Dalam penjelajahan di Kebumen ini saya menggunakan Alif Trans. Desandy Yanuar (0813 2763 6464, 0819 1500 6700), pemiliknya, membantu saya mengatur rute perjalanan. Sarapan pagi di Hotel Nillo langsung disajikan ke meja, bersama teh atau kopi. Jenis makanan untuk sarapan bergantung hotel, tak ada pilihan. Namun pilihan sarapannya cukup baik. Mungkin karena selera makan saya sederhana.
Selewat jam 7 pagi kami meninggalkan Hotel Nillo di Jalan Pemuda menuju ke arah Timur, arah ke Kutowinangun. Setelah berkendara selama 15 menit, sekitar 150 meter sebelum SMPN 2 Kutowinangun kami belok kiri di pertigaan. Sesaat kemudian kami sudah berada di jalan yang sejajar dengan kali yang cukup lebar dan dalam. Sesudah sekitar 6 km menyusuri jalan pinggir kali yang tak semuanya mulus, dan bagian akhir merupakan jalan tanah yang diperkeras, akhirnya sampailah saya di ujung kali yang ternyata merupakan awal dari Saluran Induk Bedegolan.
Penampakan beton yang menjadi rumah pintu pengatur air Bendung Bedegolan Kebumen dengan roda-roda gigi di sebelah kanan untuk menaikturunkan lempeng besi di bawahnya. Sungai yang terlihat di sebelah kanan airnya berasal dari Bendung Pejengkolan, dan lebih ke atas lagi berasal dari Waduk Wadas Lintang.
Ada tiga buah roda gigi putar yang terpasang sebagai pengatur pintu air ke Saluran Induk Bedegolan, yang diletakkan di atas bantalan balok besi memanjang bercat warna biru. Roda gigi yang keempat hanya tersisa bekas karatnya saja yang menempel pada balok besi.
Roda gigi kelima posisinya sejajar bendungan, mengalirkan air kembali ke sungai di bawah bendungan. Di dekat roda gigi kelima itu ada tulisan pada dinding tembok yang berbunyi "Kiyai Geseng, Bedegolan 1902". Tak jelas apa arti dari angka tahun itu. Namun di sebelah kanan Bendung Bedegolan memang ada cungkup yang bertulis "Kramat Sunan/Kyai Geseng".
Orang yang menemani saya berkeliling di Kebumen waktu itu adalah Bambang Supriadi (0819 3250 0909), veteran supir bis kota Jakarta dan supir sebuah ATPM mobil, yang adalah ayah Desandy sendiri. Bambang memegang daftar tempat kunjung yang telah ia beri nomor, dan saya nyaris menyerahkan sepenuhnya rute perjalanan kepadanya.
Bentang Bendung Bedegolan menciptakan karpet buih berwarna putih dari air yang terjun di sepanjang lereng bendungan yang berakhir di batang sungai di bawahnya. Keberadaan buih itu bisa berarti bahwa ketebalan air pada dinding bendungan tidak begitu tebal, atau debit airnya relatif sedang kecil.
Lebar Bendung Bedegolan ini sekitar 50 meter dengan ketinggian 10 meter. Tak terlihat ada saluran irigasi di ujung di sebelah sana. Bendung Bedegolan tampaknya memang hanya dimaksudkan agar bisa mengalirkan air ke Saluran Induk Bedegolan untuk mengairi sawah di wilayah Kutowinangun.
Boleh jadi wilayah persawahan di seberang sana sudah bisa dipasok kebutuhan airnya secara memadai melalui saluran irigasi yang berawal dari Bendung Pejengkolan. Bendung-bendung ini dirancang ketika permukiman penduduk belum sepadat sekarang, yang membuat areal persawahan banyak yang dikonversi menjadi permukiman.
Saya sempat mengambil foto buih air putih memanjang merapat ke dinding bendung tinggi yang berasal dari bukaan pintu air ke-5. Di sebelah kanannya adalah pelataran dengan pandangan langsung ke arah Bendung Bedegolan Kebumen. Pemandangan di sekitar Bendung Bedegolan ini sebenarnya terlihat indah. Jika saja ada gazebo terbuat dari bambu beratap sirap atau ijuk, tentu akan sangat menyenangkan dan bisa membuat saya lebih betah menikmati suasana yang tenang di sana.
Ada pula pintu besi untuk mengatur debit air yang keluar ke saluran induk dari Bendung Bedegolan Kebumen, dengan kedung memanjang yang menyempit di ujungnya sebelum air mengalir ke sungai. Undakan terlihat di sisi kanan, dan sebelah kanannya lagi yang tak terlihat pada foto terdapat gerumbul pohon sangat tua yang berbentuk unik.
Pada bantaran di samping kanan kedung terdapat tugu yang berisi informasi teknis tentang Saluran Irigasi Bedegolan, serta segerumbul pohon Bougenville yang bunganya berwarna merah muda. Nama saluran dicetak pada dinding tebing di sebelah kiri kedung.
Sungai dengan bendungan seperti ini biasanya menjadi salah satu tempat yang disukai oleh para pemancing, namun saya tak melihat ada satu orang pun yang sedang memancing di Bendung Bedegolan. Entah karena memang tak banyak ikannya, atau ada tempat pemancingan lain yang jauh lebih banyak ikan dan lebih nyaman suasananya.
Semoga saja saat ini Bendung Bedegolan Kebumen sudah lebih cantik ketimbang ketika saya kunjungi saat itu. Lingkungan yang alami baiknya dijaga dengan sesedikit mungkin bangunan beton, dan jika pun ada bangunan akan jauh lebih baik jika terbuat dari kayu atau bambu.
Bendung Bedegolan Kebumen
Alamat : Desa Jlegiwinangun, Kecamatan Kutowinangun, Kebumen. Lokasi GPS : -7.67569, 109.77578, Waze. Hotel, Tempat Wisata, Peta, Transportasi.Diubah: Desember 31, 2019.Label: Bendungan, Jawa Tengah, Kebumen, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.