Di tengah kompleks Abraj Al Beit ini berdiri dengan megah Makkah Royal Clock Tower dengan ketinggian 601 m yang merupakan menara jam terbesar dan tertinggi di dunia, mengalahkan jam legendaris "Big Ben" yang ada di Kota London, dan menjadi bangunan pencakar langit kedua tertinggi di dunia setelah gedung Burj Khalifa yang ada di Dubai.
Untuk sarapan paginya kami makan di restoran hotel yang ada di dua lantai, yang salah satunya biasanya tak sepadat dibanding dengan lantai lainnya. Pilihan makanannya campuran antara masakan ala Barat dan Timur Tengah, dan seingat saya tak ada masakan Indonesianya. Pilihannya banyak, dan hampir semuanya enak, meski ada yang terasa asing di mata dan mulut.
Jika menu sarapan pagi bisa dibilang mewah, maka menu makan siang dan malam dengan masakan ala Nusantara di P3 itu tidak buruk namun juga tidak mewah, sedang-sedang saja. Makanannya cukup berlimpah, namun bisa kehabisan sebagian masakan jika datang terlambat, lantaran orang tidak hanya makan di tempat, namun mereka rata-rata juga membungkus makanan untuk dibawa ke dalam kamar. Kotak untuk membawa makanan sudah pula disediakan di sana.
Jika berdiri menghadap ke arah Clock Royal Tower Mekah maka Hotel Pullman Zam Zam ada di sisi sayap sebelah kanan, dan food court tempat kami makan masakan Indonesia berada di lantai P3. Setiap makan siang dan makan malam kami ke tempat makan Masakan Indonesia yang letaknya berada satu sayap dengan hotel tempat kami menginap itu.
Ruangan dimana diletakkan makanan tidak bisa dibilang besar, dan jika sedang ramai maka akan terasa agak repot juga saat mengantri makanan. Ada dua meja memanjang di tengah ruangannya dengan jarak keduanya sekitar 1 meteran lebih, dan nasi serta lauk pauk yang persis sama jenisnya diletakkan di kedua meja itu. Jadi ada dua empat antrian, masing-masing meja ada dua antrian saling berhadapan.
Yang agak repot ketika ramai orang adalah ketika hendak mengambil buah dan kerupuk serta jus, karena letaknya di pinggiran ruangan sebelah dalam, dan setidaknya dua antrian bertemu di sana. Sementara air mineral dalam gelas plastik diletakkan di ujung ruangan lainnya. masih di dalam boks dan tinggal mengambilnya. Kopi dan teh dengan kelengkapannya disediakan di luar ruang.
Ketika pertama kali makan di sana, ada petugas dari agen perjalanan yang menunggu di awal food court untuk memberi arah kemana kami harus mengambil makanan. Selanjutnya kami sudah tahu sendiri dan tak perlu petunjuk mereka lagi. Untuk makan di sana, tak perlu menunjukkan kartu atau kupon makan. Tinggal makan saja.
Meskipun jika diminta menilai apa yang setiap hari disajikan di sana saya hanya akan memberi angka 7 minus, baik dari sisi penampilan penyajian, jenis dan varias makanan serta rasanya, namun berada di Mekah selama sepuluh harian dan bisa makan masakan Indonesia sudah sangat membantu dalam menjaga nafsu makan, dan pada gilirannya tentu kondisi dan ketahanan tubuh.
Meja kursi untuk makan ada yang berada di dalam ruangan food court dan ber-AC dan ada pula meja kursi di luar ruangan yang jika berjalan ke ujungnya akan bertemu dengan pinggiran gedung, dan bisa melihat jalan pemisah diantara bangunan tempat kami makan dengan Hotel Hilton yang berada persis berseberangan.
Kadang untuk menghindari kepadatan antrian dan sedang lelah, kami shalat di Musholla yang ada di P9 untuk pria dan P10 untuk wanita, dan selesai shalat langsung turun ke P3 untuk makan siang atau makan malam. Pada saat itu jamaah yang shalat di Masjidil Harama belum lagi tiba di tempat makan sehingga antrian longgar dan mudah untuk mencari tempat duduk.
Masakan Indonesia Clock Royal Tower
P-3 Clock Royal Tower, atau Kompleks Abraj Al Beit, Mekah, Arab Saudi. Lokasi GPS : 21.4200905,39.8240595 , WazePetugas kebersihan di food court P-3 Clock Royal Tower ada juga yang berasal dari Indonesia. Di ujung sana adalah lapak GraPARI Makkah jika orang ingin membeli paket internet lokal. Di tempat itu juga ada food court masakan Indonesia namun rombongan kami tidak makan di sana.
Memakai rompi hitam di sebelah kiri adalah salah satu petugas dari biro perjalanan yang kami pakai. Ia berada di sana di hari-hari pertama kami datang untuk membantu jamaah menemukan tempat dimana mereka makan siang dan makan malam. Di ujung sana adalah tempat dimana makanan digelar di atas meja. Sederhana saja, namun cukuplah untuk mengisi perut agar tetap sehat.
Meja kursi tempat kami makan siang dan makan malam yang ada di di dalam ruangan P-3. Jika ada yang hendak merokok, maka pintu di sebelah sana itu adalah akses menunju ke ruangan tanpa AC yang langsung terhubung dengan bagian luar gedung.
Waktu itu belum semua jamaah dari Indonesia datang ke Mekah, namun di saat ramai kadang sudah agak repot untuk mencari meja kursi yang masih kosong. Jika tak juga mendapat kursi, ada pilihan untuk membawa makanan ke dalam kamar.
Tempat dimana disediakan air panas, dengan semua kebutuhan sudah tersedia di sana. Ada teh, kopi, gula, cangkir, dsb sudah tersedia. Namun jarang atau bahkan tak pernah saya mampir ke sini karena lebih banyak minum air putih selama berada di Mekah.
Jika badan sedang lelah, maka biasanya kami salat di musholla yang terhubung speakernya dengan Masjidil Haram, sehingga saat makan tidak begitu ramai, karena jamaah yang salat di masjid belum lagi tiba.
Diubah: Desember 17, 2024.
Label: Haji, Kuliner, Mekah, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.