Adalah kenyataan hidup bahwa banyak orang bisa dengan mudah berkelana ke tempat-tempat yang sangat jauh, tetapi belum banyak mengenali kecantikan dan keindahan tanah kelahirannya sendiri selama bertahun-tahun, karena suatu alasan atau karena tidak punya satu alasan untuk pergi ke sana. Orang memang sering memerlukan alasan untuk mengunjungi suatu tempat, tidak perduli jaraknya, dan tidak penting siapa kah yang menciptakan dan bagaimana alasan itu dibuat atau muncul. Meskipun telah hidup dan tinggal di Jakarta selama lebih dari 20 tahun, namun banyak tempat di kota ini masih perawan buat saya hingga hari ini.
Dan setelah hidup di dunia ini selama lebih dari setengah abad, mungkin kurang dari 1% diantara ribuan tempat indah dan eksotis di seputar negeri ini yang baru dikunjungi. Banyak dari tempat itu akan tetap perawan buat saya, apakah karena tidak cukup waktu atau tidak menemukan cukup alasan atau peluang untuk pergi ke sana.
Sebuah jembatan anggun yang dibuat untuk menghubungkan dua bagian depan Taman Soekasada Ujung Karangasem yang bernama Bencingah, dan Balai Gili atau bangunan terapung yang berada di tengah sebuah kolam besar.
Kolam yang luas ini adalah merupakan bagian dari Taman Soekasada Ujung Karangasem, yang disebut Jaba Tengah. Sedangkan Bencingah, bagian depan Taman Soekasada Ujung Karangasem, adalah tempat dimana pertunjukan kesenian tradisional biasanya ditampilkan.
Saat kami di sana tengah diselenggarakan sebuah acara keluarga yang dihadiri sejumlah undang. Acara ini ditujukan untuk mengenang mendiang A.A. Madé Djelantik, seorang tokoh yang disegani dari keluarga Kerajaan Karangasem. A.A. Bulan Trisna Djelantik, anak perempuan tertua A.A. Made Djelantik, tampaknya menjadi penyelenggara acara ini. Di dalam Balai Gili di Taman Soekasada Ujung Karangasem diselenggarakan pameran yang mempertontonkan hasil karya serta berbagai benda kenangan yang berhubungan dengan A.A. Madé Djelantik.
Saya sempat mengambil foto pemandangan ke arah Balai Gili yang diambil dari Bancingah, atau bagian depan Taman Soekasada Ujung Karangasem, memperlihatkan keindahan bangunan dan jembatan penghubungnya. Di latar belakang di tempat agak tinggi terlihat bangunan bernama Bale Bunder yang dipakai untuk menikmati panorama alam sekitar.
Taman Soekasada Ujung dibangun oleh Raja Karangasem A.A Gde Djelantik, dan dilanjutkan Raja Karangasem A.A Bagus Djelantik. Taman Soekasada Ujung diresmikan pada 1921 sebagai tempat peristirahatan raja dan untuk menjamu tamu-tamu penting yang berkunjung ke Kerajaan Karangasem
Lokasi Taman Soekasada Ujung berada di sebuah lembah di wilayah Desa Tumubu, Karangasem, berjarak sekitar 5 km dari Kota Amlapura arah ke Selatan, tak begitu jauh dari pantai. Gerbang utama berada di sisi barat yang disebut Bale Kapal, dan pengunjung menuju ke taman dengan menuruni ratusan anak tangga. Namun kami masuk dari arah Utara, sehingga tidak melewati tangga, dan baru belakangan melihatnya.
Taman Soekasada Ujung Karangasem memiliki bangunan elok Bale Gili di tengah kolam luas, dengan latar belakang perbukitan dan pegunungan. Tempat ini memang sangat indah dan dibuat serta ditata dengan sangat baik. Taman ini pernah rusak parah akibat letusan Gunung Agung pada 1963 dan gempa hebat pada 1976. Setelah cukup lama terabaikan, baru pada 2001-2003 Taman Soekasada Ujung dibangun kembali dengan dana bantuan Bank Dunia.
Bangunan lain di Taman Soekasada Ujung Karangasem adalah Bale Lunjuk yang dicapai dengan menapaki lebih dari seratus anak tangga. Ada pula Bale Kambang di tengah kolam kedua yang dulu dipakai menjamu makan tamu kerajaan. Kolam pertama yang dibuat Raja Karangasem disebut Kolam Dirah ada di sebelah timur kolam kedua.
Hal yang paling mudah namun masih cukup menantang bagi mereka yang mewarisi tempat agung yang bersejarah seperti halnya Taman Soekasada Ujung Karangasem ini adalah bagaimana menjaga dan memelihara agar warisan ini tetap hidup, dan relevan sepanjang masa.
Membuat warisan ini menjadi lebih agung lagi, lebih dihargai dan lebih relevan, tentu merupakan hal yang lebih luhur untuk menghormati nenek moyang, karena hidup bergerak ke depan, tidak berhenti di tempat dan lalu tinggal menjadi cerita tentang sisa-sisa kejayaan masa lalu.
Taman Soekasada Ujung Karangasem
Alamat : Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali. Lokasi GPS : -8.4646537, 115.6309712, Waze. Hotel di Bali, Hotel di Karangasem, Tempat Wisata di Karangasem, Peta Wisata Karangasem, Tempat Wisata di Bali.Pemandangan Taman Soekasada Ujung dari luar pagar dengan sejumlah tanaman palm dan kemboja yang tumbuh memperindah taman.
Bencingah, bagian depan Taman Soekasada Ujung Karangasem, adalah tempat dimana pertunjukan kesenian tradisional biasanya ditampilkan.
Sejumlah orang tengah bermain gamelan Bali dengan instrumen yang minim, sementara peralatan gamelan lainnya hanya berjajar di panggung belum lagi dimainkan. Mereka memang tampaknya hanya mengisi waktu, sebelum acara yang sesungguhnya dimulai.
Prasasti yang menandai revitalisasi Taman Soekasada Ujung yang dibuat pada September 2004. Taman ini pernah rusak parah akibat letusan Gunung Agung pada 1963 dan gempa hebat pada 1976. Setelah cukup lama terabaikan, baru pada 2001-2003 Taman Soekasada Ujung dibangun kembali dengan dana bantuan Bank Dunia.
Pemandangan jajaran tiang-tiang beton kecil yang menyangga tempayan berisi tanaman. Sementara di pinggiran kolam berjajar rapi pepohonan yang rimbun membuat suasana tampak asri dan teduh.
Sebuah upacara kecil tengah berlangsung di depan undakan jembatan yang menuju Balai Gili.
Para tamu undangan berdiri mengelilingi tempat upacara kecil diselenggarakan. Di belakang meraka adalah undakan yang menuju ke gerbang utama.
Suasana yang tertangkap ketika diselenggarakan acara keluarga yang ditujukan untuk mengenang almarhum A.A. Madé Djelantik, seorang tokoh yang disegani dari keluarga Kerajaan Karangasem.
A.A. Bulan Trisna Djelantik, anak perempuan tertua A.A. Made Djelantik terlihat tengah berbicara dengan seorang gadis cilik saat acara berlangsung. Di dalam Balai Gili di Taman Soekasada Ujung Karangasem diselenggarakan pameran yang mempertontonkan hasil karya serta berbagai benda kenangan yang berhubungan dengan A.A. Madé Djelantik.
Sudut pandang yang memperlihatkan Balai Gili di tengah, Bale Bunder di kanan belakang, dan gapura yang menyerupai pos jaga pada awal jembatan penghubung.
Lembah ladang dan persawahan subur yang dikelilingi perbukitan ini saya lihat sesaat setelah meninggalkan Taman Soekasada Ujung.
Pandangan lain pada suasana acara keluarga yang ditujukan untuk mengenang almarhum A.A. Madé Djelantik.
Pandangan lebih dekat pada Bale Gili yang berada di Taman Soekasada Ujung Karangasem di tengah kolam luas.
Diubah: Desember 12, 2024. Label: Bali, Karangasem, Taman, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.