Kunjungan ke Masjid Kyai Telingsing Sunggingan Kudus ini kami lakukan setelah gagal bertemu kuncen Makam Kyai Telingsing karena rumahnya kosong. Tak ada yang menjawab salam dan ketukan pintu, meski saya lakukan berulang kali. Jarak makam ke Masjid Kyai Telingsing hanya sekitar 50 meter, arah ke sebelah selatan, di tengah permukiman penduduk yang lumayan padat, sehingga nyaris tak ada halaman di bagian depan masjid. Saat itu jam baru menunjukkan sekitar pukul 10 pagi, artinya waktu masuk shalat dzuhur masih ada sekitar dua jam lagi.
Masjid terlihat sepi, hanya ada seorang pria yang masuk ke dalam ruang utama masjid dan melakukan shalat dhuha. Shalat sunat ini memang bisa dilakukan 15 menit setelah matahari terbit hingga 15 menit sebelum masuk waktu dzhuhur. Tak terpikir bahwa mungkin saja orang itu adalah salah satu pengurus yang bisa diajak berbincang tentang masjid ini.
Tampak muka Masjid Kyai Telingsing Sunggingan Kudus dengan menara menjulang dan akses masuk berupa tembok lengkung. Tengara nama masjid tertera pada dinding rendah, berada di dekat tempat mengambil air wudlu bagi jamaah pria. Majid Jami' Kyai Telingsing Sunggingan Kudus adalah nama resmi dari masjid ini. Ada tulisan huruf Arab pada tengara nama itu, lengkap dengan tanda bacanya, yang berbunyi "kiyahi tilingsing".
Sumber di situs Kemenag Republik Indonesia menyebutkan bahwa status bangunan Masjid Kyai Telingsing Sunggingan ini adalah SHM (sertifikat hak milik), namun tak disebutkan siapa yang menjadi pemiliknya. Boleh jadi yayasan yang mengurus masjid, jika itu memang sudah dibentuk dan ada. Luas tanah dan luas bangunannya sama, yaitu 560 m2, tahun berdiri 1930, dan bisa menampung 700 jamaah.
Disebutkan juga fasilitasnya yang ada di sana, yang lazim dimiliki oleh sebuah masjid berukuran sedang seperti ini, yaitu perlengkapan pengurusan jenazah warga, pembangkit tenaga listrik cadangan / genset, kamar mandi / WC, tempat wudhu, dan sarana ibadah lainnya, dengan jumlah pengurus sebanyak 25 orang. Cukup banyak.
Kyai Telingsing, yang disebut-sebut sebagai guru Sunan Kudus dalam ilmu kanuragan, adalah mubalig asal Yunan, Tiongkok Selatan. Selain berdakwah, beliau juga berdagang, dan menjadi pelukis terkenal dengan motif lukisan Dinasti Sung. Setelah datang ke Kudus untuk menyebarkan Islam, ia mendirikan Masjid Kyai Telingsing dan pesantren di Kampung Nganguk.
Pintu gebyog Masjid Kyai Telingsing Sunggingan mungkin sekali terbuat dari bahan kayu jati, diukir dengan detail elok yang memisahkan ruangan serambi dengan ruang utama masjid. Meskipun indah dipandang namun perawatan pintu gebyog ini sesungguhnya tidak begitu mudah.
Pada kaca pintu yang tebal tampak ukiran huruf Arab yang berbunyi "Allah" dan "Muhammad", dua nama yang hampir selalu ada di setiap masjid. Masjid sering disebut sebagai rumah Allah, karena menjadi tempat bagi umat untuk bersembahyang dan berdzikir kepada-Nya. Jam lemari ikut mempermewah pandangan di serambi masjid ini.
Lantai serambi tampak dikeramik licin dan mengkilap. Langit-langit serambi meski tak bisa dikatakan elok namun rapi dan ada lampu-lampu down light di sana yang akan memberi kesan tersendiri jika menyala pada malam hari. Kudus tak seterkenal Jepara dalam hal ukir mengukir, namun pintu gebyok itu mungkin dibuat oleh seniman ukir Kudus sendiri.
Ada lampu gantung yang cukup elok menghias ruang utama masjid yang memiliki dua lantai ini. Lantai ruang tengah masjid dilapis karpet sembahyang pada tiga shaf pertama. Sebagaimana lazimnya kebanyakan masjid, jumlah jamaah jarang sekali melebihi tiga shaf, kecuali pada shalat Jumat dan shalat pada saat hari raya.
Mihrab Masjid Kyai Telingsing Sunggingan Kudus dibuat lekuk lengkung di atas lubang masuknya, dan mimbar khatib serta sajadah tempat imam memimpin shalat yang letaknya bersebelahan di dalam relung yang sama. Di atas relung itu terdapat lubang cahaya dengan kaca patri bertulis huruf Arab berbunyi "Allah".
Setiap masjid memiliki preferensi sendiri dalam menata mihrab, yaitu ceruk setengah lingkaran atau tempat kecil pada dinding paling depan di ruang utama masjid yang menunjukkan arah kiblat ke Mekah dan merupakan tempat untuk Imam memimpin sholat berjemaah dalam masjid.
Selain jam lemari yang terkesan mewah, pada serambi Masjid Kyai Telingsing Sunggingan juga ada bedug besar yang terlihat kekar dengan ukiran huruf Arab dan huruf Latin pada badannya. Ada dua kentongan yang menggelantung di kedua sisinya. Pemukul bedug yang terlihat antik menggelantung di atasnya. Dudukan bedug juga diukir.
Ukiran huruf Latin pada badan bedug berbunyi "Masjid Jami' Kyai Telingsing Sunggingan Kudus". Sedangkan huruf Arab yang berada dalam lingkaran berhias ukiran dedaunan tak bisa saya baca, karena ditulis dalam bentuk kaligrafi, yang sering susah untuk dibaca oleh orang dengan pengetahuan bacaan huruf Arab yang pas-pasan. Debu tampak membalut badan bedug, mungkin sisa pekerjaan renovasi.
Catatan pada situs Kemendikbud menyebut bahwa menurut H.J. De Graff & Th. Pigeaud (1985:108-122), Sunan Kudus yang disebut sebagai murid Kyai Telingsing merupakan salah satu imam masjid Kerajaan Demak pada akhir masa Sultan Trenggana, dan di awal pemerintahan Sunan Prawata, raja Demak keempat yang memerintah tahun 1546-1549.
Masjid Kyai Telingsing Sunggingan Kudus
Alamat : Desa Sunggingan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Lokasi GPS : -6.8109077, 110.8338681, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : sepanjang waktu, terutama saat masuk waktu shalat. Harga tiket masuk : gratis, sumbangan diharapkan. Hotel di Kudus, Hotel Murah di Kudus, Peta Wisata Kudus, Tempat Wisata di Kudus.Diubah: November 16, 2019.Label: Jawa Tengah, Kudus, Masjid, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.