Setelah turun di area parkir kendaraan yang cukup luas, terdapat sebuah bangunan tradisional tempat dimana pengunjung mengisi buku tamu dan membayar tiket masuk. Sesaat kemudian saya masuk ke dalam bangunan itu dan kemudian keluar lewat pintu belakang untuk masuk ke sebuah halaman dalam.
Museum Antonio Blanco ini mulai dibangun pada 28 Desember 1998, namun Blanco keburu meninggal hampir setahun kemudian, 10 Desember 1999, karena penyakit jantung dan ginjal sehingga tidak sempat melihat pembukaan museumnya. Upacara Ngaben jasad Antonio Blanco dilakukan pada 28 Desember 1999.
Taman di bagian tengah yang asri dan pendopo yang dilewati pejalan saat keluar dari ruang depan menuju ke Museum Antonio Blanco dan studio. Patung Siwa bertangan empat berdiri di atas lembu kendaraannya terlihat menghiasi taman. Salah satu kaki Siwa bertumpu pada kepala ular kobra dengan leher yang terkembang. Payung-payung bali berjumbai berwarna kuning menjadi bagian ornamen bangunan.
Gerbang masuk ke ruangan Museum Antonio Blanco berupa patung abstrak berukuran besar yang menyerupai bentuk badan manusia, dengan undakan yang diapit sepasang patung naga bermahkota dengan detail rumit dan indah. Badan naga meliuk memanjang mengikuti undakan, berhiaskan ornamen ukir berwarna keemasan. Bagian atas patung itu puncaknya berupa lekukan keris. Sementara di bagian dada tampak beberapa lubang yang menyerupai lubang kunci, barangkali merupakan simbol bahwa kunci kemanusiaan ada pada hatinya.
Beberapa patung penari wanita Bali berwarna keemasan tampak menghias balkon bangunan, yang kubah utamanya tampak sedikit terlihat di latar belakang. Kehidupan dan tema lukisan Antonio Blanco memang sangat lekat dengan sosok penari dan wanita. Ruang depan di lantai satu Museum Antonio Blanco yang luas disangga pilar-pilar, dengan lukisan potret diri dalam pigura berukuran besar berdiri di tengah ruangan menyambut tamu. Puluhan lukisan karya Blanco menggantung di sepanjang dinding ruangan. Di ujung ruangan terdapat undakan menuju ke lantai dua.
Kami kemudian masuk ke Studio Museum Antonio Blanco dimana Blanco biasa bekerja dengan panggung rendah dan peralatan lukis di tengah ruangan serta lukisan-lukisan di sepanjang dinding ruangan. Di ruangan di sebelah studio lukis Museum Antonio Blanco memajang foto-foto Blanco dan keluarga, serta lukisan karya Mario Blanco yang mewarisi bakat lukis ayahnya namun dengan gaya tersendiri.
Kebanyakan lukisan Blanco memperlihatkan minatnya yang besar pada keindahan tubuh perempuan tanpa busana yang secara ekspresif dituangkannya pada bidang kanvas, dan mungkin karena itu pula menjadi dekat dengan Soekarno yang memiliki ketertarikan sama.
Antonio Maria Blanco lahir di Manila, Filipina, pada 15 September 1912 dari ayah Spanyol dan Ibu Italia. Darah Spanyolnya membuat ia kemudian mendapat penghargaan Cruz de Caballero dari Raja Spanyol Juan Carlos I yang memberi gelar "Don" padanya.
Museum Antonio Blanco menyimpan lebih dari 300 karya Blanco yang secara runtut memperlihatkan perkembangan karya lukisnya dari awal hingga akhir hayatnya. Salah satunya adalah potret diri Blanco dengan Michael Jackson di Museum Antonio Blanco yang tengah dilihat Lita Jonathans, pemilik La Lita Arts & Craft serta Villa La Lita di Gunung Bunder yang asri. Jacko membubuhkan tanda-tangannya pada sebuah karya lukisan Blanco yang kemudian disumbangkannya ke Children of the World Foundation.
Tanah luas di tepian Sungai Campuhan tempat Museum Antonio Blanco berada ini adalah pemberian Raja Ubud terakhir dari Puri Saren, Tjokorda Gde Agung Sukawati (1910—1978).
Kisahnya bermula ketika Antonio Blanco melihat keindahan sebuah pulau yang luar biasa pada buku "The Island of Bali" karya Covarrobias, 1933. Namun ketika pada 1952 ia tiba di Singaraja, Blanco tidak menemukan yang ia impikan. Jalan hidup membawanya ke Ubud, diajak oleh seseorang di pelabuhan Singaraja, dan di Ubud ia merasakan suasana yang selama ini diidamkannya.
Blanco pun bertemu dan cepat akrab dengan Tjokorda Gde Agung Sukawati, yang lalu mengajaknya melihat-lihat Ubud. Ketika sampai di sebuah perbukitan, Blanco yang tengah terpesona dengan keindahan panorama sekitar, tiba-tiba terkejut mendapat tawaran sang Raja untuk tinggal di tempat itu.
Ketika Blanco menjawab ia tidak punya uang karena belum ada lukisannya yang terjual, Raja Ubud itu tersenyum dan berkata bahwa tanah itu ia berikan kepadanya, tidak beli. Blanco kemudian mendirikan pondok sederhana di atas tanah itu, yang kemudian menjadi studio dan tempat tinggal selama hidupnya. Di tempat ini pula Museum Antonio Blanco kemudian didirikan.
Blanco menikahi Ni Ronji, seorang penari Bali terkenal, setahun setelah ia tinggal di Ubud, yang kemudian melahirkan keempat anaknya, yaitu Tjempaka, Mario, Orchid, dan Mahadevi.
Keluar dari area museum dan studio terdapat ruangan luas dimana pengunjung bisa bersantai sejenak setelah selesai melihat-lihat Museum Antonio Blanco. Di ruangan ini terdapat separangkat gamelan serta sebuah TV berukuran besar.
Museum Antonio Blanco Ubud
Alamat : Ubud, Gianyar, Bali. Telp. 0361-975502. Lokasi GPS : -8.50580, 115.25439, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : setiap hari jam 09.00 - 17.00, termasuk hari libur dan hari libur nasional. Harga tiket masuk : Rp. 30.000 untuk turis lokal, dan Rp.50.000 untuk wisman. Hotel di Ubud, Hotel di Gianyar, Hotel di Bali, Tempat Wisata di Gianyar, Peta Wisata Gianyar, Tempat Wisata di Bali.Salah satu kaki Siwa bertumpu pada kepala ular kobra dengan leher yang terkembang. Payung-payung bali berjumbai berwarna kuning menjadi bagian ornamen bangunan.
Gerbang masuk ke ruangan Museum Antonio Blanco berupa patung abstrak berukuran besar yang menyerupai bentuk badan manusia, dengan undakan yang diapit sepasang patung naga bermahkota dengan detail rumit dan indah. Badan naga meliuk memanjang mengikuti undakan, berhiaskan ornamen ukir berwarna keemasan.
Bagian atas patung itu puncaknya berupa lekukan keris. Sementara di bagian dada tampak beberapa lubang yang menyerupai lubang kunci, barangkali merupakan simbol bahwa kunci kemanusiaan ada pada hatinya.
Beberapa patung penari wanita Bali berwarna keemasan tampak menghias balkon bangunan, yang kubah utamanya tampak sedikit terlihat di latar belakang. Kehidupan dan tema lukisan Antonio Blanco memang sangat lekat dengan sosok penari dan wanita.
Ruang depan di lantai satu Museum Antonio Blanco yang luas disangga pilar-pilar, dengan lukisan potret diri dalam pigura berukuran besar berdiri di tengah ruangan menyambut tamu.
Puluhan lukisan karya Blanco menggantung di sepanjang dinding ruangan. Di ujung ruangan terdapat undakan menuju ke lantai dua.
Kebanyakan lukisan Blanco memperlihatkan minatnya yang besar pada keindahan tubuh perempuan tanpa busana yang secara ekspresif dituangkannya pada bidang kanvas, dan mungkin karena itu pula menjadi dekat dengan Soekarno yang memiliki ketertarikan sama.
Di ruangan di sebelah studio lukis Museum Antonio Blanco ini memajang foto-foto Blanco dan keluarga, serta lukisan karya Mario Blanco yang mewarisi bakat lukis ayahnya namun dengan gaya tersendiri.
Lukisan bunga anggrek dengan pigura yang indah, dokumentasi foto, serta sejumlah lukisan lainnya yang merupakan koleksi pribadi.
Keluar dari area museum dan studio terdapat ruangan luas dimana pengunjung bisa bersantai sejenak setelah selesai melihat-lihat Museum Antonio Blanco. Di ruangan ini terdapat separangkat gamelan serta sebuah TV berukuran besar.
Gerbang masuk Museum Antonio Blanco berupa gapura paduraksa yang kelihatan sudah mulai menua dengan relief penari diapit tulisan "Antonio Blanco" berwarna keemasan.
Diubah: Desember 12, 2024.
Label: Bali, Gianyar, Museum, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.