Merasa ragu, kami berhenti di pengkolan, menunggu orang lewat. Tidak lama kemudian ada seorang pria naik sepeda motor, dan rupanya ia adalah orang yang merawat Candi Miri. Radino (58) namanya, yang menawarkan diri untuk mengantar kami ke lokasi candi, dan saya setujui. Kami pun mengikuti motornya dari belakang, belok ke kanan di pengkolan itu mengikuti jalan utama, lalu belok ke kiri sebelum sampai di ujung jalan, belok kiri lagi di pertigaan, dan berhenti di depan sebuah rumah sederhana, rumah Pak Radino. Dari perempatan Arca Ganesha sampai ke rumah si bapak ini jaraknya 1,1 km.
Setelah Pak Radino menyiapkan bekal air minum untuk di jalan, kami pun berangkat menuju ke lokasi Candi Miri dengan berjalan kaki. Menurut Pak Radino dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mencapai puncak bukit dimana Candi Miri berada. Jalanan sudah mulai menanjak hanya beberapa langkah dari rumah, dengan satu patahan tanah yang perlu sedikit berhati-hati untuk mendakinya.
Sebuah ruas jalan setapak menuju Candi Miri Sleman Yogyakarta yang kami lewati. Jalan menanjak dengan kerikil batu seperti ini tidak terlalu panjang, karena kemudian dilanjut dengan melewati jalan setapak. Di depan adalah Pak Radino menenteng sebotol besar air rebusan yang dibawanya dari rumah, karena memang tidak ada penjual air mineral di sana.
Tidak ada petunjuk jalan sama sekali di lintasan ke Candi Miri ini, dan kami pun tidak berpapasan dengan penduduk. Orang mungkin masih bekerja di sawah atau di kebunnya. Hampir pasti saya akan tersesat jika pergi sendiri. Setelah melewati kebun, kami berjalan melipir di pematang-pematang sawah, dan jalanan terus menanjak.
Kami melangkah melewati pematang sawah yang tidak bertanda sama sekali sehingga sulit mengetahui kemana arah kaki mesti melangkah. Di beberapa tempat pematangnya agak gembur, sehingga perlu berhati-hati agar tidak perperosok.
Sepotong pemandangan yang kami lihat dalam perjalan ke Candi Miri Sleman Yogyakarta. Pemandangan hijau subur di sepanjang perjalanan memang cukup menghibur kami. Sebuah susunan batu yang menarik terlihat pada lintasan yang kami lewati, yang belum diketahui apa hubungannnya dengan Candi Miri Sleman Yogyakarta.
Setelah sempat berhenti beberapa kali mengatur nafas, lebih dari setengah jam kemudian sampailah kami di puncak perbukitan dimana Candi Miri berada. Sebenarnya, jika ditarik garis lurus, jarak dari rumah Pak Radino ke Candi Miri hanya sekitar 600 m. Namun karena jalannya yang menanjak dan berupa jalan setapak, cukup melelahkan juga untuk mencapainya.
Menurut penurutan Pak Radino, tanah dimana Candi Miri berada adalah tanah milik kakeknya, dan sejak ia kecil sampai sekarang tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap Candi Miri ini. Hanya saja temuan Arca Dewi Sri yang masih utuh, stupa, dan beberapa yoni, telah disimpan di museum BP3. Selain beberapa batu segi empat dengan permukaan halus dan rata, tidak terlihat ada batu candi dengan ornamen ukir di tumpukan situs Candi Miri Sleman Yogyakarta ini.
Tidak tampak ada bangunan candi yang cantik di puncak perbukitan yang secara administratif masuk ke Dusun Nguwot, Desa Sambirejo ini. Memang Candi Miri Sleman Yogyakarta masih berupa reruntuhan batu candi yang ditumpuk secara tidak beraturan dalam satu lokasi. Tidak terlihat Lingga, namun ada sebuah Yoni di situs Candi Miri ini, terletak agak terpisah dari tumpukan batu lainnya, yang menunjukkan bahwa Candi Miri merupakan candi Hindu Siwa.
Di sekitar lokasi juga tidak terlihat papan penanda Cagar Budaya, bekasnya pun sudah lenyap jika pernah ada. Melangkah agak jauh ke luar area Candi Miri Sleman Yogyakarta, terlihat struktur dinding batu yang bisa jadi masih merupakan bagian dari candi. Sebagaimana Arca Ganesha, Candi Miri juga diduga dibuat sekitar abad ke-9 pada jaman Mataram Kuno.
Yoni di Candi Miri Sleman Yogyakarta yang keadaannya masih relatif baik dan ceratnya utuh. Sementara di ujung foto sebelah kiri tampak sebuah Yoni lain yang badannya telah hancur, menyisakan bagian atasnya saja. Rumput liar pada tumpukan batu relatif tidak banyak, demikian juga rumput liar di ruang terbuka di sekitar lokasi Candi Miri Sleman Yogyakarta yang dipotong rapi. Rupanya belum lama berselang Pak Radino telah membersihkan tempat ini.
Kabarnya di situs Candi Miri ini juga ditemukan arca nandi berukuran 120 X 60 cm dengan tinggi 60 cm, namun kepalanya telah terpotong. Setelah beberapa menit berada di lokasi, kami pun akhirnya berjalan meninggalkan puncak perbukitan ini. Seperti biasa, perjalanan menuruni bukit terasa jauh lebih mudah dan lebih cepat ketimbang ketika naik. Ada batu hitam besar memanjang yang menarik perhatian saya dalam perjalanan meninggalkan Candi Miri Sleman Yogyakarta.
Jika saja restorasi dilakukan terhadap Candi Miri ini, dan aksesnya diperbaiki, saya yakin Candi Miri akan mampu menarik banyak pejalan untuk mampir. Dalam keadaan rusak pun Candi Miri Sleman Yogyakarta masih bisa menarik orang untuk datang, apalagi bila sudah direstorasi. Lagi pula lokasinya yang berada di puncak perbukitan sangatlah mendukung.
Candi Miri Sleman
Alamat : Dusun Nguwot, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Lokasi GPS : -7.77309, 110.50253, Waze (rumah Pak Radino); -7.77200, 110.50773, Waze (Candi Miri). Tempat Wisata di Sleman, Peta Wisata Sleman, Hotel di Yogyakarta.Yoni di Candi Miri Sleman Yogyakarta yang keadaannya masih relatif baik dan ceratnya utuh. Sementara di ujung foto sebelah kiri tampak sebuah Yoni lain yang badannya telah hancur, menyisakan bagian atasnya saja. Rumput liar pada tumpukan batu relatif tidak banyak, demikian juga rumput liar di ruang terbuka di sekitar lokasi Candi Miri Sleman Yogyakarta yang dipotong rapi. Rupanya belum lama berselang Pak Radino telah membersihkan tempat ini.
Foto yang memperlihatkan posisi Yoni yang masih dalam kondisi baik dan Yoni satunya lagi terhadap reruntuhan candi di kompleks Candi Miri, Dusun Nguwot, Desa Sambirejo ini. Waktu itu Candi Miri masih berupa reruntuhan batu candi yang ditumpuk secara tidak beraturan dalam satu lokasi.
Selain beberapa batu segi empat dengan permukaan halus dan rata, tidak terlihat ada batu candi dengan ornamen ukir di tumpukan situs Candi Miri ini.
Saat itu tak terlihat ada bangunan candi yang cantik di puncak perbukitan Miri yang secara administratif masuk ke Dusun Nguwot, Desa Sambirejo ini. Hanya ada reruntuhan batu candi dan dua buah Yoni yang masih tersisa di sana.
Melangkah agak jauh ke luar area Candi Miri, terlihat struktur dinding batu yang bisa jadi masih merupakan bagian dari candi. Sebagaimana Arca Ganesha, Candi Miri juga diduga dibuat sekitar abad ke-9 pada jaman Mataram Kuno.
Saat itu tidak ada tempat duduk yang memadai di sekitar Candi Miri, sehingga untuk beristirahat sejenak kami pun mencari batu atau rerumputan yang relatif bersih untuk duduk. Jika saja di sekitar bukit ada pohon kelapa, tentu akan sangat nikmat untuk meminum air segarnya dan menggerumuti buah mudanya.
Salah satu pematang sawah yang kami lalui saat menuju ke Candi Miri. Di beberapa tempat pematangnya agak gembur, sehingga perlu berhati-hati agar tidak perperosok. Ini mengingatkan pada pengalaman semasa kecil ketika masih sering pergi bermain ke sawah dan kadang menjumpai ular yang melingkar di pematang.
Sebuah susunan batu pada lintasan yang kami lewati, yang belum diketahui apa hubungannnya dengan Candi Miri. Batu gunung seperti ini dipercayai berasal dari lava beku, namun tak jelas sumber gunung berapinya berada di mana.
Batu hitam besar memanjang di ujung sana menarik perhatian saya dalam perjalanan meninggalkan Candi Miri. Adanya batuan besar seperti ini menandai bahwa memang pernah ada aktivitas gunung berapi dahsyat di sana, sehingga ada cukup banyak batu besar yang terserak di sejumlah tempat. Itu sebabnya ada cukup bahan tersedia untuk membuat sebuah candi.
Diubah: Desember 15, 2024.
Label: Candi, Sleman, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.