Tidak ada papan nama pada kelenteng, tidak ada seorang manusia pun ada di kelenteng saat itu, tidak pula ada orang yang bisa ditanya di sekitarnya karena letak kelenteng ini agak terpisah dari perumahan penduduk. Hanya saya kira lokasi kelenteng masih ada di Kecamatan Damar.
Sebenarnya kelenteng ini sudah sempat terlewati sejauh beberapa puluh meter, namun karena selalu ada rasa ingin tahu ketika melihat sebuah kelenteng, maka saya pun meminta Bang Karna untuk berbalik arah dan berhenti di jalan di depan kelenteng. Pintu pagar kelenteng tidak dikunci, sehingga saya bisa masuk ke dalam area kelenteng yang bentuk bangunannya terlihat sederhana ini.
Tampak muka Kelenteng Damar dengan dua buah altar terpisah agak jauh di depan. Umumnya di depan kelenteng atau di teras hanya ada satu hiolo yang diperuntukkan untuk meletakkan hio setelah menyembah Dewa Langit. Namun di kelenteng ini terlihat ada dua buah altar, masing-masing dengan sebuah hiolo di atasnya.
Di halaman kelenteng ada pula sepasang Kimlo, yaitu tempat untuk membakar kertas sembahyang yang biasanya berbentuk pagoda. Jika melihat simetrinya, nampaknya bangunan asli Kelenteng Damar adalah yang ada di sebelah kanan, sedangkan bangunan yang menempel di sebelah kirinya saya duga dibangun kemudian.
Meskipun boleh dikatakan sudah sering keluar masuk kelenteng, namun tetap bukan perkara mudah bagi saya untuk mengenali patung-patung yang ada di setiap kelenteng, sebagaimana yang ada di Kelenteng Damar ini. Yang mudah dikenali biasanya adalah patung Dewi Kwan Im, patung Kwan Kong, patung Buddha, selain patung Hok Tek Ceng Sin dan Lao Tze.
Altar sembahyang untuk para penganut Tao di Kelenteng Damar berada pada bangunan di sebelah kiri. Meskipun tidak ada orang, namun lampu-lampu kecil pada altar terlihat menyala semua. Di altar ini ada patung Lao Tze atau YM Tai Shang Lao Jun, atau "One of the Three Pure Ones"), He Xian Gu (satu-satunya Dewi wanita dari the eight immortals / Pat Sian), dan Erlang Sen (Dewa Tao yang memiliki mata ketiga pada dahinya).
Pada sayap kanan terdapat patung yang paras muka dan posturnya menyerupai panglima perang, mungkin Kwan Kong, sedangkan pada sayap kiri ada lagi dua patung, satu diantaranya berjanggut putih panjang. Di depan masing-masing patung terdapat hiolo-hiolo kecil.
Pada ruangan sebelah kanan di Kelenteng Damar Belitung Timur terdapat dua buah meja sembahyang. Hiolo terlihat ada di meja dan di bawah tulisan. Tidak terlihat ada patung pada altar ini, selain tulisan menggantung pada dinding menggunakan huruf Cina. Pada bagian depan meja terdapat lukisan orang-orang dalam berbagai posisi dan ekspresi. Masing-masing orang memegang sebuah benda, seperti seruling, kipas, kebut, dan entah apa lagi.
Di sisi sebelah kiri altar Tao terdapat dua buah patung, masing-masing dengan sebuah hiolo porselen di depannya. Altar ini sepertinya untuk memuja Giok Hong Siang Tee (patung yang berpakaian ala raja di sebelah kiri) dan Dewa Bumi lokal atau Tu Di Gong (patung berjenggot putih) yang menguasai tanah lokal, tempat bangunan ini didirikan.
Di altar sembahyang bagi penganut Tao terdapat patung Lao Tze, He Xian Gu (satu-satunya Dewi wanita dari the eight immortals / Pat Sian), dan Erlang Sen (Dewa Tao yang memiliki mata ketiga pada dahinya). Oleh para pengikutnya, Lao Tze disebut sebagai YM Tai Shang Lao Jun, atau "One of the Three Pure Ones" (salah satu dari tiga yang suci). Dua lainnya sepertinya adalah Confucius dan Buddha.
Altar pemujaan yang berada di dalam ruang di sisi sebelah kanan bangunan. Sebuah kain sutera bersulam tampak menggelantung di bagian depan meja. Di atas meja terdapat hiolo yang terbuat dari kuningan dan beberapa benda lainnya.
Di tempat sembahyang ini tidak ada satu pun patung di sana, hanya ada tulisan dalam aksara Tionghoa menempel pada dinding, lampu listrik dan lampu minyak, serta hiolo di mejanya. Saya pernah menjumpai altar seperti ini, namun lupa ada di kelenteng mana.
Pada bagian depan meja sembahyang terdapat kain sutera dengan sulaman yang menggambarkan orang-orang dalam berbagai posisi dan ekspresi. Masing-masing orang memegang sebuah benda, seperti seruling, kipas, kebut, dan entah apa lagi.
Sepertinya mereka adalah Delapan Dewa, yaitu dewa-dewa Tao yang hidup di masa berbeda dan semuanya dapat mencapai kekekalan hidup, masing-masing menggambarkan Kemiskinan, Kekayaan, Kebangsawanan, Kejelataan, Kaum Tua, Kaum Muda, Kejantanan dan Kewanitaan. Mereka dipuja karena dapat memberi petunjuk pada kebahagiaan.
Di tempat sembahyang di ujung kanan ruang utama Kelenteng Damar Belitung Timur terdapat sebuah patung pria tua berkumis dan berjenggot hitam lebat, dugaan saya ini adalah patung Hok Tek Ceng Sin yang di bawahnya biasanya ada altar Dewa Macan Putih (Pai Fu Sen) dan Dewa Naga (Lung Sen).
Pandangan dekat pada tempat sembahyang bagi Hok Tek Ceng Sin dengan sebuah hiolo dari porselen di depannya. Dewa Bumi dipuju oleh petani dan pedagang untuk memperoleh berkahnya agar panen berlimpah dan dagangan laris manis.
Di kain sutera ini terdapat sulaman yang menggambarkan tiga orang pria, dua diantaranya dengan wajah mirip, seorang wanita, dua bocah dan seekor rusa. Ada pula sulaman bunga dan burung.
Pandangan dari pojok ruangan ke arah bagian dalam bangunan yang berada di sisi sebelah kanan kelenteng. Dugaan saya bagian merupakan gedung yang asli sebelum ada gedung di sebelahnya.
Pandangan pada sisi sebelah kanan Kelenteng Damar yang jika melihat simetrinya maka bagian ini merupakan bagian yang asli, atau setidaknya merupakan bagian utama kelenteng. Saat itu belum ada arca sepasang naga berebut mustika di atas atap kelenteng, mungkin sekarang sudah ada.
Tempat sembahyang dengan sebuah hiolo kecil namun elok yang diperuntukkan bagi pemujaan terhadap Dewa Langit. Bentuk beton penyangganya bisa dibilang tak lazim, karena umumnya yang saya lihat adalah berkaki tiga.
Altar sembahyang di halaman depan Kelenteng Damar yang satunya lagi, dengan hiolo yang tak sebaik yang ada di sebelahnya. Saat itu belum banyak patung dewa yang disimpan di dalam kelenteng dan belum banyak pula ornamen yang menghiasnya. Namun semakin makmur jemaatnya, biasanya semakin elok pula tempat ibadahnya.
Semua lampu-lampu kecil terlihat menyala di ruangan kelenteng ini, hanya kebetulan saja saat itu pengurusnya tidak ada, dan tampaknya belum waktunya orang untuk bersembahyang.
Pada sisi satunya lagi di ruang utama Kelenteng Damar Belitung Timur ini terdapat sebuah patung pria tua berkumis dan berjenggot hitam lebat, dugaan saya ini adalah patung Hok Tek Ceng Sin, dan di bawahnya biasanya ada altar Dewa Macan Putih (Pai Fu Sen) dan Dewa Naga (Lung Sen).
Tidak banyak patung dewa yang disimpan di Kelenteng Damar Belitung Timur ini, tidak banyak ornamen yang menghiasnya, tidak pula terlihat ada patung naga atau burung hong di puncak atap kelenteng, tidak ada juga patung naga di pintu depan, atau di bagian kelenteng lainnya. Bagaimana pun isi lebih penting ketimbang ornamen, dan kulit yang halus indah malah sering mengecoh.
Kelenteng Damar Belitung Timur
Alamat : Kecamatan Damar, Belitung Timur. Lokasi GPS : -2.77783, 108.20724, Waze. Tempat Wisata di Belitung Timur, Peta Wisata Belitung, Hotel di Belitung Timur, Hotel di Belitung.Diubah: Desember 09, 2024.Label: Bangka Belitung, Belitung Timur, Kelenteng, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.