Pandangan jauh para tetua Pulau Bali, diramu cinta, penguasaan ilmu, teknik dan ketrampilan pada seni, didukung kekayaan dan pengorbanan telah menciptakan banyak karya yang amat mengesankan. Karya kreatif berlandas kepercayaan dan pengabdian lazimnya menghasilkan keindahan yang bertahan lama.
Di sanalah saya sempat berkeliling ke sejumlah sudut Pulau Bali beberapa waktu lalu, dan mempunyai cukup kebebasan berhenti di beberapa tempat untuk memotret keindahan patung berukuran besar yang ada di jalanan. Meski demikian kadang tak mudah untuk berhenti sehingga masih banyak patung yang belum lagi sempat diambil fotonya.
Patung Dewa Indra yang berada di Jl Raya Peliatan Ubud dengan tangan kiri lurus ke depan memegang gendewa dan tangan kanan siap memegang sebatang anak panah pusaka. Patung Dewa Indra ini berdiri di atas kepala gajah yang diapit oleh sepasang naga bermahkota di kepalanya. Badan kedua naga saling mengait di ekornya membentuk lengkungan.
Batara Indra merupakan dewa hujan dan raja kahyangan yang menjadi pemimpin delapan Wasu, yaitu delapan dewa yang dipercaya menguasai aspek-aspek alam. Dewa Indra mempunyai sebuah senjata pusaka ampuh yang disebut Bajra, senjata yang diciptakan oleh Wiswakarma dari tulang Resi Dadici. Sedangkan kendaraan Batara Indra berupa seekor gajah putih yang diberi nama Airawata.
Ada pula Patung Dewa Ruci di persimpangan Jl. Sunset Road, Jl. Setiabudi dan Jl. Bypass Ngurah Rai, yang juga dibuat oleh I Wayan Winten. Bima, salah satu dari lima bersaudara dari keluarga Pendawa, digambarkan tengah bertarung melawan seekor naga raksasa dalam legenda Dewa Ruci.
Ada patung Dewa Indra lainnya yang terletak di Desa Tegal Tugu, di sebelah timur Gianyar. Indra adalah Dewa perang dan yang teragung diantara semua petarung. Ia juga merupakan dewa penguasa petir dan badai. Berbeda dengan patung sebelumnya, pada gendewa patung ini tidak terdapat talinya, dan anak panahnya pun telah lepas ditembakkan.
Patung Dewa Indra ini terlihat mengendarai atau berdiri di atas seekor penyu raksasa, diapit oleh sepasang ular naga raksasa dengan mulut menganga memperlihatkan giginya yang sangat tajam. Dewa Indra dalam patung ini memang telah menembakkan sebuah anak panah ke arah barat, dimana patung Kalarau berada, yang dimaksudkan untuk mencegah Kalarau meminum Tirta Amrta, air keabadian.
Lalu ada patung bayi raksasa yang bisa ditemui di sekitar Ubud, Gianyar. Patung ini konon melambangkan kesuburan. Menurut sebuah legenda, pada jaman dahulu lahir seorang bayi berukuran raksasa di Gianyar. Bayi ini kemudian diberi nama Kebo Iwa, dan patung ini didirikan sebagai tengara buat si bayi.
Patung Gatot Kaca terletak di persimpangan Jl. Airport dan Jl. Raya Tuban, dekat Bandara Internasional Ngurah Rai. Patung di Bali ini merupakan salah satu hasil karya I Wayan Winten, pematung ulung dari Teges Peliatan, Ubud.
Patung ini diresmikan pada 30 Oktober 1993, menggambarkan kisah terkenal yang diambil dari mitos Mahabharata tentang Gatot Kaca, putera Bima, yang tengah berlaga melawan Adipati Karna, yang adalah saudara tua keluarga Pandawa, dan paman Gatotkaca sendiri. Gatotkaca dikorbankan oleh Kresna untuk menyelamatkan Arjuna dari anak panah Kunta Wijayadanu.
Panah Kunta diberikan kepada Karna oleh Hyang Naradha, atas bantuan Bathara Surya yang mengarahkan cahaya ke putranya saat sedang bersemedi untuk mendapatkan senjata sakti bagi perang Bharatayuda kelak. Namun karena melihat hal yang tidak baik pada Karna, Bathara Narada hanya memberikan anak panah, sedangkan sarungnya diberikan kepada Arjuna yang tengah bertapa di tempat lain untuk tujuan yang sama.
Sarung panah Kunta Wijayadanu ini kemudian dipergunakan Arjuna untuk memotong tali pusar bayi Gatotkaca yang baru lahir, yang tidak putus oleh benda tajam apa pun juga. Ketika tali pusar Gatotkaca putus, sarung anak panah pun melesat masuk dan hilang di dalam tubuh bayi Gatotkaca yang membuatnya menjadi sakti mandraguna.
Mungkin ada benarnya bahwa semakin makmur suatu masyarakat, biasanya semakin tinggi pula apresiasinya terhadap karya seni dan budaya, baik yang klasik maupun kontemporer, dan mereka bersedia menggunakan lebih banyak waktu dan uang, serta menyediakan ruang yang cukup untuk karya semacam itu.
Patung di Bali
Alamat : Jl Raya Peliatan, Ubud; Desa Tegal Tugu, di timur Gianyar; Jl. Airport dan Jl. Raya Tuban, Pulau Bali. Jam buka 24 jam. Harga tiket masuk gratis. Tempat Wisata di Bali, Peta Wisata Bali, Hotel di Bali.Patung bayi raksasa yang bisa ditemui di sekitar Ubud, Gianyar. Patung ini konon melambangkan kesuburan. Menurut sebuah legenda, pada jaman dahulu lahir seorang bayi berukuran raksasa di Gianyar. Bayi ini kemudian diberi nama Kebo Iwa, dan patung ini didirikan sebagai tengara buat si bayi.
Patung Dewa Indra yang diambil dari jarak dekat dan vertikal untuk memperlihatkan detail ornamennya yang sangat indah. Terlihat jelas arca gajah di tengah dan sepasang naga bermahota yang mengapitnya.
Monumen perjuangan ini lokasinya berada di dekat jalan masuk ke Pura Kebo Edan di Desa Pejeng, Gianyar, diresmikan pada 28 Februrai 1993.
Patung Garuda yang tengah ditunggangi Dewa Wisnu ini berada di mulut sebuah perumahan yang saya temui dalam perjalanan ke arah Uluwatu.
Patung Dewa Indra yang berada di Desa Tegal Tugu ini agak berbeda dengan patung Dewa Indra yang ada di Jl Raya Peliatan Ubud. Pada patung ini tidak ada tali pada gendewanya, dan pada dudukan kakinya tidak ada arca gajah.
Patung Dewa Indra di Desa Tegal Tugu itu berdiri di atas seekor kura-kura raksasa dengan kepala seorang raksasa, lengkap dengan segala macam hiasan kepala dan dada. Kura-kura ini diapit oleh sepasang naga bermahkota pada kepalanya.
Pandangan sedikit arah ke belakang dari foto sebelumnya, memperlihatkan cincin yang melilit pada badan naga, serta terlihat pula rambut naga yang ikal.
Salah satu daru dua ekor naga yang kedua ekornya bertemu di atas Dewa Indra membentuk lengkungan yang besar. Naga itu terlihat memiliki rambut ikal yang panjang, dijepit makuta di bagian atasnya.
Pandangan lebih dekat pada bagian atas foto sebelumnya, memperlihatkan ornamen seperti permata pada makuta Dewa Indra, dan makuta Naga
Patung Dewa Ruci di persimpangan Jl. Sunset Road, Jl. Setiabudi dan Jl. Bypass Ngurah Rai, yang juga dibuat oleh I Wayan Winten. Bima, salah satu dari lima bersaudara dari keluarga Pendawa, tengah bertarung melawan seekor naga raksasa dalam legenda Dewa Ruci.
Patung Gatotkaca di Bali ini merupakan salah satu hasil karya fenomenal dari I Wayan Winten, pematung piawai dari Teges Peliatan, Ubud.
Gatotkaca dikorbankan oleh Kresna untuk menyelamatkan Arjuna dari anak panah Kunta Wijayadanu, yang diberikan kepada Karna oleh Hyang Naradha, atas bantuan Bathara Surya yang mengarahkan cahaya ke putranya itu yang sedang bersemedi untuk mendapatkan senjata sakti bagi perang Bharatayuda kelak.
Pandangan lebih dekat pada bagian belakang kereta, yang memperlihatkan adanya seekor burung garuda, yang menjadi tempat berpijak kaki Karna.
Gatotkaca dikorbankan oleh Kresna untuk menyelamatkan Arjuna dari anak panah Kunta Wijayadanu, yang diberikan kepada Karna oleh Hyang Naradha, atas bantuan Bathara Surya yang mengarahkan cahaya ke putranya itu yang sedang bersemedi untuk mendapatkan senjata sakti bagi perang Bharatayuda kelak.
Diubah: Desember 12, 2024.
Label: Bali, Patung, Ubud, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.