Sebelumnya, setiba di Stasiun Kebumen saya membayar becak Rp.15.000 untuk ke Hotel Nillo, tempat saya menginap. Setelah meninggalkan barang di kamar, saya keluar, melambai becak yang mangkal di depan hotel dan menyepakati harga untuk memutari jalan di sekitaran kota.
Sayang sekali saya lupa tidak membawa kaca mata dan tutup kepala. Keduanya saya tinggal di dalam kamar, sehingga debu dan angin jalananan terasa cukup mengganggu pandangan mata ketika becak dengan atap terbuka yang saya tumpangi melaju di jalanan. Mau tak mau saya harus memicingkan mata ketika ada kendaraan lewat membawa angin debu.
Tampak muka Masjid Agung Kebumen dengan latar belakang pendar cahaya matahari yang sudah mulai turun rendah di belahan bumi bagian Barat karena saat itu sudah lewat jam 5 sore. Gerbang masjid terbuat dari pintu besi dorong yang jika menutup akan berbentuk bola dunia, diapit pilar beton tinggi dengan puncak berbentuk kubah kecil.
Kendaraan roda empat bisa parkir di pinggir jalan atau masuk ke halaman masjid, dengan petugas parkir berjaga di pintu gerbang. Keterbatasan lahan parkir, karena mahalnya harga tanah, membuat orang sering kerepotan ketika hendak shalat berjamaah pada hari Jumat atau saat hari raya.
Sejak pertama kali bangunannya didirikan oleh Kiai Haji Imanadi, Masjid Agung Kebumen telah mengalami sedikitnya lima kali pemugaran besar kecil. Pekerjaan pemugaran yang terbesar dilakukan pada tahun 2005, yaitu dimasa pemerintahan Rustriningsih sebagai bupati Kebumen. Semakin maju dan makmur sebuah daerah, umumnya semakin bagus pula bangunan tempat ibadahnya.
Menara tunggal masjid berada di sisi kiri dengan tangga besi ulir telanjang. Tak jelas apakah ada orang yang pernah naik ke puncak menara dengan menapaki satu persatu undakan ulir itu. Speaker yang mengarah ke empat penjuru mata angin berada di atas atap dek pengamatan, dan pada puncak terdapat tulisan Arab berbunyi "Allah".
Serambi Masjid Agung Kebumen ini ditopang pilar beton berlapis keramik. Pintu utama ke ruang dalam masjid diapit oleh jendela bercorak tradisional. Lampu gantung menghias tengah ruangan, dengan kipas angin berdaun tiga di kedua sisinya untuk membantu sirkulasi udara pada saat jemaah sedang banyak.
Saya sempat tertegun ketika ada seorang pria yang mengatakan bahwa jika saya datang lagi ke tempat ini maka bentuk masjid mungkin sudah berubah. Mudah-mudahan renovasi masjid tak mengganti atap tumpang dengan kubah. Pemerintah daerah mesti menghargai arsitektur budaya sendiri agar budaya Islam Indonesia tetap memiliki ciri khasnya.
KH Imanadi (1775-1850 M), pendiri Masjid Agung Kebumen, adalah putra Kiai Nurmadin bin Pangeran Abdurahman (Kiai Marbut Roworejo). Beliau ahli fikih dan hukum ketatanegaraan yang gigih membantu Pangeran Diponegoro dan karena itulah ia kemudian ditahan Belanda.
Ketika Aroeng Binang IV menjadi Adipati di Kebumen, KH Imanadi dikeluarkan dari penjara dan diangkat menjadi Penghulu Landraad pertama di Kebumen serta diberi hadiah tanah luas di barat Alun-alun Kebumen yang kini menjadi Dusun Kauman. Pada 1832 sebagian tanah itu diwakafkannya untuk pembangunan masjid, yang sekarang menjadi Masjid Agung Kebumen.
Tugas Penghulu Landraad di masa kolonial adalah memeriksa perselisihan antara suami istri yang beragama islam, mengadili perkara terkait nikah, talak, dan perceraian, memeriksa dan memutus perceraian dan menyatakan bahwa syarat jatuhnya talak telah memenuhi syarat, serta memeriksa dan memutus gugatan nafkah dan mas kawin yang belum dibayar serta hak-hak mantan istri.
Ruang utama Masjid Agung Kebumen bagian tengahnya ditopang oleh delapan soko guru atau tiang penyangga. Soko guru masjid itu pada awalnya dibuat dari empat batang pohon jati yang dibawa dari Ambal, sebuah wilayah yang berjarak sekitar 25 km dari Kebumen. Namun ada yang menyebutkan bahwa kayunya berasal dari hutan Buayan dan Petanahan di daerah selatan Kebumen.
Masjid Agung Kebumen memiliki dua buah bedug, satu besar berwarna hijau dan satunya lagi kecil berwarna biru laut. Keduanya diletakkan di dalam ruang serambi depan masjid. Serambi ini dibuat empat tahun setelah masjid didirikan oleh KH Imanadi. Meskipun wafat di Kauman, namun KH Imanadi dimakamkan di Pesucen, Desa Wonosari, Kecamatan Kebumen.
Sebuah papan bertulis menyebutkan bahwa bedug besar di serambi itu bernama Bedug Ijo Manung Sari, dibuat pada 15 Sya'ban 1422 H. Bedug yang dibuat dari kayu waru ini hanya dibunyikan setiap hari Jumat saja. Panjangnya 2,6 m, keliling 5 m, garis tengah 1,6 m, garis tengah bagian tengah 1,8 m, dan jumlah paku yang digunakan ada 108 buah.
Tak saya lihat apakah bedung yang kecil memiliki nama juga. Jika bedug besar dibunyikan seminggu sekali, maka bedug yang kecil itu mestinya dibunyikan setiap kali masuk waktu shalat, sebelum adzan, selain hari Jumat tentunya. Bangunan masjid ini terdiri dari teras dan bangunan utama bertingkat dengan atap limasan tumpang, khas masjid Jawa.
Masjid Agung Kebumen
Alamat : Jl Pahlawan No 197 Kebumen. Lokasi GPS : -7.6687387, 109.6506625, Waze. Hotel, Tempat Wisata, Peta, Transportasi.Diubah: Desember 30, 2019.Label: Jawa Tengah, Kebumen, Masjid, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.