Undakan terbawah ke puncak Gardu Pandang Wadaslintang ada di samping belakang kantor polisi. Setelah turun dari kendaraan, dengan tak lupa membawa botol air minum, saya mulai menapaki anak tangga, sementara Bambang (Alif Trans) minum kopi di warung seberang jalan. Kebiasaan membawa botol air minum ketika mendaki perbukitan semacam ini, betata pun rendahnya, adalah karena pernah mengalami hal pahit ketika mendaki Gunung Tajam di Belitung. Tertipu karena melihat jarak pendek yang tertera pada papan tengara, membuat kami tidak membawa air minum saat melakukan pendakian, yang berakibat pada keringnya tenggorok selama di perjalanan dan tak tercapainya tujuan.
Suasana sangat sepi. Tak ada seorang pun yang terlihat sedang atau akan mendaki undakan yang puncaknya terlihat lumayan tinggi itu. Pelan namun pasti saya melangkah semakin naik ke atas, kadang berhenti mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga, kadang berpegang pada pipa pagar besi. Angin kadang berhembus cukup kencang.
Penggalan undakan menuju ke puncak Gardu Pandang Waduk Wadaslintang yang tapak semen serta pipa besi penopang pejalan kondisinya masih sangat baik. Sejumlah pohon yang berada di sepanjang jalur pendakian sangat membantu dalam memberi keteduhan dari sengat matahari namun tak cukup untuk menjinakkan angin.
Di beberapa titik saya bisa melihat pemandangan lembah serta perbukitan di sebelah kiri jalur pendakian. Kadang bisa pula melihat genang air bening di Waduk Wadaslintang dari sela semak dan pepohononan.
Ketika mendaki hampir 300 anak tangga, sampailah saya di anak tangga dengan dataran menjorok keluar di sisi kanan undakan yang membentuk semacam dek pandang. Dari dek alam itu saya bisa melihat dengan leluasa area di seputar Waduk Wadaslintang. Bangunan Gardu Pandang Waduk Wadaslintang sudah terlihat dari titik ini.
Gerbang Waduk Wadaslintang paling depan dimana pengunjung terus lewat tanpa membayar karcis. Akses undakan menuju ke Gardu Pandang Waduk Wadaslintang ada di sebelah kanan, sebelum masuk gerbang ini.
Deretan karamba tampak seperti barisan kapal selam yang tengah melaju dalam formasi mengambang membelah air waduk. Budidaya perikanan air tawar rupanya merupakan salah satu fungsi Waduk Wadaslintang yang berperan untuk memasok kebutuhan akan ikan bagi orang kota yang tak punya kolam sendiri untuk memeliharanya. Setelah sempat mengambil beberapa foto, sayapun melanjutkan pendakian.
Cukup menarik pemandangan ke arah Bendungan Wadaslintang dengan akses jalan di atasnya, dilihat dari puncak Gardu Pandang Waduk Wadaslintang. Gardu Pandang ini lumayan luas, mungkin sekitar 6x6 meter, dikelilingi dengan tembok rendah yang bisa menjadi penopang siku ketika melihat pemandangan, atau sebagai tempat duduk. Tidak ada apa-apa di dalam gardu sehingga orang bisa berjalan bebas di dalamnya.
Jika saya tidak salah hitung, ada 60 anak tangga lagi dari titik perhentian terakhir sebelum sampai sampai ke bangunan di puncak bukit. Itu artinya tidak kurang dari 360 anak tangga yang telah saya tapaki satu per satu. Ketika sampai di Gardu Pandang, rupanya di sana telah lebih dulu ada sepasang anak muda yang tengah berpacaran. Suasana dan tempatnya memang mendukung.
Selagi saya menikmati panorama dan sesekali memotret dengan lensa tele yang ditambah dengan ekstender 2x, datang lagi serombongan anak muda lainnya. Mereka adalah anak muda yang sebelumnya saya sapa di atas Bendungan Wadaslintang untuk bertanya tentang gardu pandang ini namun menjawab tidak tahu. Rupanya mereka penasaran juga dan akhirnya datang ke tempat ini.
Keberadaan karamba di bendungan seperti Waduk Wadaslintang ini bukannya tanpa masalah. Oleh sebab sisa pakan ikan yang mengandung bahan kimia akan menjadi limbah sampah yang mengotori air bendungan, dan bisa menimbulkan masalah di bagian hilir sungai.
Sebuah perahu yang tengah sandar, serta sekolompok orang yang tengah memancing di tepian Waduk Wadaslintang adalah salah satu pemandangan yang terlihat dari atas gardu, selain pemandangan deret karamba di tengah waduk, perbukitan sekitar, serta hamparan air waduk yang permukaannya terlihat tenang dengan warna kebiruan.
Saya mengamati seorang penjala berjalan di tepian waduk untuk mencari lokasi yang ia perkirakan ada cukup banyak ikan di sana. Setelah mendapatkan lokasi yang disukainya, penjala itu bersiap melempar jalanya ke dalam waduk. Sesaat kemudian jala yang dilemparkannya mengembang penuh di udara.
Jelas diperlukan ketrampilan dan pengalaman yang cukup memadai untuk bisa melakukan lemparan jala seperti ini. Ketrampilan selanjutnya adalah bagaiman menarik jala agar ikan yang terperangkap di dalamnya tidak lagi bisa kabur menyelamatkan diri.
Setelah puas menikmati pemandangan dari puncak Gardu Pandang Waduk Wadaslintang, saya pun berkemas, memasukkan kamera dan lensa ke dalam tasnya, dan beranjak melangkahkan kaki menuruni undakan sambil menghitung. Seluruhnya ada 345 anak tangga dari puncak gardu pandang hingga anak tangga terbawah. Lumayan banyak ...
Gardu Pandang Waduk Wadaslintang
Alamat : Desa Sumberejo, Kecamatan Padureso, Kebumen. Lokasi GPS : -7.61136, 109.78868, Waze. Hotel, Tempat Wisata, Peta, Transportasi.Diubah: Desember 30, 2019.Label: Gardu Pandang, Jawa Tengah, Kebumen, Waduk, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.