Tajam itu tidaklah benar-benar terjun bebas dari atas ke kolam di bawahnya, namun mengalir atau merambat melalui lintasan pada permukaan bebatuan gunung terjal.
Dengan aliran seperti itu maka tidak ada pusaran air yang kuat pada kolam, selain debit air yang tak begitu tinggi waktu itu yang tampaknya karena musim penghujan masih belum lagi tiba, meskipun Belitung sesekali diguyur hujan.
Panorama Air Terjun Gurok Beraye Belitung dilihat dari balik tanggul memperlihatkan kolam yang dipenuhi serakan dedaunan. Sampah dedaunan memang tercecer dimana-mana, namun jika mempertimbangkan lokasinya yang jauh dari permukiman penduduk, bisa dimengerti jika area air terjun jarang dibersihkan. Jika pun ada yang membersihkan mungkin hanya seminggu sekali, pada akhir pekan, pada hari dimana orang biasa berkunjung, dan hari itu memang bukan akhir pekan.
Jika dilihat pada jarak yang dekat, air di dalam kolam di bawah air terjun sesungguhnya sangat jernih. Meskipun apungan rontokan dedaunan juga terlihat di sana, namun itu tidak mengurangi kejernihan air asli pegunungan yang dengan mudah mengundang orang untuk mencebur ke dalamnya.
Saya sempat memanjat memelipir di pinggiran tebing air terjun Gurok Beraye untuk melihat batuan dan aliran air dari jarak yang lebih dekat. Beberapa bagian batuan yang menjadi tempat merambat air terjun itu berwarna kehitaman atau abu-abu tua, entah karena saking lamanya terendam air atau memang sifat batuan gunungnya seperti itu. Namun batuan itu sepertinya keras sekali, berbentuk seperti pilar-pilar bertumpuk.
Ada bekas-bekas bangunan di dekat Air Terjun Gurok Beraye, tempat bilas di sebelah kiri, dan pondasi di sebelah kanan, menandakan bahwa tempat ini pernah dijadikan sebagai pesanggrahan yang dibangun Belanda pada 1940.
Ada pula sebuah akar pohon tumbang di samping jalan setapak Air Terjun Gurok Beraye yang menunggu untuk disingkirkan. Air terjun ini cocok bagi pejalan yang menyukai suasana alam, dengan akses jalan menembus hutan yang memberi kesan tersendiri. Lokasinya berada di kawasan hutan lindung Gunung Tajam yang luasnya mencapai 30 hektar.
Debit air yang merambat melewati dinding batu itu terlihat kecil saja dan terpecah dalam dua aliran sebelum jatuh ke dalam kolam di bawahnya. Jika melihat warna dinding batunya, maka sepertinya debit air terjun Gurok Buraye ini tak cukup besar untuk menutupi seluruh tebing yang ada di sana.
Sudut pandang ini memperlihatkan adanya satu rambatan air lagi pada ujung sebelah kiri yang debitnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dua rambatan air lainnya. Meski airnya jernih, namun ada gelembung-gelembung air pada permukaan kolam yang entah disebabkan oleh apa, hanya saja memang mengganggu pemandangan.
Pandang tegak pada Air Terjun Gurok Beraye yang memperlihatkan air yang ada pada kolam di bawah air terjun dengan lebih jelas. Sesungguhnya airnya sangat jernih, meski apungan rontokan dedaunan juga terlihat di sana, namun itu tidak mengurangi kejernihan air asli pegunungan yang bisa mengundang orang untuk mencebur ke dalamnya.
Tebing rambatan air terjun Gurok Beraye ini seperti miniatur tebing yang akan terlihat garang jika ada pada ukurannya yang besar. Batuan yang ada di sisi sebelah kanan air terjun ditumbuhi lumut hijau, meski tak begitu tebal, pun saya harus tetap berhati-hati ketika menapakinya.
Sudut pandang lainnya pada tebing rambatan air terjun Gurok Beraye yang memperlihatkan struktur permukaan batu tak beraturan yang sebagian diantaranya memiliki tepian yang tajam. Semua batu di dunia ini konon berasal dari magma atau lahar gunung berapi yang membeku.
Bekas-bekas bangunan masih bisa dilihat dengan jelas di dekat Air Terjun Gurok Beraye, tempat bilas di sebelah kiri, dan pondasi di sebelah kanan, menandakan bahwa tempat ini pernah dijadikan sebagai pesanggrahan yang dibangun Belanda pada 1940.
Sebuah pohon dengan kulit batang putih kekuningan sempat menarik perhatian saya saat mengamati suasana di sekeliling air terjun. Tak jelas apakah itu pohon kayu putih atau jenis pohon yang lain. Jika saat itu kondisi air terjun masih sangat sederhana, mudah-mudahan saat ini sudah jauh lebih baik.
Sudut pandang lainnya pada Air Terjun Gurok Beraye yang memperlihatkan kecantikan tebing dan air yang merambat pada permukaannya. Di atas sana sepertinya ada dataran, namun tak jelas darimana aksesnya untuk menuju ke arah sana.
Batang dan akar pohon tumbang yang sebagian menutupi jalan setapak yang menjadi akses masuk dan keluarnya pengunjung ke area Air Terjun Gurok Beraye.
Area di sekitar Air Terjun Gurok Beraye dilihat dari ujung jalan setapak, setelah melewati sebatang pohon tumbang yang belum disingkirkan. Jalan setapak yang kami lewati sebelumnya konturnya menurun dan cukup pas untuk orang berpapasan.
Alangkah baiknya jika Pemda Belitung membangun sebuah pendopo terbuka di bekas lokasi ini, dan memperbaiki ruang gantinya, sehingga memudahkan bagi pejalan yang ingin menikmati segarnya kolam Air Terjun Gurok Beraye.
Setelah dari air terjun, pejalan bisa mendaki Gunung Tajam yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Belitung dengan ketinggian 510 mdpl, dan catatannya akan saya ceritakan pada tulisan berikutnya.
Air Terjun Gurok Beraye Belitung
Alamat : Dusun Air Pegantungan, Desa Kacang Botor, Kecamatan Badau, Belitung. Lokasi GPS : -2.78106, 107.8596, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : sepanjang waktu. Harga tiket masuk : gratis. Hotel di Belitung, Tempat Wisata di Belitung, Peta Wisata Belitung.Diubah: Desember 10, 2024.Label: Air Terjun, Bangka Belitung, Belitung, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.