Jarak dari Kota Sawahlunto ke toko-toko yang menjual Kain Tenun Silungkang yang kami singgahi ini adalah sekitar 9,8 km arah ke Selatan, dan lalu ke Barat setelah bertemu dengan Jalan Trans-Sumatera Muara Bungo - Solok. Ada cukup banyak toko yang berjejer di sana, sebagian terlihat ditata dengan cukup baik.
Kain Tenun Silungkang memiliki motif yang khas, dan songket yang dihasilkannya beragam mulai dari songket ikat, songket batabua (motif benang emas atau peraknya bertebaran, tidak memenuhi seluruh permukaan kain), penuh, benang dua, dan songket selendang lebar. Kata Songket berasal dari sungkit yaitu cara menambah benang pakan dan benang emas pada benang lungsi.
Deretan toko dan butik di tepi Jalan Lintas Sumatera ruas Silungkang, yang menjual berbagai jenis Kain Tenun Silungkang, baik yang masih berupa bahan maupun yang siap untuk dipakai. Setelah sempat mampir di beberapa toko dan butik di pinggir jalan Trans Sumatera ruas Silungkang ini, kami kemudian menyeberang jalan untuk melihat tempat pembuatannya.
Jalanan kampung yang kami lewati cukup lebar, sedikit menanjak dan berlapis semen mulus. Lokasinya tepat di seberang jalan dimana deretan toko Kain Tenun Silungkang berada, dengan menyeberang rel kereta api. Daerah dimana para pengrajin itu tinggal bernama Kampung Tenun Batumananggau, Sawahlunto.
Rumah sederhana yang kami kunjungi waktu itu untuk melihat pembuatan Kain Tenun Silungkang, yang letaknya cukup dekat dari tepi jalan raya. Pembuatan Kain Tenun Silungkang di sana masih dilakukan dengan menggunakan cara tradisional yang tekniknya dipelajari secara turun temurun dan cenderung memiliki corak yang relatif baku yang kemudian menjadi cirinya.
Dalam dunia tenun dikenal istilah benang lungsin atau benang lusi dan benang pakan. Benang lungsin adalah benang tenun yang disusun sejajar memanjang dan diikat di kedua ujungnya, sedangkan benang pakan adalah benang yang dimasukkan melintang pada benang lungsin oleh tangan atau mesin, dan diselipkan di sela-sela benang-benang lungsin untuk membentuk pola. Pemasangan benang-benang lungsin pada alat tenun, sesuai panjang dan lebar yang diinginkan, disebut penghanian.
Seorang pengrajin wanita yang ramah tengah menunjukkan ketrampilannya dalam menata benang dan menggunakan alat tenun tradisional yang terbuat dari susunan papan kayu, dahan pohon bulat kecil panjang, bambu dan tali. Benang yang digunakan untuk menenun terbuat dari kapas, serat sintetis, sutera, serta benang emas dan perak untuk kain songket.
Asal mula kain songket konon adalah dari para saudagar dari Tiongkok dan India. Para pedagang Tionghoa memperkenalkan pemakaian benang sutera, sementara orang India membawa benang emas dan perak. Di tempat yang kami kunjungi itu, alat tenun yang sedang tidak digunakan ditutup dengan kain tua untuk melindunginya dari debu dan kotoran. Peralatan tenun Silungkang umumnya berukuran sedikit lebih besar dari alat tenun yang digunakan di Pandai Sikek.
Pandangan ke sisi lain pada deretan toko-toko yang menjual kain tenun dan songket Silungkang, yang penampilannya terlihat lebih 'biasa' ketimbang di sisi lainnya. Di ujung sana ada kios penjualan BBM Premium dengan logo Pertamina, mengingatkan saya pada kios 'Pertamini' yang pertama kali saya lihat sewaktu berkunjung ke Ngarai Sianok.
Tidak banyak pembeli yang mampir ke toko Kain Tenung Silungkang pada siang itu. Penjualan barang jenis apa pun memang selalu ada pasang surutnya, bergantung pada musim gajian dan musim liburan. Namun Kain Tenun Silungkang kabarnya sangat digemari turis melayu dari Malaysia dan Singapura, karena kualitasnya yang tinggi dan keunikan desainnya, selain juga banyak diminati para pembeli domestik sendiri.
Kain Tenun Silungkang
Alamat: Jalan Lintas Sumatera, Silungkang, Sawahlunto, Sumatera Barat. Toko: Lokasi GPS : -0.72139, 100.77021, Waze. Pengrajin: GPS -0.72089, 100.77031. Rujukan : Hotel di Sawahlunto, Peta Wisata Sawahlunto, Tempat Wisata di Sawahlunto.Diubah: Februari 27, 2018.Label: Kreatif, Sawahlunto, Silungkang, Sumatera Barat, Tenun
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.