Ketika tiba di sana dua sahabat kecil tampak tengah menyeberang jalan di atas garis loreng di depan Masjid Assalafiyah Jatinegara Kaum yang siang itu tampak relatif sepi. Hanya ada tiga motor parkir di jalur pedestrian, dan beberapa tukang tengah bekerja melakukan perbaikan masjid.
Setelah lokasi Makam Pangeran Jayakarta diberitahukan kepada umum oleh keturunannya pada 1960-an, yang selama masa pendudukan Belanda disembunyikan, makam dan bangunan masjid selalu mengalami perbaikan dan peningkatan pada setiap masa jabatan Gubernur DKI.
Saat melewati gerbang terlihat ada tengara pada pilar sebelah kanan yang berbunyi "Komplek Makam Pangeran Jayakarta (Achmad Jaketra), dibangun 1640 M di Jatinegara Kaum, Makam para pejuang yang melawan penjajah Belanda." Tahun 1640 adalah tahun meninggalnya Pangeran Jayakarta. Sedangkan tengara di pilar gerbang sebelah kanan berbunyi: "Masjid Jami "Assalafiyah", dibangun tahun 1620 M di Jatinegara Kaum oleh Pangeran Jayakarta (Achmad Jaketra)".
Papan tengara tanah wakaf Masjid Assalafiyah serta status Cagar Budaya berada di sisi kiri lorong, menutupi sebagian pandangan ke arah Makam Pangeran Jayakarta yang berada di belakangnya, di bawah cungkup tanpa dinding, di bawah sebuah pohon beringin yang sangat besar. Beberapa makam adalah makam baru, tidak sebagaimana di kompleks Makam Pangeran Sanghyang yang semuanya merupakan makam tua.
Kanopi yang merentang dari gerbang sampai ke bangunan utama masjid, meskipun bermanfaat secara fungsional, namun menutupi pandangan ke arah Masjid Assalafiyah dan merusak keindahan arsitektur masjid. Sangat disayangkan. Berita bagusnya, kanopi ini sekarang sudah diganti dengan bangunan baru yang terlihat jauh lebih baik.
Tepat di samping luar pintu utama Masjid Assalafiyah Jatinegara Kaum ada bedug besar dan kentongannya, yang semuanya terbuat dari kayu jati. Yang menarik pada bedug ini adalah paku-paku dan pasak-pasak besar bundar yang melekatkan kulit bedug pada rangkanya, sementara pada kayu jatinya sendiri tidak terlihat ada ornamen ukir menonjol.
Sejarah Masjid Assalafiyah
Masjid ini didirikan Pangeran Jayakarta (Akhmad Jaketra) pada 1620, setahun setelah ia dan pengikutnya menyingkir dari Pasar Ikan ke wilayah Jatinegara Kaum ini. Itu lantaran tempat tinggalnya diserbu dan dibumihanguskan Jan Pieterszoon Coen pada 30 Mei 1619.Daerah Jatinegara kaum pada jaman dahulu konon merupakan area hutan jati, sehingga di sekitar tempat ini sampai sekarang terkenal sebagai pusat kerajinan perabot kayu jati.
Saya sempat memotret pemandangan bagian dalam masjid, arah ke mihrab, membelakangi area yang diperuntukkan bagi wanita. Pintu masuk masjid berada di sebelah kiri. Semula Masjid Assalafiyah Jatinegara Kaum merupakan bangunan kecil disangga empat pilar serta sebuah cungkup. Seluruh karpet masjid ditutupi karpet sajadah hijau.
Renovasi Masjid
Makam dan bangunan Masjid Assalafiyah telah mengalami beberapa kali perbaikan dan perubahan. Pemugaran pertama dilakukan pada 1700 oleh Pangeran Sageri, lalu Aria Tubagus Kosim memugarnya lagi pada 1842. Gubernur Ali Sadikin menjadikan bangunan Masjid Assalafiyah menjadi dua tingkat dan mendirikan menara pada 1969.Tulisan kaligrafi dalam huruf Arab tampak menghiasi dinding mihrab bagian atas dan di atas pintu-pintu masuk. Selain mimbar kayu jati pada mihrab dan tulisan kaligrafi di sepanjang dinding atas, diantaranya huruf kaligrafi Allah dan Muhammad, terdapat tiga buah jam kayu besar berdiri di pojok depan ruangan.
Pilar-pilar Masjid Assalafiyah yang terbuat dari beton dan kayu jati. Bahan dari kayu terlihat lebih klasik dan anggun, namun memang ada umurnya, kecuali jika sudah diolah agar tahan cuaca dan tak digerogoti ngengat dan rayap.
Kaca Patri
Kaca-kaca patri menghiasi pintu-pintu dan jendela Masjid Assalafiyah Jatinegara Kaum, yang merupakan sumber utama pencahayaan ruangan saat siang, lantaran bagian atas ruangan praktis tertutup beton, menyisakan sedikit lubang segi empat pada bawah cungkup masjid.Meskipun ornamen pada kaca patri bisa dibilang biasa dan sederhana, tidak sebagaimana yang saya lihat di Museum Bank Indonesia misalnya, namun cukup mempercantik pandangan di dalam ruangan masjid.
Bagian dalam puncak atap Masjid Assalafiyah Jatinegra Kaum juga ada kaca-kaca patri di keempat sisinya, dan ada lampu gantung kristal berisi 12 lampu kecil dan sebuah lampu besar di tengah. Bagian luar atap berbentuk limasan tumpang yang menyudut pada bagian ujungnya, berbeda dengan Masjid Agung Demak yang lurus tanpa kelokan.
Meski Masjid Assalafiyah peninggalan Pangeran Jayakarta tampaknya tidak kekurangan biaya untuk melakukan perbaikan dan peningkatan fasilitas, namun tata ruang dan rancangan area luar masjid utama masih memerlukan perbaikan, terutama pada bagian depan. Seingat saya saat terakhir lewat depan masjid, penampilan bagian depan sudah berubah lebih baik dibanding ketika tulisan ini pertama kali terbit.
Alamat Masjid Assalafiyah berada di Jl Jatinegara Kaum No 49, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Telp 021–4704428. Lokasi GPS : -6.20236, 106.90086, Waze. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Timur, Hotel Melati di Jakarta Timur, Peta Wisata Jakarta Timur, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Timur.Diubah: November 14, 2024.
Label: Jakarta, Jakarta Timur, Masjid, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.