Kota Banyumas sangat dekat dengan Kali Serayu. Pusat pemerintahannya 500 m dari sungai, sehingga dulu sering banjir karena luapan Kali Serayu di musim hujan. Karena itulah ibukota pemerintahan dipindahkan ke Purwokerto yang berkembang jauh lebih pesat dari Banyumas.
Kunjungan ke Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas ini terjadi pada 12 September 2012. Ketika menulis kelenteng inilah saya baru tahu bahwa bangunan tua ini telah habis terbakar pada dinihari 24 Oktober 2012. Beruntung cukup banyak foto yang saya ambil sehingga bisa memberi gambaran kecantikan Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas sebelum terbakar. Kunjungan kedua ke kelenteng ini terjadi pada 2015, saat renovasi kelenteng mendekati tahap akhir.
Gerbang depan Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas yang baru, terlihat jauh lebih indah memang dibanding gerbang yang lama. Sebuah keniscayaan, oleh sebab kekuatan finansial pengurus dan donaturnya ketika gerbang lama dibangun belum sekuat seperti saat sekarang ini, meskipun korelasinya tidak selalu linear. Di halaman kelenteng ada bangunan baru berbentuk pagoda tiga tingkat yang diapit oleh tempat pembakaran kertas sembahyang (kim lo). Keempat tiang pagoda itu dililit oleh patung naga yang indah, sedangkan mengelilingi bagian bawahnya adalah relief naga dalam berbagai posisi.
Material bangunan saat itu masih tergeletak di sana-sini, menandai bahwa pekerjaan renovasi masih berlangsung. Oleh sebab itu kami tidak masuk ke dalam kelenteng, karena perbaikan di ruangan bagian dalam pun masih berlangsung, agar tidak mengganggu para tukang yang sedang bekerja. Lazimnya pekerjaan pembangunan kembali kelenteng seperti ini sering melibatkan ahli yang didatangkan dari Tiongkok.
Di belakang kelenteng, agak jauh di sebelah kanan, ada Aula Gedung Tri Darma yang terasnya ditopang enam pilar berlilit naga, dijaga Ciok Say (singa) jantan dan betina. Di tengah risplang terdapat relief pria dan wanita yang duduk di punggung burung hong. Di belakangnya ada relief naga, burung, bangau, Ciok Say, kijang, dan ikan berkepala naga. Mengapit pintu lantai dua adalah lukisan besar seekor burung hong dan naga yang saling berhadapan.
Decyca (R.I.P) berdiri di depan pintu gerbang Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas yang baru setelah dilakukan renovasi. Kesan megah dengan ragam hias yang dibuat lebih elok dan mewah terlihat di setiap bagian depan bangunan kelenteng yang baru ini. Sayangnya kami belum bisa masuk ke bagian dalam kelenteng lantaran pekerjaan renovasi masih tengah berlangsung saat itu.
Saat pertama kali datang ke Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas, di sebelah kanan bangunan utama ada sebuah aula terbuka yang berbentuk memanjang sejajar dengan bangunan kelenteng. Di dalamnya ada sejumlah lukisan klasik berukuran besar yang sangat indah menempel pada dindingnya, dan langit-langitnya pun dihias bermacam ornamen. Entah bagaimana nasib lukisan itu.
Altar Thian Kong berada tepat di depan bangunan utama kelenteng. Lalu ada patung kuda terbang di atas bola dunia, sepasang kimlo (tempat pembakaran uang kertas untuk dikirim ke arwah nenek moyang), dan sepasang naga berebut mustika bertengger di atas atapnya. Tak saya perhatikan benar apakah aula ini masih ada atau tidak.
Ada penampakan ruangan Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas sebelum terbakar pada altar Lok Sing Kun (Dewa Kebahagiaan), Hok Sing Kun (Dewa Rejeki), dan Siu Sing Kun (Dewa Panjang Umur). Lukisan beberapa ekor macan dan lukisan ketiga dewa itu juga terlihat menempel pada dinding depan altar ini. Ada pula Altar Dewi Kwan Im dengan rupang indah besar dan kecil yang tidak bisa diselamatkan dari amukan api.
Bagian muka Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas sebelum terbakar tampaknya lebih besar dari Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang. Bangunan asli diperkirakan dibangun sekitar tahun 1826. Sebelum dipakai sebagai tempat ibadah Tri Dharma, tempat ini sempat digunakan sebagai gedung Sekolah Dwi Tunggal, SMP Negeri 1 Banyumas, dan SD Kristen Banyumas, sebelum baru digunakan sebagai kelenteng sejak 1960.
Pada Altar Tiga Nabi terdapat rupang Konghucu, Bi Lek Hud (Mi Le Fo, Buddha Gendut yang Gembira), dan Lao Tzu. Lambang Konghucu (Genta Rohani), Buddha, dan lambang Tao (Yin-Yang) terlihat pada sisi depan altar. Ada pula sebuah foto kuno, panduan Etika Sembahyang, dan sebuah papan berisi ajakan kerukunan beragama di sebelah kiri belakang, yang semuanya sepertinya telah musnah.
Ada sepasang patung naga yang sangat indah di altar Hok Tek Tjeng Sin (Dewa Bumi) Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas, sebelum terbakar. Di kolongnya adalah altar Lao Hu Shen (Dewa Macan). Di sekitar meja altar ini terdapat deretan lilin berukuran ratusan kati. Di dalam kelenteng, nyala api lilin memang tidak boleh mati, dan ini merupakan salah satu biang seringnya terjadinya kebakaran. Altar Lung Sen (Dewa Naga) dulu juga ada, serta altar Mbah Kuntjung dengan relief tiga bilah keris pada joli, dan dua keris telanjang pada dinding.
Pembangunan kembali kelenteng setelah terbakar itu diperkirakan membutuhkan biaya hingga empat setengah milyar rupiah, mungkin pula lebih. Dengan biaya pembangunan sebesar itu maka bangunan dan isi kelenteng yang baru memang mestinya akan jauh lebih cantik dan artistik ketimbang yang saya tangkap pada foto-foto yang saya buat pada saat datang pertama kali ke sana.
Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas
Alamat : Jl. Pungkuran, Belakang Pasar, Banyumas. Lokasi GPS : -7.510399, 109.293988, Waze. Hotel di Purwokerto, Hotel di Baturraden, Tempat Wisata di Banyumas, Tempat Wisata Kuliner Banyumas, Peta Wisata Banyumas.Tampak muka Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas sebelum terbakar. Bangunan asli diperkirakan dibangun sekitar tahun 1826. Sebelum dipakai sebagai tempat ibadah Tri Dharma, bangunan ini sempat digunakan sebagai gedung Sekolah Dwi Tunggal, SMP Negeri 1 Banyumas, dan SD Kristen Banyumas, sebelum baru digunakan sebagai kelenteng sejak 1960.
Penampakan ruangan Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas sebelum terbakar pada altar Lok Sing Kun (Dewa Kebahagiaan), Hok Sing Kun (Dewa Rejeki), dan Siu Sing Kun (Dewa Panjang Umur). Lukisan beberapa ekor macan dan lukisan ketiga dewa itu juga terlihat menempel pada dinding depan altar ini. Ada pula Altar Dewi Kwan Im dengan rupang indah besar dan kecil yang tidak bisa diselamatkan dari amukan api.
Semacam prasasti indah berukir naga di depan Gedung Tri Darma Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas. Gedung ini tampaknya selamat dari amukan api, karena terletak cukup jauh dari bangunan utama kelenteng.
Ornamen naga keemasan yang diukir halus dan indah pada lubang hawa di dinding depan gedung Tridarma Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas. Diantara kepala naga terdapat sebuah mustika yang sedang mereka perebutkan.
Sebuah aula terbuka terletak persis di sisi kiri Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas. Lukisan klasik yang besar dan indah tampak pada dinding aula, sementara langit-langitnya juga dihias dengan bermacam ornamen. Mudah-mudahan aula yang cantik ini juga selamat dari amukan api.
Sejumlah lukisan klasik bergaya oriental yang dipasang pada dinding aula samping Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas. Biasanya setiap lukisan berisi sebuah penggalan kisah, yang berisi pesan moral atau filosofi kehidupan yang bermakna dalam.
Selain lukisan klasik yang memnuhi dinding aula samping, pada blandar juga terdapat relief ukiran serta lukisan pemandangan, serta kisah kehidupan. Secara keseluruhan aula ini terlihat sangat cantik dan artistik.
Altar Thian Kong (Dewa Langit) berada terpisah, tepat di depan kelenteng. Lalu ada patung kuda terbang di atas bola dunia, sepasang pagoda tempat pembakaran kertas sembahyang (Kimlo), dan di atas atap terdapat pula sepasang naga berebut mustika matahari. Ini adalah Altar Thian Kong lama yang bertingkat dua, sedangkan yang baru bertingkat tiga.
Teras depan Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas dengan ukiran naga pada pilar kayunya. Pada dinding terdapat tulisan “Sanghyang Adhi Buddhaya”, lalu di bawahnya ada tulisan ‘Rumah Ibadah “Tri Dharma” Boen Tek Bio Banyumas’. Pada altar adalah kertas sembahyang untuk dibakar yang diletakkan di dalam sebuah bakul.
Deretan lampion dengan ukuran, bentuk, dan ornamen sama yang menggantung di langit-langit depan Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas. Dari teras depan, saya melangkah masuk ke dalam ruangan utama Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas yang lumayan luas. Semua patung di tempat ini yang akan Anda lihat pada foto di bawah dikabarkan telah ludas terbakar.
Altar Hok Tek Ceng Sin yang diapit oleh arca sepasang naga yang terlihat sangat indah. Membayangkan bahwa altar seindah ini telah habis terbakar tentu sangat meyedihkan hati. Hok Tek Ceng Sin, atau Dewa Bumi, hampir selalu ada di setiap kelenteng, karena kepadanyalah umat memohon rejeki yang melimpah dalam kehidupan.
Altar Kwan Kong Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas. Di sebelah kiri tertera tulisan Tjao Yang Ciang Kun (Ciu Chong), pengawal setia Kwan Kong, dan yang di sebelah kanan adalah Koan Phing, anak angkatnya.
Sebuah joli berhias ukiran naga tampak diletakkan merapa pada dinding tembok. Joli seperti ini biasanya dibawa pada saat berlangsung arak-arakan.
Sepasang patung naga yang sangat indah di altar Hok Tek Tjeng Sin (Dewa Bumi) Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas. Di kolongnya adalah altar untuk pemujaan Lao Hu Shen (Dewa Macan).
Altar Dewa Kebahagiaan, Dewa Rejeki, dan Dewa Panjang Umur dilihat dari depan. Lukisan beberapa ekor macan dan lukisan ketiga dewa juga ada pada dinding depan altar ini.
Melihat altar Hok Tek Tjeng Sin dari sisi lain akan tampak deretan lilin berukuran sedang di sisi kanannya. Di dalam kelenteng, nyala api lilin memang tidak boleh mati.
Altar Lung Sen (Dewa Naga) juga ada. Agak tidak lazim, karena altar dewa binatang biasanya diletakkan di bawah, di dalam kolong, sebagaimana altar Dewa Macan.
Altar Mbah Kuntjung di Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas. Tidak ada rupang di altar ini. Hanya ada relief tiga bilah keris pada joli, dan dua bilah keris telanjang pada dinding depan altar. Altar Mbah Kuntjung merupakan wujud penghormatan kepada leluhur setempat.
Altar Tiga Nabi: Konghucu, Bi Lek Hud (Mi Le Fo, Buddha Gendut yang Gembira), dan Lao Tzu di Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas. Lambang Konghucu (Genta Rohani), Buddha, dan lambang Tao (Yin-Yang) terlihat pada sisi depan altar.
Meja marmar dengan latar belakang altar-altar yang cantik artistik, khas Tiongkok. Pada meja altar terdapat deretan air mineral dalam botol plastik dalam dua kelompok: bagian depan yang jumlahnya lebih sedikit sudah bisa diambil, dan bagian belakang masih belum bisa, mungkin karena belum dipakai untuk bersembahyang.
Ada pula sebuah foto kuno, panduan Etika Sembahyang, dan sebuah papan berisi ajakan kerukunan beragama di sebelah kiri belakang.
Meja marmar persegi enam di sisi kanan bangunan utama kelenteng, dengan tulisan pada kayu “Lao Tjian Pwee (Leluhur)” di depan hiolo.
Altar Thian Kong (Dewa Langit) dilihat dari arah dalam, atau dengan memunggungi kelentang. Tiga buah cawan kecil tampak berjajar di depan hiolo besar dengan relief kepala naga yang tampak memandang bengis.
Sepasang Ciok Say (singa batu penjaga pintu masuk kelenteng dan penolak roh jahat) tampak menjaga di depan bangunan utama Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas.
Tengara di halaman sayap kiri depan hKelenteng Boen Tek Bio Banyumas yang disangga oleh seekor kura-kura besar, perlambang usia panjang.
Gerbang bagian belakang Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas yang berbentuk bulatan dengan lukisan relief burung bangau di sebelah kiri dan seekor kijang di sisi kanan. Namun alih-alih belok ke kanan masuk ke dalam kelenteng, saya meneruskan langkah menuju gedung besar yang semula saya kira merupakan bangunan utama kelenteng ini.
Gedung Tri Darma Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas yang terasnya ditopang enam pilar berlilit naga yang sangat cantik. Sepasang Ciok Say (singa) jantan dan betina menjaga di depan gedung. Pada tengah risplang di atas pilar terdapat lukisan relief seorang pria dan wanita yang masing-masing duduk di punggung burung hong cantik yang saling berhadapan.
Pandangan lainnya pada bangunan Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas yang lama. Ada banyak perubahan pada bangunan yang baru, dari mulai genteng yang lebih modern dan kuat, ornamen wuwungan pelana yang lebih baik, pagoda dewa langit susun tiga dengan lilitan naga, serta Kim Lo yang berbeda di bagian bawahnya.
Inilah altar dewa langit yang baru, berbentuk pat kwa beratap susun tiga dengan lilitan naga di keempat pilarnya, serta ornamen naga di bagian bawahnya. Sepasang Ciok say tampak mengapit di sisi kiri kanan pagoda, serta Kim Lo yang bentuknya mirip dengan yang lama hanya berbeda di bagian bawahnya.
Ciok say jantan, dan Kim Lo di dekatnya. Batang-batang bambu masih bertengger di sana sini menandai belum selesainya pekerjaan renovasi yang memakan biaya cukup besar ini. Genteng juga belum sepenuhnya selesai dipasang. Keindahan sebuah tempat ibadah sering berhubungan langsung dengan tingkat kemakmuran dari jemaatnya.
Diubah: Desember 19, 2024.
Label: Banyumas, Jawa Tengah, Kelenteng, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.