Jalanan yang kami lalui terasa mulus dan berkelok dengan pemandangan perbukitan indah di sepanjang perjalanan menuju danau yang lumayan besar ini. Di sebelah kiri, mengalir Batang Ombilin, sungai cukup lebar yang aliran airnya berasal dari limpahan Danau Singkarak.
Sedangkan sumber air Danau Singkarak sendiri dalam jumlah yang relatif besar berasal dari Sungai Sumpur yang masuk ke danau dari arah Utara, lalu dari Sungai Sumani dari arah Selatan, dan dari Sungai Paninggahan dari arah Barat.
Dari tepi jalan di atas perbukitan ketika masih dalam perjalanan, kilau air Danau Singkarak telah mulai terlihat dari jauh. Kurang dari setengah jam dari pertigaan, kami sudah sampai di tepian danau dengan permukaan air yang terlihat gelisah, meski kecil riak ombaknya.
Di pertigaan di tepian Danau Singkarak itu kami memilih belok ke kanan terlebih dahulu, lalu berhenti di dekat pertigaan pada GPS -0.56056, 100.55044 dan mencari akses ke pinggir danau. Tidak tampak ada hotel atau resort area di sebelah sana. Mungkin saja ada, namun tidak terlihat mata. Perbukitan di latar belakang Danau Singkarak adalah bagian dari Bukit Barisan.
Kami lalu berpindah tempat, lebih ke sebelah kanan lagi, dimana ada sebuah area terbuka di tepi Danau Singkarak, area kosong, yang mungkin memang digunakan sebagai tempat parkir kendaraan atau tempat volley pantai, pada GPS -0.55862, 100.54851.
Seorang bocah yang tengah bermain layang-layang terlihat sengaja bergaya di atas rel kereta api di tepian Danau Singkarak ketika tahu bahwa ia akan dipotret. Rel kereta api itu ada di sepanjang tepian Danau Singkarak, menghubungkan Kota Padang Panjang dan Kota Solok. Danau Singkarak memang sebagian berada di wilayah Solok dan sebagian lagi berada di Tanah Datar.
Hanya sayang sekali, sementara negara maju terus membangun dan meningkatkan teknologi transportasi massal yang cepat sampai super cepat dengan berbasis kereta, bangsa ini selama puluhan tahun malah menelantarkan banyak sekali jalur rel kereta api dan menganakemaskan transportasi darat yang tidak efisien.
Jembatan rel kereta api di tepi Danau Singkarak, dimana anak-anak bermain, terlihat dari lokasi yang kedua yang kami kunjungi. Terlihat ada sebuah masjid dengan warna kubah yang cerah ikut menjadi penghias tepian danau. Terbayang suasana syahdu di dalam masjid, jika saja dindingnya dibuat dari kaca penuh tembus pandang, sehingga bisa melihat lepas ke arah danau.
Di kejauhan tampak ada daratan kecil menjorok ke danau yang terlihat cantik dengan sejumlah bangunan berdiri di sana. Ketika dilihat dengan lebih dekat, ternyata bangunan di ujung semenanjung di sebelah kanan danau itu adalah juga sebuah masjid, meskipun tampak lebih sederhana.
Beberapa saat kemudian kami pun lalu berbalik arah, dan berhenti di tepi jalan sebelum pertigaan, pada GPS -0.55960, 100.55026 dimana terlihat banyak sekali kios-kios yang menjual Ikan Bilih, ikan khas dari Danau Singkarak.
Ikan-ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis) yang dijajakan di sini ada yang telah dikemas dalam kantung-kantung plastik, dan ada pula yang lepasan, belum ditimbang. Kabarnya ada 19 spesies ikan air tawar yang hidup di danau ini, tiga diantaranya memiliki populasi tinggi, yaitu Ikan Bilih, Ikan Asang / Nilam (Osteochilus brachmoides) dan Ikan Rinuak.
Selanjutnya kami pun menyusuri jalan di tepi Danau Singkarak ke arah kiri dari pertigaan, arah ke Kota Solok, dan berhenti pada sebuah Rumah Makan yang cukup besar, pada GPS -0.56839, 100.55408. Terlihat dari jauh ada beberapa tempat duduk berpeneduh untuk menikmati panorama danau, dengan tanjung di sampingnya yang ditumbuhi pohon, cocok untuk bercengkerama atau memancing ikan.
Seorang pria tengah baya saya lihat tengah menunggu umpan di ujung kail pancingnya untuk disambar ikan, sambil berdiri di tepi danau, di ruang terbuka di bawah restoran tempat kami berhenti.
Ada sebuah penunjuk arah dan jarak yang dipasang di ujung jembatan di pinggiran Danau Singkarak. Dari pertigaan ke kanan adalah jalan ke arah Batusangkar (18 km) dan Pagaruyung (22 Km); jika lurus menuju ke arah Padang Panjang (20 km) dan Padang (92 km), dan arah sebaliknya adalah menuju ke arah Solok.
Pemandangan lainnya yang sempat saya rekam adalah panorama dari seberang jembatan itu, arah ke kiri di pertigaan Danau Singkarak, yang merupakan awal dari Batang Ombilin. Batang adalah padanan kata untuk sungai dalam bahasa setempat.
Jika memandang lebih dekat lagi pada pintu air akan terlihat skala pengukur pada dinding beton, yang menunjukkan ketinggian air Danau Singkarak, untuk dipakai dalam mengatur aliran air ke Batang Ombilin.
Hulu Batang Ombilin, yang airnya baru saja mengalir keluar dari Danau Singkarak, bisa dilihat dari tepian jalan. Danau Singkarak adalah danau vulkanik, konon terjadi karena letusan gunung berapi pada masa kuarter, yang dibuktikan dengan adanya batuan beku vulkanik dan intrusi di hampir seluruh bagian danau.
Selain menjadi hulu Batang Ombilin, Danau Singkarak juga menjadi hulu air Batang Anai, yang dialirkan melalui terowongan menembus Bukit Barisan untuk menggerakkan turbin PLTA Singkarak berkapasitas 175 megawatt di dekat Lubuk Alung, Padang Pariaman.
Danau Singkarak
Kecamatan Batipuh dan Rambatan, Tanah Datar, Sumatera Barat. Lokasi GPS : -0.56056, 100.55044, Waze. Tempat Wisata di Tanah Datar, Hotel di Batusangkar.Dua anak yang lebih tua terlihat kalem saja ketika saya foto, namun anaknyang lebih muda tampaknya memang gemar bergaya di depan kamera. Mungkin terlali banyak menonton film atau drama televisi.
Agak sedikit di kejauhan di sebelah kanan pada foto, tampak ada daratan kecil menjorok ke pinggiran danau yang terlihat cantik dengan sejumlah pepohonan dan bangunan berdiri di atas sana. Riak kecil pada permukaan air laut lebih karena pergerakan angin ketimbang karena lalu lintas perahu.
Tampak di sebelah kiri pada foto adalah jembatan rel kereta api yang berada di tepian Danau Singkarak, dimana anak-anak bermain. Terlihat pula ada sebuah masjid dengan warna kubah yang cerah ikut menjadi penghias tepian danau.
Ketika dilihat dari jarak yang lebih dekat lagi, tampak lebih jelas bahwa salah satu bangunan yang berada di ujung semenanjung di sebelah kanan danau itu adalah sebuah masjid, meskipun tampak sederhana namun akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan dan khusuk untuk bersembahyang mendekatkan diri pada Yang Mahakuasa.
Pemandangan di salah satu lapak penjual makanan di tepian Danau Singkarak, dengan dagangan berupa Ikan-ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis) yang telah dikemas dalam kantung-kantung plastik, dan ada pula yang masih berupa lepasan, belum lagi ditimbang.
Pemandangan yang terlihat dari di seberang jembatan, arah ke kiri di pertigaan Danau Singkarak, yang merupakan awal dari Batang Ombilin. Batang adalah sungai dalam bahasa setempat. Jembatan ini rupanya berfungsi menjadi semacam bendungan.
Saat memandang lebih dekat lagi pada pintu air akan terlihat skala pengukur pada dinding beton, yang setiap saat menjadi penunjuk ketinggian air Danau Singkarak, untuk dipakai dalam mengatur aliran air ke Batang Ombilin.
Pemandangan pada Hulu Batang Ombilin dengan bentang sungai lebar, yang airnya baru saja mengalir keluar dari penampungannya di Danau Singkarak, bisa dilihat dari tepian jalan. Tampak penduduk setempat melakukan kegiatan harian mereka di tepian sungai, mencuci, mandi, dan mungkin buang hajat pula.
Sebuah tiang penunjuk arah dan jarak tampak dipasang di ujung jembatan di pinggiran Danau Singkarak. Ke kanan adalah jalan ke arah Batusangkar (18 km) dan Pagaruyung (22 Km); jika lurus menuju ke arah Padang Panjang (20 km) dan Padang (92 km), dan arah sebaliknya menuju ke arah Solok.
Terlihat di semenanjung sana ada beberapa tempat duduk berpeneduh dan ada sepasang manusia yang tengah menikmati panorama danau. Tempatnya memang cocok untuk bercengkerama atau memancing ikan.
Seorang pria tengah baya saya lihat tengah menunggu umpan di ujung kail pancingnya untuk disambar ikan, sambil berdiri menghisap rokoknya di tepi danau, di ruang terbuka di bawah restoran tempat kami berhenti.
Pemandangan di tepian Danau Singkarak dari area di sekitar rumah makan yang kami singgahi. Papan namanya terlihat di sebelah kiri, sebagian tertutup oleh pohon yang cukup elok dilihat.
Pandangan lebih dekat lagi pada sebuah masjid atau surau yang berada di ujung semenanjung yang menjorok ke tepian danau. Selain sebagai tempat untuk bersembahyang, masjid atau surau sering dipakai untuk sejenak meluruskan punggung setelah lelah dari perjalanan yang jauh.
Puncak kubah masjid dan anak-anak yang tengah bermain layangan di atas rel di tepian danau.
Setelah yang paling kecil, kini anak satunya lagi sudah mulai tak malu untuk bergaya saat tahu akan difoto. Sekarang mereka mestinya sudah besar, karena foto ini diambil beberapa tahun lalu.
Semenanjung kecil lainnya yang ada di tepian Danau Singkarak. Tampaknya ada cukup banyak spot yang menarik di tepian danau yang perlu dieksplorasi lebih lanjut, meski sebagian tentu merupakan properti pribadi yang tak bisa bebas dikunjungi.
Gelisahnya permukaan danau bisa dilihat pada foto ini. Pergerakan perahu juga tak terlihat karena orang tampaknya lebih senang menggunakan transportasi darat ketimbang memakai perahu.
Panorama danau dengan latar Bukit Barisan di ujung sana. Adanya awan yang terserak di kaki langit di ujung sana itu, menandai adanya aktivitas vulkanik yang aktif.
Diubah: Desember 17, 2024.
Label: Sumatera Barat, Tanah Datar
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.