Abing Patrick dan Persada Dewi, telah berbaik hati menyediakan sebuah Kijang Innova agar kami bisa pergi berkeliling mengagumi keindahan alam Pulau Bangka, yang sejak lama dikenal sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia, selain Kaolin.
Setelah menikmati sarapan siang dengan makanan lezat ala Bangka di rumah Persada, dua belas orang yang datang lebih awal ke acara itu berangkat dari kota Pangkalpinang dengan dua buah mobil menuju ke arah Pantai Parai Tenggiri Sungailiat. Pangkalpinang adalah ibukota Bangka-Belitung, propinsi ke-31 dari 33 propinsi di Indonesia.
Permukaan jalan aspal di sepanjang perjalanan bisa dibilang cukup mulus, dan kami melewati dua buah sungai lebar dengan pepohonan bakau lebat di sepanjang tepinya. Dibutuhkan waktu sekitar 50 menit untuk sampai di Parai Beach Resort & Spa, sebuah hotel bintang-4 yang dimiliki oleh El John Group, dimana Pantai Parai berada.
Batu-batu besar putih abu-abu yang berserakan di sepanjang Pantai Parai Sungailiat Bangka, dikelilingi air laut jernih, hamparan pasir putih bersih, dan angin sepoi lembut, menjadi kombinasi keindahan alam sempurna yang bisa dinikmati pejalan di Pantai Parai.
Kami masuk ke pantai melalui jalan samping, bukan dari dalam hotel, namun pemandangan indah Pantai Parai sudah bisa dilihat dari sekitar bagian depan hotel. Keberadaan pohon nyiur yang tinggi di tepian Pantai Parai juga menambah keasrian pemandangan di pantai ini.
Menurut beberapa teman, pemandangan di Pantai Parai Bangka akan lebih indah lagi ketika air sedang surut, sehingga bebatuan akan terlihat lebih menonjol di atas permukaan air laut. Tidak heran jika Pantai Parai telah menjadi salah satu obyek wisata yang paling populer di Pulau Bangka, meskipun Bangka memiliki banyak pantai indah lain di sepanjang tepiannya.
Berjalan santai di sepanjang garis Pantai Parai Bangka dengan menapaki pasir putih yang halus lembut ditingkah bunyi desau angin dan suara kecipak air sungguh menjadi momen yang menyenangkan, menenangkan dan menyegarkan jiwa.
Posisi air laut terlihat cukup tinggi ketika kami berada di sana, namun masih tersedia ruang yang lumayan lebar untuk kami bisa berjalan di sepanjang bibir Pantai Parai mendekati batu-batuan besar yang sangat elok itu.
Adalah menarik untuk mengetahui bagaimana alam bisa mengatur secara indah keberadaan batu-batu besar di tempat mereka yang sekarang ini. Hanya saja keindahan alam sering tercipta setelah sebuah bencana alam dahsyat yang terjadi ratusan atau ribuan tahun yang lalu. Kehidupan dan kesejahteraan manusia pun kadang juga melewati masa-masa seperti itu.
Dua buah gundukan batu besar berwarna putih kecoklatan dengan retakan garis yang elok terlihat berada pada posisi agak jauh dari pantai. Namun demikian ada sejumlah tumbuhan perdu yang mampu bertahan hidup diantara bebatuan. Tak jelas apakah di musim kemarau yang panjang tumbuhan itu masih tetap bisa hidup.
Air jernih, pasir putih, diantara batu-batu besar berwarna kombinasi putih kekuningan dan kelabu menjadi pemandangan menarik untuk dinikmati di Pantai Parai.
Pemandangan indah dari sekitar halaman hotel ke arah Pantai Parai, dengan pohon nyiur tinggi melambai dan batu-batu besar yang menyembul di atas permukaan air.
Di beberapa tempat, batuan besar itu sambung menyambung dari tepian Pantai Parai hingga beberapa puluh meter ke dalam laut, sehingga pengunjung bisa berjalan dengan aman di atasnya untuk narsis atau sekadar menikmati suasana.
Adanya serakan batuan indah di tepi Pantai Parai membuat permukaan air laut tampak sangat tenang. Tidak ada ombak yang datang bergulung atau pun riak gelombang putih yang pecah di pinggiran pantai.
Permukaan air laut saat itu relatif agak tinggi karena sedang pasang namun sudah cukup untuk memperlihatkan keindahan batuan putih kekuningan yang tersebar hampir di seluruh bagian pantai.
Tanggul penahan gelombang alam bukan hanya batuan putih yang hanya puncaknya saja yang terlihat namun juga posisi pantai yang terlindung dengan adanya tanjung dan pegunungan membuat air laut di Pantai Parai terlihat tenang.
Salah satu bagian Pantai Parai yang menjorok ke laut dan belakangan di atas batu-batu itu ada beberapa orang yang berdiri di sana untuk menikmati panorama laut.
Dengan adanya batuan besar yang terhubung membuat pengunjung bisa berjalan kaki sampai ke ujung deret batu besar yang jaraknya lumayan jauh dari tepian Pantai Parai.
Berfoto di atas batuan besar menjadi salah satu hal menarik yang bisa dilakukan pengunjung. Jika saja punya waktu cukup mungkin akan menyenangkan untuk berenang-renang dipantai layaknya di kolam alam besar.
Tampaknya cukup menyenangkan berjalan sendirian dengan kaki telanjang di tepian Pantai Parai yang airnya dangkal dan tenang serta berpasir halus.
Beberapa teman masih asik dengan bergaya narsis di atas batu-batuan besar yang permukaannya kasar dan tidak licin, sehingga aman tanpa takut tergelincir.
Tempat saya mengambil foto ini cukup jauh, di atas sebuah batu yang sangat besar. Belakangan saya berjalan kaki ke dekat batu besar yang di ujung sana itu.
Berjalan menuju ke ujung batu yang menjorok ke laut untuk mendapatkan lokasi memotret yang terbaik. Meskipun tidak licin namun baiknya pengunjung berjalan dengan bertelanjang kaki.
Batuan ini merupakan salah satu batuan yang paling sedap dipandang mata, karena adanya tumbuhan perdu yang hidup di sana, yang jarang ada di permukaan batuan lainnya.
Perbukitan berwarna kebiruan di belakang sana memberi latar yang bagus bagi panorama di Pantai Parai Tenggiri Sungailiat ini.
Perpaduan yang indah antara perbukitan dan langit yang kebiruan, air laut kehijauan yang tenang, serta bebatuan besar yang berwarna putih hitam kecoklatan.
Pemandangan pada pinggiran pantai yang tak begitu lebar dengan gerumbul pepohonan lebat di belakangnya. Tak banyak pohon cemara laut di tepi Panta Parai ini.
Wanita tak pernah habis gaya jika berniat narsis. Begitulah gaya ribut teman-teman ketika dipotret. Jarak dimana saya berdiri cukup jauh, dan foto ini diambil dengan lensa tele 200mm.
Pose pada batuan raksasa dengan gaya menggoda. Begitulah hebohnya teman yang satu ini.
Sesaat setelah mengambil foto ini saya beranjak pergi dari lokasi di atas sebuah batu sangat besar, dan melangkahkan kaki menuju ke arah kelompok batu di ujung sana.
Berjalan di atas pasir lembut dan tepian pantai yang landai dangkal. Sebuah rumah kayu di pinggir hutan tampaknya merupakan tempat yang enak dan nyaman untuk bersembunyi dari keramaian.
Pantai Parai dari belakang pohon perdu dengan latar belakang perbukitan kebiruan. Meskipun tak ada tempat duduk namun batu-batu besar itu sangat nyaman untuk duduk dan bahkan beberapa bisa digunakan untuk berbaring.
Jika saja banyak ikan di Pantai Parai ini maka batu-batu besar itu akan menjadi tempat yang nyaman untuk menunggu tali pancing disambar ikan.
Susunan batu besar Pantai Parai yang mempesona. Entah peristiwa alam seperti apa yang membawa batu-batu besar itu hingga sampai ke tempat ini.
Batu berbentuk unik yang sebelumnya saya lihat dari kejauhan kini ada pada jarak yang sangat dekat. Di latar belakang entah bagaimana tumbuhan itu bisa hidup denga air asin yang merendam akarnya.
Sudut pandang dengan latar pegunungan di belakang sana, sementara di bagian depan adalah susunan batu yang meskipun tidak dalam posisi beraturan namun tetap terlihat indah.
Bentuk batu di latar depan ini terlihat agak berbeda dengan batu-batu lainnya, atau mungkin hanya karena melihatnya dari jarak dekat saja. Batu sebesar dan sebanyak ini memang belum pernah saya temui di pantai-pantai di Jawa dan Bali.
Meskipun permukaan air laut sudah cukup tinggi, namun masih ada lintasan yang bisa menjangkau batuan itu tanpa terendam air laut. Bawah batuan yang terendam air laut mungkin menjadi tempat menyenangkan bagi ikan-ikan.
Meskipun kebanyakan batuan besar itu cukup ramah untuk ditapaki, namun ada juga yang berbentuk lancip seperti kedua batu di tengah pada foto, yang akan sulit buat orang untuk berdiri atau duduk di atasnya.
Seberapa pun lemahnya gelombang laut di Pantai Parai karena telah tertahan dan pecah terkena tembok batu alam namun masih terlihat air laut bergerak merayapi pasir pantai.
Batuan besar berbentuk khas itu ternyata bersambung memanjang dengan batu lainnya, dan diantara keduanya ada sebuah batu lebih kecil dan ramping. Busa putih dari riak gelombang laut terlihat di bibir pantai.
Jika saja saya bisa mendekati pohon perdu yang ada di atas bebatuan itu mungkin akan menarik untuk mengetahui jenisnya. Jika bukan air laut maka burung-burunglah yang membawa biji pohon itu sehingga bisa tumbuh di sana.
Teman-teman rupanya sudah sampai di ujung sana. Mereka masuk dari dalam hotel. Memang belakangan kami semua masuk ke dalam hotel untuk istirahat sejenak dan makan siang di restorannya.
Batu-batuan besar yang terserak di Pantai dilihat dari sela-sela dahan Cemara Laut.
Pemandangan ke arah batuan memanjang yang berada agak jauh dari tepian pantai dengan dahan cemara laut di latar depan.
Masih pada susunan batu yang sama dengan sudut pandang yang sedikit berbeda. Jika diperhatikan dengan baik, sayangnya ada sejumlah sampah botol yang terdampar di pinggir pantai. Kesadaran pengunjung untuk menjaga kebersihan masih perlu ditingkatkan.
Jenis pohon yang tumbuh di atas batuan itu mirip dengan pohon yang tumbuh di darat di dekatnya. Melihat batangnya yang sudah cukup besar, pohon itu sudah lama berada di sana dan selamat dari ketiadaan air tawar di musim kemarau.
Seorang pria tengah menjinjing peralatan snorkeling sementara si wanita sudah mengenakan di kepalanya. Sebuah perahu motor tampak di latar depan.
Area ini merupakan bagian dari hotel dengan semacam laguna di dalamnya, tempat sebuah perahu motor cepat itu ditambat. Deret lampu penerang di sana mungkin akan terlihat elok jika malam telah turun.
Sebuah pendopo cukup besar terlihat masih kurang tinggi dibandingan dengan batu yang ada di belakangnya. Sungguh luar biasa.
Dua pohon nyiur tinggi yang letaknya berdekatan seperti kakak adik mempermanis pemandangan pada gundukan batu dengan retakan di sana-sini seolah dijatuhkan dari langit.
Sebagian bangunan hotel di latar belakang dengan perahu motor yang nangkring di atas papan beroda tengah diparkir di atas pasir. Sementara di sebelah kiri ada dua buah fiberglass yang jika dipakai akan ditarik oleh perahu motor itu untuk meluncur di atas permukaan air laut.
Deretan lampu-lampu di sana rupanya berada di sebelah kiri kanan dermaga yang bersambung ke jalanan setapak di ujung halaman hotel. Sementara di latar depan adalah laguna yang berbentuk seperti kantung.
Keindahan air laut yang jernih serta bebatuan putih kelabu di pantai dilengkapi dengan pemandangan pegunungan yang berwarana kebiruan sebagai latar belakang. Di Pantai Parai Bangka boleh dikatakan banyak sekali memiliki titik yang menarik dengan sudut pandang yang berbeda-beda.
Garis pantai memang tidak lurus, beberapa membentuk tanjung yang menjorok ke arah laut. Komposisi dan besar kecilnya batu yang sebagian terhubung sampai ke pantai juga bermacam-macam.
Dibutuhkan waktu sekitar 50 menit untuk terbang dari bandara Soekarno-Hatta Jakarta ke bandara Depati Amir Pangkalpinang, dengan lebih dari enam penerbangan sehari, termasuk Garuda, Sriwijaya dan Batavia Air. Taksi tersedia di bandara Depati Amir, dan mobil sewa termasuk supirnya juga tersedia dengan harga sewa yang cukup wajar. Di dekat pantai ini ada pula Pantai Matras yang juga indah.
Panta Parai Sungailiat Bangka
Alamat : Sungailiat, Pulau Bangka, 30 km di sebelah utara kota Pangkal Pinang. Lokasi GPS : -1.804957, 106.128107, Waze. Hotel di Sungaliat, Peta, Hotel di Bangka . Tempat Wisata di Bangka. Diubah: Desember 10, 2024.Label: Bangka, Bangka Belitung, Pantai, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.