Keunikan yang dimiliki oleh Pura Penataran Sasih ada pada sebuah nekara terbuat dari perunggu berukuran panjang 186,5 cm yang dikenal sebagai "Bulan Pejeng". Nekara ini diduga dipakai dalam acara ritual meminta hujan. Sumber lain menyebutkan bahwa meskipun sulit untuk memperkirakan umur nekara ini, namun diduga dibuat pada jaman pra-Hindu. Agama Hindu sendiri masuk ke Indonesia pada awal Masehi, dan masuk ke Bali pada abad 8.
Selain Bulan Pejeng yang unik, Pura Penataran Sasih juga memiliki tarian sakral bernama Sang Hyang Jaran, yang hanya dipentaskan ketika berlangsung upacara besa, dibawakan empat penari yang ditunjuk saat itu juga di tempat acara.
Patung sepasaPatung sepasang gajah berukuran besar namun berbelalai pendek ada pada gerbang luar Pura Penataran Sasih. Di sebelah setiap patung gajah berukuran besar ini terdapat pula patung naga dengan tubuh melingkar. Tengara Cagar Budaya Pura Penataran Sasih ada di sisi sebelah kanannya.
Melangkahkan kaki menaiki undakan melewati ruang diantara kedua patung gajah itu saya menjumpai gapura Pura Penataran Sasih yang berbentuk Candi Bentar dengan sebuah prasasti yang ditulis dengan menggunakan aksara Bali.
Pura Penataran Sasih merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagat yang biasanya terletak di daerah pegunungan atau di tempat tinggi dan secara tradisional semuanya ada di Bali. Namun Pura Parahyangan Agung Jagattkarta di lereng Gunung Salak, Bogor, serta Pura Luhur Poten di kaki Gunung Bromo bisa juga digolongkan sebagai Pura Kahyangan Jagat.
Ada pula beberapa arca pendeta di sana, patung sepasang gajah berukuran kecil, dan sebuah bintang segilima terbentuk dari badan ular dengan air mancur kecil di tengahnya. Patung sepasang gajah kecil di depan candi bentar Pura Penataran Sasih itu diukir indah. Sisik ular pada bintang terlihat jelas, serta ada ukiran bulan sabit saling bertolak belakang di belakangnya.
Di sebuah teras bangunan di dalam pura terdapat kumpulan batu dan patung, salah satunya bermuka empat, mungkin adalah patung Brahma yang keempat mukanya memandang ke empat penjuru mata angin. Masing-masing wajah mengumandangkan satu Veda, dan bertangan empat memegang tongkat Teratai (kadang sendok), Veda, Busur dan Genitri (tasbih), serta menunggang hamsa (angsa) atau duduk di atas padma (teratai).
Juga ada patung Ganesha, sejumlah dewata, dan beberapa arca raksasa di Pura Penataran Sasih yang detail ukiran pada mukanya telah hilang dan hampir rata. Selanjutnya ada pelinggih yang menyimpan Nekara Bulan Pejeng, diletakkan memanjang ke belakang. Nekara ini dianggap suci dan masih dipuja, karena konon jatuh dari langit.
Nekara Pura Penataran Sasih itu berbentuk bulat dengan bintang bersudut delapan di pusatnya dan bulatan-bulatan diantara sela sudutnya. Permukaannya dihias guratan-guratan garis repetitif ikal. Nekara ini diletakkan pada posisi tidur.
Tak jauh dari bangunan nekara terdapat beberapa buah arca kuno yang disimpan di salah satu pelinggih Pura Penataran Sasih. Sayang kebanyakan arca-arca itu tidak lagi utuh lantaran dimakan waktu, terutama pada bagian muka.
Di dalam area Pura Penataran Sasih ada sebuah bangunan yang undakan jalan masuknya ditutup dengan pagar bambu. Ukiran sepasang naga pada undakan ini terlihat sangat tua, dan belum dikerjakan secara detail, atau mungkin juga telah aus dimakan waktu.
Pura Penataran Sasih Pejeng
Alamat : Desa Pejeng, Tampaksiring, Gianyar, Bali. Lokasi GPS : -8.51385, 115.29310, Waze. Hotel di Ubud, Hotel di Gianyar, Hotel di Bali, Tempat Wisata di Gianyar, Peta Wisata Gianyar, Tempat Wisata di Bali.Jarang saya temui ada bentuk gajah seperti ini di gerbang depan sebuah pura, dengan belalai sangat pendek pula.
Melangkahkan kaki menaiki undakan melewati ruang diantara kedua patung gajah itu saya menjumpai gapura Pura Penataran Sasih yang berbentuk Candi Bentar dengan sebuah prasasti yang ditulis dengan menggunakan aksara Bali.
Bangunan stana tempat diletakkannya nekara Bulan Pejeng. Papan penanda cagar budaya terlihat di bagian bawah bangunan.
Nekara ini diduga dipakai dalam acara ritual meminta hujan. Sumber lain menyebutkan bahwa meskipun sulit untuk memperkirakan umur nekara ini, namun diduga dibuat pada jaman pra-Hindu. Agama Hindu sendiri masuk ke Indonesia pada awal Masehi, dan masuk ke Bali pada abad 8.
Selain Bulan Pejeng yang unik, Pura Penataran Sasih juga memiliki tarian sakral bernama Sang Hyang Jaran, yang hanya dipentaskan ketika berlangsung upacara besa, dibawakan empat penari yang ditunjuk saat itu juga di tempat acara.
Sejumlah koleksi arca kuno berukuran besar di Puri Penataran Sasih yang sebagian besar sudah tidak utuh lagi, terutama di bagian wajah yang hampir semuanya telah rusak.
Sebuah bangunan yang undakan jalan masuknya ditutup dengan pagar bambu. Ukiran sepasang naga pada undakan ini terlihat sangat tua, dan belum dikerjakan secara detail, atau mungkin juga telah aus dimakan waktu.
Kumpulan batu dan patung, salah satunya bermuka empat, mungkin adalah patung Brahma yang keempat mukanya memandang ke empat penjuru mata angin. Masing-masing wajah mengumandangkan satu Veda, dan bertangan empat memegang tongkat Teratai (kadang sendok), Veda, Busur dan Genitri (tasbih), serta menunggang hamsa (angsa) atau duduk di atas padma (teratai).
Patung Ganesha, sejumlah dewata, dan beberapa arca raksasa di Pura Penataran Sasih yang detail ukiran pada mukanya telah hilang dan hampir rata.
Beberapa buah bale di Pura Penataran Sasih yang memberi suasana tradisional sangat kental.
Suasana yang tenang di dalam pura. Penataran Sasih merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagat yang biasanya terletak di daerah pegunungan atau di tempat tinggi dan secara tradisional semuanya ada di Bali.
Diubah: Desember 12, 2024.
Label: Bali, Gianyar, Pura, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.