Meskipun demikian, Kelenteng Ban Hing Kiong tetap memancarkan keindahan bangunan dan ornamennya, serta terlihat masih terawat dengan baik. Kata Ban berarti banyak, Hin adalah berkah berlimpah, sedangkan Kiong artinya istana, atau secara harafiah berarti Istana yang memberikan berkah berlimpah.
Kelenteng ini adalah Tempat Ibadah Tri Dharma, yaitu kelenteng yang digunakan sebagai tempat beribadah bagi penganut Kong Hu Cu, Tao, dan Buddha. Ini adalah sebuah upaya untuk menyiasati pelarangan kegiatan peribadatan dan budaya Tionghoa yang pernah diberlakukan semasa Orba dan baru dicabut pada masa pemerintahan Presiden Gus Dur.
Pintu gerbang masuk ke dalam kompleks Kelenteng Ban Hing Kiong Manado dengan bentuk bangunan, ornamen dan warna oriental yang khas, sementara bangunan utama kelenteng tampak di latar belakang dengan halaman depan yang cukup luas. Hanya saja di halaman bagian luar pagar itu ada pot-pot berhias relief yang diberi tanaman perdu, yang mempersempit bidang bebasnya.
Di atas gerbang hanya ada ornamen menyerupai kincir atau kipas. Sedangkan di atas atap bangunan utama kelenteng terdapat patung sepasang naga berhadapan yang tengah berebut mustika matahari. Ada lagi sepasang naga di belakang kedua naga yang ada di tengah. Di atas atap juga ada empat ornamen yang menyerupai rumah kecil yang biasanya berisi patung dewa.
Ukiran sepasang burung Hong atau Phoenix terlihat indah bertengger di atas pintu utama maupun pintu samping kelenteng. Pintu masuk Kelenteng Ban Hing Kiong juga dijaga oleh sepasang arca singa (Cioksay)dan sepasang relief naga dengan detail cantik melingkar di pilar kelenteng sebagai penolak bala dan pelindung dari roh jahat.
Pintu tengah Kelenteng Ban Hing Kiong Manado Sulawesi Utara ditutup pagar bambu sebagai tanda untuk tidak masuk lewat pintu utama. Seingat saya baru di kelenteng ini ada palang dipasang di pintu tengahnya. Mungkin sebagaimana juga di Pura, pintu utama biasanya hanya dibuka ketika ada acara tertentu dan hanya boleh dilewati oleh para pendeta dan orang penting.
Saya masuk dari pintu samping Kelenteng Ban Hing Kiong, dengan melepas sepatu. Seorang anak muda mendekat dan dengan ramah menyapa, lalu mempersilahkan saya melihat berkeliling untuk memotret, tanpa batasan apa pun. Setelah berkunjung ke banyak tempat ibadah, baik kelenteng, pura, gereja, mau pun masjid, dibolehkan tidaknya memotret sangat bergantung kepada siapa yang berada di sana ketika itu, ketimbang pada kebijakan yang berlaku. Pendekatan pribadi pun kadang diperlukan.
Sejauh yang dicatat, Kelenteng Ban Hing Kiong pernah direnovasi pada tahun 1854-1859, dan kemudian direnovasi lagi pada tahun 1895-1902. Kelenteng Ban Hing Kiong kembali diperbaiki setelah rusak terkena pemboman tentara Jepang pada 7 September 1944. Kelenteng Ban Hing Kiong juga pernah terbakar pada 14 Maret 1970, dan pembangunan kembali Kelenteng Ban Hing Kiong dilakukan pada tahun 1971 - 1975. Pada banyak peristiwa, kerusakan dan kehancuran memberi ruang untuk perbaikan ke tingkatan yang lebih tinggi, bagi mereka yang bisa tetap bertahan.
Vas-vas berisi bunga merah dan putih, batang-batang lilin menyala dalam ukuran sedang, serta sebuah hiolo tampak di bagian depan altar pemujaan bagi Hok Tek Ceng Sin, Dewa Bumi. Pedagang dan petani biasanya bersembahyang di altar ini untuk memperoleh berkah rizki lewat perdagangan dan pertanian dengan hasil yang melimpah. Bagusnya, orang harus berbuat kebaikan agar doanya dikabulkan.
Sebaris undakan dengan ornamen bunga di lantai teras depan merupakan bagian asli dari Kelenteng Ban Hing Kiong yang dipertahankan sampai sekarang. Kelenteng Ban Hing Kiong Manado telah mengalami perbaikan dan renovasi beberapa kali sehingga berbentuk seperti sekarang ini, karenanya sulit untuk menemukan lagi bagian kelenteng yang masih asli.
Ada tiga patung dewa di Kelenteng Ban Hing Kiong Manado Sulawesi Utara yang terbuat dari keramik dengan detil indah, masing-masing menggendong seorang bayi dengan raut wajah cerah dan menyejukkan. Mereka adalah Hok Lok Soe yang berarti Rejeki Bahagia Umur panjang. Ho Lok Soe adalah dewanya para pengikut Tao yang terdiri dari tiga, yaitu Fu Shen (dewa rejeki / kekayaan, menggendong anak kecil, paling kanan), Lu Shen (dewa kebahagiaan / keturunan, tengah) dan Shou Shen (dewa panjang umur, kepala botak berjanggut putih). Beberapa patung dewa ini dan beberapa ornamen di Kelenteng Ban Hing Kiong didatangkan dari daratan Cina.
Di Kelenteng Ban Hing Kiong Manado juga ada sebuah altar dengan ornamen patung orang suci dalam pakaian perang yang indah, mungkin patung Kwan Kong. Panglima perang yang masyhur, Kaisar, atau pun orang yang dipercaya memiliki kelebihan atau kesucian semasa hidupnya, sering dipuja untuk mendapatkan berkah spiritual maupun berkah kehidupan. Ada pula altar Tri Nabi Agung, yaitu Lao Tze, Buddha dan Kong Hu Cu yang berada di lantai dua Kelenteng Ban Hing Kiong. Hiolo berwarna keemasan dengan detail ornamen yang indah terlihat menghiasi altar ini.
Altar lainnya disediakan bagi arca Thian Siang Seng Bo dan Kong Tek Cun Ong. Di lantai tiga kelenteng disimpan dua buah meriam antik berukuran sedang yang ditempatkan di sisi kiri kanan ruangan. Meriam antik dengan ornamen indah ini konon merupakan hadiah dari VOC, yang logo dan tahun pembuatannya masih terlihat dengan sangat jelas pada batang meriam, dengan meriam tertua bertahun pembuatan 1778. Pada bagian tengah ruangan terbuka di lantai ini terdapat satu meriam antik yang tidak kalah indahnya dengan ukuran yang lebih kecil.
Kelenteng ini merupakan sebuah kelenteng cantik di kota Manado, Sulawesi Utara, yang ramah bagi para pengunjung, terutama yang ingin bersembahyang atau pun mereka yang datang untuk sekadar mengagumi keindahan bangunan, arca, ukiran dan ornamen kelenteng yang halus dan indah. Kelenteng Ban Hing Kiong Manado adalah kelenteng yang layak anda kunjungi ketika sedang berada di kota Manado.
Kelenteng Ban Hing Kiong
Alamat: Jl. DI Panjaitan No.70, Manado, Sulawesi Utara. Lokasi GPS: 1.49395, 124.84440, Waze. Tempat Wisata di Manado, Hotel di Manado, Peta Wisata ManadoTiga patung dewa di Kelenteng Ban Hing Kiong Manado Sulawesi Utara yang terbuat dari keramik dengan detil indah yang masing-masing menggendong seorang bayi dengan raut wajah cerah dan menyejukkan. Mereka adalah Hok Lok Soe yang berarti Rejeki Bahagia Umur panjang. Ho Lok Soe adalah dewanya para pengikut Tao yang terdiri dari tiga, yaitu Fu Shen (dewa rejeki / kekayaan, menggendong anak kecil, paling kanan), Lu Shen (dewa kebahagiaan / keturunan, tengah) dan Shou Shen (dewa panjang umur, kepala botak berjanggut putih). Beberapa patung dewa ini dan beberapa ornamen di Kelenteng Ban Hing Kiong didatangkan dari daratan Cina.
Foto di atas memperlihatkan undak di teras dengan ornamen bunga yang merupakan bagian masih asli dari Kelenteng Ban Hing Kiong Manado yang dipertahankan sampai sekarang. Kelenteng ini memang telah mengalami perbaikan dan renovasi beberapa kali sehingga berbentuk seperti sekarang ini, karenanya sulit untuk menemukan lagi bagian mana yang masih asli.
Sejumlah ornamen dan perlengkapan ibadah yang berada di ruang utama Kelenteng Ban Hing Kiong Manado, dengan dominasi warna merah dan kuning. Sebuah hiolo (tempat untuk menancapkan batang hio yang dibakar setelah dipakai untuk sembahyang) tampak diletakkan menggantung di tengah ruangan. Sebuah penempatan hiolo yang tidak saya lihat di kelenteng lain.
Foto di atas adalah sebuah altar dengan ornamen patung orang suci dalam pakaian perang yang indah, mungkin Kwan Kong yang hidup di jaman Tiga Negara. Panglima perang yang masyhur, seperti Kwan Kong misalnya, Kaisar, atau pun orang yang dipercaya memiliki kelebihan atau kesucian semasa hidupnya, sering dipuja untuk mendapatkan berkah spiritual maupun berkah kehidupan. Foto yang di sebelah bawah mungkin altar Kong Tek Cun Ong, atau bisa juga altar bagi Thian Siang Seng Bo.
Altar Tri Nabi Agung, yaitu Lao Tze, Buddha dan Kong Hu Cu yang berada di lantai dua Kelenteng Ban Hing Kiong. Hiolo berwarna keemasan dengan detail ornamen yang indah terlihat menghiasi bagian depan altar ini. Ranting berdaun serta bebungaan juga dipasang di sana.
Meriam antik berukuran sedang di lantai tiga Kelenteng Ban Hing Kiong Manado. Meriam dengan ornamen indah ini konon merupakan hadiah dari VOC, yang logo dan tahun pembuatannya masih terlihat dengan sangat jelas pada batang meriam, dengan meriam tertua bertahun pembuatan 1778.
Di atas atap bangunan utama kelenteng Ban Hing Kiong Manado terdapat patung sepasang naga berebut mustika, dengan sepasang naga lagi di belakang kedua. Di atas atap juga ada empat ornamen rumah kecil yang umumnya berisi patung dewa. Pagoda tempat pembakaran kertas sembahyang (Kimlo) tampak di kiri kanan halaman.
Papan nama yang dipasang di atas pintu masuk berbunyi "Tempat Ibadah Tridharma Ban Hing Kiong, Jl DI Panjaitan No 70 Telp 851657 Manado". Banyak tempat ibadah seperti ini yang menggunakan nama Vihara dan membuat versi bahasa Indonesianya agar terlihat lebih membumi, namun banyak juga yang tetap mempertahankan nama aslinya.
Tulisan dalam huruf Tionghoa berhias lukisan burung Hong (Phoenix) dan naga yang sangat indah diletakkan di depan altar Hok Tek Ceng Sin, Dewa Bumi. Lampion sebagai penerang kegelapan juga menggantung di sana. Umumnya orang bersembahyang di altar ini untuk memperoleh berkah rizki yang melimpah.
Ukiran lambang VOC pada meriam anti yang disimpan di dalam kelenteng. Ada huruf Z di atasnya dan huruf M di bawahnya. Ada pula torehan di atasnya lagi yang tak jelas apa maknanya. Lubang penyulut mesiu tampak berada di kanan bawah. Kondisi meriam lapangan berikut roda pembawanya bisa dikatakan masih sangat baik.
Meriam lainnya yang ada di lantai tiga Kelenteng Ban Hing Kiong dengan bentuk yang sangat antik namun kondisinya sudah karatan dan terlihat tak dirawat. Jika dibiarkan terus seperti itu maka kondisinya bisa memburuk. Dengan pengecatan yang baik saya kira sudah akan sangat membantu menjaganya dari karat dan kerusakan.
Sebuah prasasti yang dibuat pada 10 September 1994 berisi riwayat Kelenteng Ban Hing Kiong, yang disebut sudah ada jauh sebelum bangunan fisiknya berbentuk permanen pada tahun 1819. Kelenteng mengalami pemugaran pada tahun 1854-1859, 1895-1902, 1971-1972. Peresmian kelenteng dilakukan dengan tata upacara Po Pwe Upacara Sembahyang Besar pada Imlek 2545-08-05.
Deretan patung para dewa di Kelenteng Ban Hin Kiong dengan lampu-lampu penerang serta patung Dewa Harimau yang biasanya diletakkan di kolong altar Hok Tek Ceng Sin bersama Dewa Naga. Patung adalah benda mati, namun spirit dan teladan dari tokoh yang diwujudkan dalam bentuk patung itu yang dipuja untuk mendapat berkah rejeki dan kebahagiaan dalam hidup.
Diubah: Desember 16, 2024.
Label: Kelenteng, Manado, Sulawesi Utara, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.