Informasi si mbak itu kami konfirmasi lagi ke seorang pengendara sepeda motor yang baru saja keluar dari jalan kecil yang ada di sisi sebelah kanan sungai. Hasilnya cukup membuat saya yakin, bahwa jalan yang berada di sisi kiri sungai meski lebih mulus namun jalan buntu, sedangkan yang di sebelah kanan sungai akan menuju ke Bendung Pejengkolan.
Sebuah truk kecil yang menyusul keluar di belakang pengendara motor itu membuat kami lebih yakin, karena beberapa meter setelah mulut jalan dipasang sepasang besi tegak yang hanya memungkinkan kendaraan kecil untuk lewat. Setelah berkendara menyusur pinggir sungai arah ke hulu, beberapa menit kemudian sampailah kami di tepi area bantaran di bawah Bendung Pejengkolan.
Bendung Pejengkolan dengan lima lereng air di bagian tengah, dua lorong air di kiri kanannya serta dua saluran induk irigasi. Di atas bendung itu melintang sebuah badan jalan yang belakangan kami lewati untuk berkendara menuju ke arah Waduk Wadaslintang.
Bendung ini terlihat lebih besar ukurannya dibanding Bendung Bedegolan yang sebelumnya kami kunjungi. Bangunan satu-satunya di tempat itu adalah sebuah bedeng tempat berteduh pekerja yang tengah memperbaiki saluran irigasi. Minuman dan makanan sederhana juga dijual di bedeng itu.
Bendung Pejengkolan mulai dibangun pada 1981 dan selesai 1984, menggunakan jenis beton graviti sehingga disebut bendung graviti atau bendungan gravitasi. Bendung gravitasi merupakan bendung yang dibuat dari bahan beton atau batu bata, yang dirancang untuk menahan air dengan hanya memanfaatkan berat bahan untuk menahan tekanan horizontal air.
Bendungan gravitasi dirancang sedemikian rupa agar setiap bagian bendungan stabil, secara praktis terlepas dari bagian bendungan lainnya. Tinggi Bendung Pejengkolan dari dasar sungai adalah 22,25 m, tinggi di atas galian 27,5 m, panjang puncak 180 m dan lebar puncak 5 m. Pembangunan Jembatan Pejengkolan ini dikerjakan oleh PT Adhi Karya, dengan konsultan PRC-ECI (USA).
Sebagai pembangkit tenaga listrik, Bendung Pejengkolan dapat membangkitkan tenaga listrik lebih dari 92.000.000 KWH/tahunnya, atau kapasitas terpasang sebesar 2 x 8 MW, yang dimulai sejak 1998. Selain itu bendung ini juga digunakan untuk perikanan darat bebas atau dengan keramba, serta untuk memenuhi kebutuhan air baku dan air untuk industri.
Saya sempat mengambil foto pemandangan dari jalan di atas Bendung Pejengkolan ke arah Desa Wisata Jembangan di ujung sana. Air pada musim kemarau yang terlihat bening jernih ini bisa berubah menjadi coklat kotor ketika musim hujan tiba oleh karena gerusan pada permukaan tanah yang tidak terlindungi oleh semak dan pepohonan.
Selain sebagai unit pembangkit listrik tenaga air atau PLTA, Bendung Pejengkolan juga difungsikan untuk memasok kebutuhan air irigasi ke Saluran Induk Wadas Lintang Timur yang mampu menghidupi sawah di Kecamatan Prembun, Pituruh, Kemiri, Kutoarjo, dan Ketawang, sebelum aliran airnya berakhir di laut selatan.
Bendung Pejengkolan juga memasok air ke Saluran Induk Wadaslintang Barat yang menghidupi para petani di sejumlah wilayah seperti Poncowarno, Alian, Pejagoan, Klirong, dan Petanahan, sebelum berakhir pula di laut selatan. Jumlah bendung dan bendungan di Indonesia masih relatif sedikit untuk mampu memastikan swasembada bagi sebagian besar jenis pangan.
Saya sempat mengambil foto deret pilar yang menancap pada batang Sungai Bedegolan, menyangga jalan yang melintas di atas bendungan. Jalan ini kami lalui untuk menuju ke Waduk Wadaslintang yang berada 7 km di atas Bendung Pejengkolan ini. Saluran Induk Wadaslintang Barat dan Saluran Induk Wadaslintang Timur memberi irigasi kepada 18 Daerah Irigasi seluas 33.279 Ha, dengan 14.579 Ha diantaranya dipasok melalui Saluran Induk Wadaslintang Barat.
Penampakan cukup menarik terlihat pada pintu air di Bendung Pejengkolan Kebumen yang mengatur aliran air ke arah Saluran Induk Wadaslintang Barat. Pekerjaan perbaikan dengan memakai ekskavator tampak tengah dilakukan di saluran induk ini, sementara di saluran induk satunya lagi tidak ada pekerjaan perbaikan.
Lokasi Bendung Pejengkolan berada sekitar 7 km di bawah Waduk Wadaslintang, bertugas untuk membendung limpahan air dari waduk yang mengalir ke Sungai Bedegolan. Limpahan air dari Bendung Pejengkolan kemudian dibendung lagi oleh Bendung Bedegolan untuk memasok air area persawahan penduduk melalui Saluran Induk Bedegolan.
Untuk lebih memastikan pasokan air irigasi yang cukup memadai bagi para petani terutama di musim kemarau boleh jadi perlu dibangun beberapa buah bendung lagi di sepanjang aliran Sungai Bedegolan. Ini mungkin diperlukan jika tak bisa lagi menambah kapasitas air pada bendungan yang sudah terlebih dahulu dibangun.
Mudah-mudahan saja suatu saat nanti, para pemuda setempat dengan dukungan aparat desa dan ditopang dana deda bisa membuat semacam gardu pandang dan sejumlah gazebo di atas perbukitan untuk menikmati panorama di sekitar Bendung Pejengkolan. Jika itu sudah ada, tentu amatlah baik dan menyenangkan, dan bisa menarik wisatawan untuk datang. Ketersediaan cafe atau warung kecil juga diperlukan di sekitar area ini.
Bendung Pejengkolan Kebumen
Alamat : Pejengkolan, Kecamatan Prembun, Kebumen. Lokasi GPS : -7.65985, 109.77069, Waze. Hotel di Kebumen, Tempat Wisata di Kebumen, Peta Wisata Kebumen.Diubah: Desember 30, 2019.Label: Bendungan, Jawa Tengah, Kebumen, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.