Alhasil saya memilih untuk mengayun langkah dan masuk melewati gapura paduraksa dengan tulisan "PB" (Paku Buwono), dan di bawahnya lagi ada tulisan "X" (ke-10) atau PB X, dan di bawahnya lagi "Pemandian O....". Huruf setelah O telah terkelupas dan tak terbaca. Pada dinding tembok ada spanduk bertulis "Kagungan Ndalem Karaton Surakarta Hadiningrat". Di atas tulisan itu masih ada tulisan lain namun tak terbaca lagi. Kesan yang muncul adalah: tempat ini terbengkalai.
Meski ada tulisan pemandian di sana, karena tak melihat adanya jalan lain menuju ke Pesanggragan Langenharjo, saya tetap melangkahkan kaki masuk melewati gapura paduraksa itu. Berharap ada akses ke pesanggrahan dari sana. Belakangan saya ketahui bahwa pemandian ini masih bagian dari Pesanggrahan Langenharjo.
Di balik tembok terdapat halaman luas dimana ada beberapa patung binatang yang tak begitu mengesankan karena seperti dibuat ala kadarnya, sebuah pohon beringin besar, dan sebuah bangunan tua di ujung halaman. Di dalam bangunan itu ada enam kamar mandi, yang terlihat kumuh dan muram.
Penjaga pemandian saat itu sibuk memperbaiki pompa penyedot air dari sumur untuk dialirkan ke kamar-kamar mandi. Sementara beberapa orang gadis tengah duduk-duduk menunggu mengalirnya air. Konon air sumur itu bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit kulit karena mengandung belerang, dan hangat pula.
Setelah mengambil beberapa buah foto, saya pun pergi meninggalkan bangunan pemandian, dan ketika keluar lewat gapura barulah saya bertemu seorang ibu yang mengaku sebagai penjaga Pesanggrahan Langenharjo. Saya pun berjalan mengekor di belakang si ibu menuju ke pesanggrahan yang berada di sebelah kiri pemandian, melewati hutan jati muda tak subur.
Tempat pertama yang saya kunjungi di Pesanggrahan Langenharjo adalah pendopo depan yang disebut Prabasana, biasa digunakan untuk pertunjukan wayang, sarasehan, dan juga tirakatan. Meskipun pada foto terlihat masih lumayan cantik, sesungguhnya pendopo ini terlihat agak kurang terurus kebersihannya.
Jika saja lantainya diganti dengan keramik elegan, dan sokoguru serta struktur kayu konsentrik pada atap serta pintu-pintu semuanya diplitur, maka pendopo ini sudah akan terlihat jauh lebih elok dan anggun dibandingkan kondisi saat itu. Bisa dimaklumi bahwa diperlukan dana tak kecil untuk memperbaiki dan merawat aset budaya yang sangat luas ini.
Pada pendopo ini terdapat replika Kyai Rajamala di ujung dekat pintu, yang kembarannya sudah saya lihat di Museum Radyapustaka di Solo.
Dari Pendopo Prabasana, kuncen wanita yang bernama Mulyani itu membawa saya melihat ruangan-ruangan yang ada di Pesanggrahan Langenharjo seperti tempat tidur PB X, dan ruang PB IX dimana terdapat fotonya yang diapit dua ekor macan. Mulyani juga menunjukkan potongan-potongan kayu yang ia sebut sebagai Perahu Joko Tingkir yang diletakkan di sisi luar bangunan.
Tempat paling belakang di Pesanggrahan Langenharjo disebut Pendopo Pungkuran. Sebelum sampai ke area ini ada lorong pendek dimana di ujungnya terdapat Sumur Bandung, dan dimana terdapat air suci.
Di sebelah kiri Pendopo Pungkuran terdapat sebuah undakan yang tampaknya cukup tinggi untuk menuju sebuah tempat yang disebut sebagai Panggung Jonggring, tempat keramat yang konon menjadi ruang pertemuan dengan penguasa para lelembut, utamanya Nyai Roro Kidul. Hanya dengan seijin pihak keraton maka pengunjung bisa naik ke panggung itu.
Pesanggrahan Langenharjo dibuat oleh PB IX pada tahun 1870, dan kemudian dikembangkan dan diperbaiki oleh PB X, sehingga nama PB X terlihat di beberapa bagian kompleks pesanggrahan. Konon ketika PB IX tengah melakukan meditasi sambil kungkum di Kedung Ngelawu, sekitar 3 km di sebelah Selatan Pesanggrahan Langenharjo, ia mendapat wisik untuk membangun pesanggrahan ini.
Salah satu harapan saya ketika hendak berkunjung ke Pesanggrahan Langenharjo adalah untuk bisa melihat Sungai Bengawan Solo yang lokasinya ada di dekat pesanggrahan. Namun sayang harapan itu musnah ketika Mulyani mengatakan bahwa akses menuju ke tepian Bengawan Solo sudah rusak berat lantaran terlalu lama tak terurus.
Pesanggrahan Langenharjo Sukoharjo
Alamat : Desa Langenharjo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.61641, 110.81345, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Sukoharjo, Peta Wisata Sukoharjo.Sebuah tulisan berisi keterangan tentang pemandian di Pesanggrahan Langenharjo. Di sebelah kiri ditulis dalam bahasa Belanda, sedangkan di sebelah kanan dalam bahasa Indonesia. Tulisan sebelah kiri adalah (terjemahannya dibuat dengan bantuan Google Translate:
ONDERZOEK (penelitian) | |
---|---|
Helderhedid (kecerahan) | : negenoeg helder (cukup jelas) |
Kleur (warna) | : zeer zwak geel (kuning sangat lemah) |
Reuk (Bau) | : zoutig, leat a wrang (asin, sedikit masam) |
REACTIE (REAKSI) | |
Op Lakmus | : Neutral (Netral) |
Op phenolphtaleine | : niet alkalisch (bukan basa) |
Choor (broom, jood) | : met AgNO zwar neerslag (dengan AgNO endapan berat) |
Perro | : green reactie met rhodaan (reaksi hijau dengan rhodane) |
: reactie van a Gunning (positief ferricarbonaat) | |
: negatief | |
Nitraat en nitrite | : negatief |
H2S Gerbonden Koolsuur | : positief |
Yrii GO2 | : positief |
LABORATORIUM ONDERZOEK | |
Sulfaat | : negatief |
Phosfaat | : negatief |
CO2 (koolzuur) | : positief |
HCO (carbonaten) | : positief |
Hg (Kwik) | : positief |
Ca (Calcium) | : positief |
J (Joed) | : positief |
Beor (Borium) | : positief |
Al (aluminium) | : positief |
Li (Lithium) | : positief |
K (Kalium) | : positief |
As (Arsenicum) | : positief |
Zn (zink) | : positief |
Au (goud) | : positief |
Fe (ijzer) | : positief |
RANDBAAR GAS | |
Jinethaan gas | : positief |
Tulisan di sebelah kanan menyebutkan bahwa di halaman belakang Pesanggrahan ada sebuah Sumur Bor yang dibuat oleh Sri Paduka Sunan ke-IX oada tahun 1980. Airnya bisa dipakai untuk mengobati penyakit dan keadaan airnya sudah pernah diperiksa di laboratorium di Jakarta.
Tulisan itu menyebutkan bahwa dari keterangan dokter, air tersebut baik sekali untuk menyembuhkan orang yang menderita sakit rematik, merasa kurang tenang (kurang tidur), kurang kekuatan, penyakit kulit, dan sakit kotor. Ada pula anjuran bahwa tamu yang berobat lebih baik minum airnya 1 gelas. Tulisan itu dibuat pada bulan Juni 1967 oleh pengurus bernama RM Ng. Wiryohudiyono.
Penjaga pemandian sedang sibuk memperbaiki pompa penyedot air dari sumur untuk dialirkan ke kamar-kamar mandi.
Di dalam bangunan itu setidaknya ada enam kamar mandi, yang terlihat agak kumuh dan muram karena pengaturan pencahayaan yang tidak baik.
Beringin kurung yang terlihat sudah sangat tua usianya.
Jalan masuk ke pemandian Langenharjo yang terlihat sudah menua dan memerlukan perawatan serta perbaikan.
Canthik Perahu Rajamala adalah hiasan pada haluan perahu pesiar istana yang mengambil simbol tokoh pewayangan bernama Raden Rajamala, dibuat oleh putera mahkota pada masa Susuhunan Pakubuwono IV yang kemudian dinobatkan sebagai Pakubuwono V. Replika Kyai Rajamala ini dibuat oleh Ki Ageng Seto dari Desa Bulakan, dan digunakan sebagai kepala perahu PB X.
Tempat Tidur PB X yang saya ambil dari sela-sela jendela lantaran tidak diperbolehkan masuk. Mulyani mengatakan bahwa tempat ini pernah dijadikan lokasi uji nyali sebuah stasiun televisi, dan ada penampakan macan putih.
Ruang PB IX ini kosong, tak ada tempat tidur, dan hanya diisi oleh foto PB IX yang diapit oleh sepasang patung harimau.
Serakan kayu dan bambu ini menurut Mulyani adalah sisa-sisa dari Perahu Joko Tingkir. Bukan yang asli tentu, namun sebuah perahu yang pernah dibuat untuk napak tilas perjalanan Joko Tingkir.
Sebuah lorong pendek dimana di ujungnya terdapat sebuah lubang yang Mulyani sebut sebagai Sumur Bandung, konon tempat air suci. Mulyani bercerita bahwa di tempat ini sering terdengar suara macan di sekitar jam 3 sore, biasanya di Hari Kamis atau Selasa Kliwon.
Tempat paling belakang di Pesanggrahan Langenharjo yang saya kunjungi ini merupakan pendopo yang disebut Pendopo Pungkuran, dimana terdapat tempat duduk PB X. Di sebelah kanan, menempel pada dinding, terdapat foto Kanjeng Gusti Pangeran Kusumoyudo, adik PB XIII nomor empat yang semasa hidupnya bertugas memberi gelar. Ia meninggal sebelum menikah, namun memiliki selir dan sudah berputra.
Sebuah kamar dengan tempat tidur besi yang dikerudungi kelambu putih ini disebut oleh Mulyani sebagai Kamar PB XI.
Mulyani tengah ndeprok di sisi undakan untuk menuju ke Panggung Jonggring yang konon menjadi tempat pertemuan dengan para lelembut, utamanya Nyai Roro Kidul. Hanya dengan seijin keraton pengunjung bisa naik ke panggung itu.
Panggung Jonggring dilihat dari luar, lantaran pengunjung tidak diperbolehkan naik ke panggung ini kecuali mendapat ijin langsung dari keraton.
Pohon beringin yang berada di halaman pemandian Langenharjo dilihat dari samping Panggung Jonggring. Petugas pemandian belakangan menyusul saya di pesanggrahan, dan atas saran Mulyani saya pun memberikan uang kepada petugas itu meski hanya sekadar mampir di tempat mandi yang tak mengesankan saya itu.
Diubah: Desember 18, 2024.
Label: Jawa Tengah, Pesanggrahan, Sukoharjo, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.