Kami masuk Jalan Tol Tangerang - Merak dan berkendara menuju ke arah barat hingga akhirnya Waze menyuruh keluar di Gerbang Tol Balaraja Barat. Di pertigaan kami belok kiri ke Jl Raya Serang. Setelah mengikuti jalan selama beberapa saat, ketika jalan itu berbelok ke kanan, kami tetap lurus masuk ke Jl Raya Cisoka.
Sesudah 7,8 km di Jl Cisoka kami belok kanan di perempatan jalan kecil, tepat di seberang Perumahan Taman Kirana Surya. Sekitar 1,6 km kemudian kami belok kiri, dan setelah menyeberangi jembatan mengambil jalan ke kiri sedikit dan lalu kanan ke Jl Keramat Solear. Lima ratus meter setelah jembatan tadi kami sampai di lokasi Keramat Solear Tangerang.
Di area parkir Keramat Solear ada beberapa lapak warung dan penjual cindera mata. Bangunannya terbuat dari bambu dengan atap terbuat dari asbes, plastik, dan ada juga rumbia. Tak ada satu pun lapak warung yang sedap dipandang mata, kebersihan pun tak terjaga. Di tempat parkir itu sejumlah penjual kacang pakan monyet memang sudah datang mengerumuni, namun saya baru membeli beberapa bungkus setelah masuk, termasuk ke seorang wanita berusia agak lanjut yang menguntit agak lama.
Kawanan Monyet
Di dalam kompleks, seekor monyet betina dan anaknya terlihat menggemaskan. Mereka terlihat setelah beberapa puluh langkah kami menelusuri kawasan di dalam area hutan Keramat Solear Tangerang yang luas itu, melewati deretan warung sederhana lagi yang sebagian kosong tanpa penghuni.Di tengah kawanan monyet kami membeli beberapa bungkus kacang lagi dari dua gadis muda yang lewat dan langsung habis tandas dalam beberapa kejapan mata saja. Ini mengingatkan saya pada Plangon, Cirebon. Tangan monyet yang efisien dan mulut yang mengunyah cepat dan mampu menampung banyak makanan membuat kacang cepat habis.
Ketika hampir sampai di ujung utara kami pun berbalik badan untuk kembali ke area luas di depan bangunan dimana terdapat makam. Selanjutnya kami melangkah menembus area ke bagian tengah hutan melewati jalan setapak yang di beberapa titiknya bertanah becek akibat hujan.
Di sejumlah tempat terdapat gerombolan monyet ekor panjang yang mengharap derma makanan, umumnya kacang, dari para pengunjung Keramat Solear Tangerang. Ada yang sudah menunggu di sekitar jalan berpaving blok sesaat setelah kami membayar parkir dan tiket masuk serta melewati gerbang sederhana.
Sebagian pepohonan di area bagian depan ini terbilang masih cukup muda, namun semakin ke dalam terlihat semakin banyak pohon tua. Kompleks ini dibatasi sungai di sisi barat yang melengkung sepanjang sekitar 330 meter dan jalan kecil di sisi timur sepanjang 267 meter, lebar terpendek 100 meter di sisi selatan dan lebar terpanjang di bagian tengah 200 meter.
Keramat Solear Tangerang sebenarnya cukup menarik, namun masih perlu banyak pembenahan rancang bangunan dan lanskap serta kebersihan. Kadang saya bertanya, kemana saja semua mahasiswa arsitektur dan arsitektur lanskap ber-KKN hingga tempat seperti ini tak tersentuh oleh mereka.
Di sebelah Pohon Kihara yang konon berusia 400 tahun dengan ketinggian 20 meter terdapat sebuah makam yang dibatasi oelh ram besi bercat hitam di bawah cungkup beratap seng tanpa dinding yang sangat sederhana. Sayangnya tak ada tengara nama penghuni kuburnya. Melangkah beberapa meter melewati makam itu kami bertemu cungkup yang belakangnya terdapat makam di bawah pohon sangat besar. Tak pula ada nama. Saat itu hanya ada seorang pria yang tengah mengecat cungkup.
Makam Syekh Mas Masaad
Bangunan berdinding tembok dan beratap seng terlihat di sekitar ujung kiri area Keramat Solear Tangerang, yaitu di ujung dimana jalan berbelok ke arah kanan. Di sekitar bangunan ini ada beberapa pohon besar dan tinggi, menandai tempat itu sebagai makam keramat dan dijaga dua orang sepuh yang menunggui kotak sumbangan. Satu duduk di bawah Pohon Tularak, dan seorang lagi duduk di bawah Pohon Kilangir.Mereka mempersilahkan saya masuk ke dalam area Makam Syekh Mas Masaad, yang ternyata bukan di dalam bangunan itu namun justru ada di belakangnya, di bawah sebuah pohon sangat besar, dikelilingi pagar segi empat dari logam tahan karat. Saat itu sejumlah peziarah, pria wanita dan anak-anak tampak tengah duduk membaca tahlil dan doa di Makam Syekh Mas Masaad, Keramat Solear Tangerang.
Menurut cerita yang berkembang dan dipercayai kalangan penduduk Dusun Solear, Syekh Mas Masaad adalah seorang panglima pasukan Kesultanan Banten yang ditugaskan untuk menyebarkan agama dan memperluas wilayah di daerah yang sekarang dikenal bernama Tigaraksa.
Di cikal bakal Tigaraksa itu Mas Masaad harus bertempur melawan Pangeran Jaya Perkasa atau Mas Laeng, patih Kerajaan Pajajaran yang dibantu oleh Ki Seteng. Namun pertempuran berlangsung seimbang sehingga ketiganya sepakat untuk berdamai. Kesepakatan ketiga tokoh itulah yang memberi nama Tigaraksa pada wilayah itu, yaitu tiga yang memelihara (perdamaian).
Setelah sejenak berada di tempat ini, atas petunjuk penjaga kami menelusuri jalan setapak di samping makam dan sampai di tepi sungai dimana terdapat makam Dewi Mayangsari di dalam sebuah kuncup kecil. Hanya saja tak ada keterangan siapa beliau ini, dan apa hubungannya dengan Syekh Mas Massaad.
Untuk ke Keramat Solear Tangerang, pengunjung bisa naik angkutan umum ke terminal Balaraja, dilanjutkan angkot jurusan Perumahan Taman Adiyasa, turun di Perumahan Taman Kirana Surya, dan lanjut ojek. Angkutan umum ke Balaraja dari Bekasi : Bus Aja, Rudi; Kali Deres : Bus Bulan Jaya, Komara, Rudi, dll; Kampung Rambutan : Bus Aja; Pulo Gadung : Bus Aja, Prima Jasa; Tanjung Priok : Bus Prima Jasa; dan Tomang : Omprengan.
Alamat Keramat Solear berada di Dusun Solear, Desa Cikasungka, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang. Lokasi GPS : -6.286022, 106.394144, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : sepanjang hari dan malam. Harga tiket masuk : parkir mobil Rp 10.000, motor Rp 5.000. Hotel di Tangerang, Hotel di Tangerang Selatan, Tempat Wisata di Tangerang, Peta Wisata Tangerang.Diubah: November 14, 2024.
Label: Banten, Solear, Tangerang, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.