Persawahan sangat luas kami lihat setiba di Maros, dengan saluran air yang cukup besar sejajar jalan. Kami berhenti di pinggir jalan sebelum sampai di Taman Nasional Bantimurung untuk sejenak menikmati pemandangan hampar bulir padi menguning di persawahan. Maros tampaknya merupakan salah satu lumbung padi di kawasan Sulawesi Selatan.
Kami juga sempat berhenti di jalan ketika melihat perbukitan kapur Bantimurung yang tinggi memanjang, dengan nama Taman Nasional Bantimurung berukuran besar terpahat pada dindingnya terlihat di latar belakang. Di bawahnya terdapat masjid yang terlihat cukup besar. Jika sudah melihat tanda ini, maka Air Terjun Bantimurung sudah dekat.
Pada percabangan ke Air Terjun Bantimurung, kami disambut dengan gapura dimana terdapat patung kupu-kupu dan monyet dalam ukuran sangat besar. Keduanya adalah merupakan ikon penting Taman Nasional Bantimurung dimana air terjun berada. Sayang, tidak banyak kupu-kupu terbang sore hari itu. Memang waktu terbaik melihatnya adalah pagi hari.
Pemandangan di Bantimurung sungguh cantik, dengan bukit kapur raksasa yang mendominasi pemandangan, mengelilingi Taman Nasional Bantimurung. Dinding bukit kapur itu memiliki kemiringan curam, seperti teronggok begitu saja tanpa ada bidang landai sama sekali. Sebuah mahakarya instalasi yang diatur dengan sangat cantik di sebuah tanah luas yang datar.
Di dalam kawasan Air Terjun Bantimurung ada struktur batu karang kapur yang sangat unik, dengan stalaktit yang menggantung di sejumlah titik. Ada pula ceruk cukup dalam di bawah bukit kapur raksasa itu, yang bisa digunakan berteduh dari hujan dan matahari, dan menjadi tempat penyimpanan ban-ban untuk berenang di sungai di bawah air terjun.
Beberapa anak muda tampak tengah menikmati suasana di bebatuan di bawah Air Terjun Bantimurung Maros. Bukan hanya anak muda yang senang bermain di sini, anak kecil pun bisa main luncuran dengan menaiki ban karet berukuran besar. Tersedia cukup banyak ban karet di sekitar air terjun yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk bermain.
Selama beberapa saat kami sempat mampir ke museum kupu-kupu di dalam kompleks air terjun, yang koleksinya kebanyakan sudah mulai menua, dengan bangunan serta tempat penyimpanan koleksi yang terlihat agak kurang terawat. Semoga saja keadaannya sekarang sudah jauh membaik.
Di sisi sebelah kiri Air Terjun Bantimurung Maros ini terdapat undakan beton yang merupakan akses menuju ke Gua Mimpi Bantimurung. Suasana di dasar Air Terjun Bantimurung yang elok sempat saya ambil dari undakan itu. Nama Bantimurung, yang secara harafiah berarti gemuruh suara air, konon diberikan oleh Karaeng Simbang, penguasa Kerajaan Simbang yang wilayahnya ada diantara Kerajaan Bone dan Gowa.
Air Terjun Bantimurung Maros memiliki lintasan air berupa batuan lebar, bergelombang panjang, dengan permukaan halus dan indah, tempat dimana sebagian besar pengunjung menghabiskan waktu selain melihat kupu-kupu dan mencari monyet. Berbeda dengan kebanyakan air terjun, pengunjung tidak perlu turun ke lembah untuk bisa melihatnya.
Lantaran bentuk rambatannya, Air Terjun Bantimurung yang tingginya tak kurang dari 30 meter ini tidak menciptakan palung besar di bawahnya. Selain karena dasar air terjun berupa batuan keras yang luas dan panjang, juga karena kontur landai batuan yang menjadi rambatan air terjunnya mampu secara efektif mengurangi daya hantam air saat jatuh ke bawah.
Karena itulah dasar Air Terjun Bantimurung Maros menjadi tempat aman yang sangat digemari para pengunjung untuk merasakan pijatan air terjun yang sejuk dan jernih. Mereka bisa duduk-duduk sambil bercanda dengan teman di sepanjang bebatuan yang lumayan nyaman ditengah deru suara air terjun. Ada pula terlihat ibu muda dengan putera kecilnya.
Air Terjun Bantimurung yang berada di kawasan Taman Nasional Bantimurung ini berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Tak begitu lama waktu tempuhnya jika lalu lintasnya lancar. Air terjun ini merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi jika Anda punya waktu luang saat sedang berada di Kota Makassar.
Air Terjun Bantimurung Maros
Taman Nasional Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan. Lokasi GPS: -5.0156113, 119.6818623, Waze. Tempat Wisata di Maros, Hotel di Makassar, Tempat Wisata di Makassar, Peta Wisata Makassar.Persawahan sangat luas kami lihat setiba di Maros, dengan saluran air yang cukup besar sejajar jalan. Kami berhenti di pinggir jalan sebelum sampai di Taman Nasional Bantimurung untuk sejenak menikmati pemandangan hampar bulir padi menguning di persawahan. Maros tampaknya merupakan salah satu lumbung padi di kawasan Sulawesi Selatan.
Kami juga sempat berhenti di jalan ketika melihat perbukitan kapur Bantimurung yang tinggi memanjang, dengan nama Taman Nasional Bantimurung berukuran besar terpahat pada dindingnya terlihat jauh di latar belakang.
Tengara "Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung" yang dipasang pada dinding kapur tinggi yang saya ambil dengan lensa tele. Di bawahnya terdapat masjid yang terlihat cukup besar dengan atap tumpang. Jika sudah melihat tanda ini, maka Air Terjun Bantimurung sudah dekat.
Sungai kecil pecahan dari sungai besar yang berasal dari aliran Air Terjun Bantimurung membelah taman yang terlihat cukup terawat dan asri. Air yang mengalir di sungai kecil ini juga terlihat bersih dan jernih. Pemandangan ini sudah berada di dalam Taman Nasional Bantimurung.
Diantara koleksi kupu yang saya lihat di museum kupu Bantimurung. Saat saya melakukan kunjungan, kondisi museum boleh dikatakan dalam keadaan yang memprihatinkan. Mudah-mudahan saat ini kondisinya sudah jauh lebih baik, dan lebih profesional penataannya.
Jika tidak disimpan pada kondisi baik, koleksi kupu seperti ini memang sepertinya tidak awet lama, seperti terlihat koleksi di kanan bawah yang sudah lenyap, dan demikian pula di sebelah kiri bawah yang sudah mulai rusak. Saat pulang saya sempat membeli sejumlah gantungan kunci, dengan kupu-kupu di dalam akrilik. Mudah-mudahan para penjual kupu yang diawetkan itu memperhatikan pola perkembangbiakan kupu, sebelum mereka menangkapnya untuk diawetkan.
Sepasang pengunjung tampak melangkah di dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung Maros, dan terlihat kecil di bawah pepohonan yang tinggi rimbun, dengan latar perbukitan kapur yang seperti teronggok di atas dataran yang luas. Di sebelah kiri terlihat ada aliran sungai yang jernih.
Dinding perbukitan kapur dengan kemiringan sangat tajam hingga sembilan puluh derajat, dan di beberapa bagian bahkan lebih, menjadi salah satu daya tarik yang memikat di Taman Nasional Bantimurung ini.
Area di ujung sana itu, di dasar dinding perbukitan kapur, adalah kolam dangkal yang diperuntukkan bagi balita. Namun ada juga balita yang dibawa ibunya bermain di dekat air terjun, meski harus ekstra hati-hati dalam menjaganya.
Ceruk lumayan panjang, dalam, dan tinggi di bawah bukit kapur raksasa, yang bisa digunakan berteduh dari hujan dan matahari. Perhatikan perbandingan tingginya ceruk dengan orang yang ada di ujung kanan sana.
Pandangan lain pada ceruk yang bentuknya cukup mendebarkan hati ini. Bagian bawah ceruk ini sudah dipasang paving blok, sehingga jika pun dulu ada stalagmit maka dipastikan telah lenyap.
Tonjolan stalaktit terlihat pada langit-langit ceruk yang lumayan tinggi ini. Rembesan air yang mengandung kapur dan senyawa lainnya yang berlangsung selama ratusan tahun, dan bahkan ribuan, yang membentuk deretan stalaktit itu.
Dinding perbukitan kapur yang seperti mengepung kawasan Taman Nasional Bantimurung ini terlihat tertutup rapat oleh pepohonan yang subur. Aliran air yang ada di depan terlihat tenang, dengan sejumlah batuan sebagai penghias di tengahnya.
Di sejumlah tempat, aliran air dari Air Terjun Bantimurung ini terlihat berwarna ke hijauan, dan itu juga terlihat di bagian hulu di atas air terjun. Sejenis lumut tampaknya tumbuh subur di sepanjang aliran sungai ini.
Air Terjun Bantimurung terlihat di kejauhan sana. Di sebelah kanan adalah perbukitan, dan di sebelah kiri sungai adalah akses jalan menuju ke tepian air terjun, serta akses menuju ke Goa Mimpi Bantimurung yang saya kunjungi kemudian.
Ban-ban karet ukuran besar semacam ini terlihat tersedia banyak di sekitar air terjun, yang digunakan oleh anak-anak dan remaja untuk berseluncur di atas bebatuan di bawah air terjun yang memang landai dan lintasannya panjang. Kode pemilik ban dicetak pada permukaannya agar tidak tertukar.
Batuan yang memanjang sejak dari dinding air terjun hingga sampai ke bawah terlihat elok dan permukaannya mulus. Sebenarnya saya tidak yakin benar bahwa itu alami, karena terlihat demikian sempurnanya. Di ujung bawah luncuran ini, terlihat di latar depan, terdapat relung memanjang agak dalam yang digunakan sejumlah pengunjung untuk berendam dan bermain.
Seorang pengunjung terlihat tengah mengangkat ban dalaman karet ke atas, setelah sebelumnya digunakan dan merasakan enaknya meluncur ke bawah. Meskipun sepertinya tidak licin, namun tak begitu mudah juga untuk melangkahkan kaki naik ke atas melawan aliran air.
Beberapa orang remaja tampak bergandengan tangan dengan hati-hati menuruni lereng bawah air terjun. Sementara di sebelah kanan seorang anak tengah meluncur di atas ban karet. Suasana di bawah air terjun ini sangat hidup dan tidak membosankan.
Anak yang berdiri memegang ban karet baru saja menyadari ada anak yang tengah meluncur di dekatnya, dan mulai melihatnya. Sementara para remaja itu masih saja berjalan bergandeng tangan.
Luncuran ban itu cukup cepat juga, dan sepertinya memang sangat menyenangkan, meski kemudian harus repot lagi membawanya ke atas. Jika saja dibuat semacam roda berjalan untuk membawa pengunjung ke bagian atas, tentu akan jauh lebih menyenangkan dan lebih banyak diminati orang.
Di sebelah kiri terlihat undakan beton menuju ke bagian atas air terjun, dan kemudian berlanjut menuju ke arah Gua Mimpi Bantimurung. Di latar depan terlihat ada pengunjung lain yang tengah meluncur di atas ban karet.
Aliran air yang terjun di sepanjang dinding batu itu terbagi dalam beberapa bagian, setidaknya ada tiga aliran yang melebar, sehingga membuatnya tidak terlalu deras saat sampai ke bawah. Ada cukup banyak pemuda yang sedang menikmati air terjun ini.
Seorang pengunjung terlihat tengah mengangkat ban besar ke arah awal luncuran. Perhatikan jaraknya ke atas. Cukup jauh juga orang bisa meluncur di atas ban di aliran sungai Air Terjun Bantimurung ini.
Seorang ibu dan anaknya masih saja bermain di tepi aliran sungai dengan memegang ban karetnya, sementara orang yang membawa ban tadi sudah berada lebih jauh ke atas.
Di pinggiran sungai, di bawah pepohonan, terlihat orang duduk-duduk menonton, bersebelahan dengan tumpukan ban yang menunggu pemakai. Entah berapa harga sewa ban ini, namun pastinya cukup terjangkau. Cukup lama juga saya menikmati suasana di sini.
Pemandangan yang memperlihatkan suasana di bawah air terjun ini saya peroleh dengan menggunakan lense jarak jauh. Adanya ruang tanpa aliran air terjun membuat seorang wanita berpakaian lengkap bisa berdiri di sana untuk berfoto tanpa takut kuyup.
Mungkin karena pusing berdampingan dengan dua orang gadis cantik di bawah air terjun, dan dua lagi di belakangnya, seorang pemuda terlihat menggarukkan kepalanya. Suasana di sana memang menyenangkan.
Adegan di sisi sebelah kiri Air Terjun Bantimurung saat seorang wanita minta tolong pengunjung pria untuk memotret mereka berdua dengan menyerahkan kameranya.
Pemandangan di sisi sebelah kanan Air Terjun Bantimurung yang aliran airnya menyebar di sepanjang dinding, membuat orang bisa berdiri dengan aman di bawahnya. Orang tua, remaja, sampai balita terlihat di sana.
Tua muda tampak tengah menikmati suasana dan guyuran air di bawah Air Terjun Bantimurung. Belum pernah saya menjumpai air terjun seunik ini sebelumnya, yang bisa dinikmati semua usia, tepat di bawah air terjunnya.
Pria pembawa ban besar itu akhirnya sampai juga ke bagian atas luncuran. Meskipun hanya berisi angin, namun tampak repot juga membawa ban sebesar itu. Kelelahan yang dibayar dengan kesenangan waktu meluncur ke bawah.
Pandangan elok dari undakan beton di samping Air Terjun Bantimurung. Sudut pandang seperti ini juga belum pernah saya jumpai sebelumnya di air terjun yang lainnya.
Lagi, suasana yang saya tangkap dari undakan di sisi kiri Air Terjun Bantimurung, menggambarkan bagaimana caranya pengunjung menikmati guyuran air di dasar curug yang sangat lebar.
dinding batu yang mulus.
Sudut pandang yang digeser lebih ke bawah air terjun, memperlihatkan palung kecil di ujung kanan atas yang dipakai orang untuk berendam sambil melihat mereka yang meluncur ke bawah dengan ban karetnya.
Sudut pandang yang ditarik lebih ke atas lagi, dengan menaiki undakan lebih tinggi. Jika saja bagian bawah ada kolamnya, maka orang bisa meluncur di sepanjang dinding air terjun ini karena mulusnya.
Pemandangan yang diambil dari area yang mendekati puncak Air Terjun Bantimurung, memperlihatkan lekuk dinding rambatan air hingga sampai ke dasar curug.
Pemandangan vertikal dari puncak Air Terjun Bantimurung, memperlihatkan pinggiran tangga beton di sisi sebelah kanan, dan dinding perbukitan tinggi di sisi sebelah kirinya.
Pemandangan pada lekuk dinding tebing air terjun di bagian tengah yang menjadi rambatan air. Karena terbagi dalam beberapa bidang aliran, maka hantaman air tidak begitu terasa ketika sampai di bawah. Namun di musim penghujan debit airnya akan berlipat besarnya.
Pemandangan dari samping, tepat di dasar air terjun yang diambil pada posisi tegak, saat saya hendak meninggalkan lokasi setelah dari Gua Mimpi. Di sebelah bawah tampak tiga buah pipa yang mengalirkan air ke tiga tempat yang berbeda.
Diubah: Desember 12, 2024.
Label: Air Terjun, Maros, Sulawesi Selatan
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.