Mengesankan karena saya melihat dua lajur pipa beton besar panjang yang mengingatkan saya pada "Siphon Bandjar - Tjahjana Waterwerken" dengan konstruksi menggetarkan hati. Sayang siphon itu lenyap, terendam Waduk Mrica Banjarnegara, yang juga menghancurkan Gunung Tampomas.
Perjalanan kaki Kolam Tando PLTA Ketenger Baturraden bermula di Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, dengan diantar Tri. Perjalanan yang cukup jauh dengan jalur memanjang di tengah panorama alam pegunungan indah ini membuat kunjungan meninggalkan kesan yang mendalam.
Tengara yang dibuat Indonesia Power memberi informasi bahwa nama resmi instalasi ini adalah Kolam Tando Harian (KTH) PLTA Ketenger. Lalu ada data teknis, yaitu Volume Efektif 20.000 m3, Volume KTH 12.800 m3, Luas Permukaan 3.536 m2, Elevasi Tertinggi 658.00 m, Elevasi Terendah 655.00 m, Elevasi Dasar KTH 650.00 m, dan dibangun pada 1938.
Tri dengan gembolan tas kamera, yang biasa saya bawa sendiri jika ketemu supir yang tak mau jalan, atau tak ada teman jalan yang mau menggembolnya. Ada masanya ketika tas itu berisi dua kamera, lensa tele 200 mm dan extendernya, lensa standar 24-70 mm, lensa wide-angle 14 mm, dan lensa macro, ditambah batere cadangan, charger, dan pembersih lensa. Entah berapa kg beratnya.
Belakangan sudah mulai agak segan membawa gembolan dan beralih menggunakan point and shoot camera, yang meskipun memiliki keterbatasan, namun hasil fotonya masih sangat baik. Setelah berjalan kaki melewati sejumlah undakan dan melewati perkampungan penduduk Kalipagu sampailah kami pada jalur pipa beton yang berawal di Kolam Tando PLTA Ketenger Baturraden, dan lalu melangkah ke kanan. Jalur yang saya lalui adalah lintasan pedagang Dusun Kalipagu yang berjualan penganan dan minuman di Pancuran Pitu Baturraden, dan jalur pejalan yang ingin treking ke sana. Bonusnya bisa melihat Kolam Tando PLTA Ketenger Baturraden dan pemandangan alam pegunungan yang indah dan sejuk di mata orang kota yang biasa melihat hutan beton.
Sesudah berjalan puluhan langkah dan berbalik badan terlihat Surge Tank yang ada di dekat Curug Bayan Kalipagu. Surge Tank menjadi pengaman aliran air dari Kolam Tando PLTA Ketenger, mengurangi "water hammer" yang bisa membuat pipa pecah, menampung air saat beban mendadak turun, memasok air saat pembebanan mendadak, dan fungsi lainnya.
Pipa beton yang sangat panjang itu berujung pada turbin pembangkit listrik di PLTA Ketenger. Sudut pandang ini memunggungi arah jalan yang kami akan lalui, dan jalan tanah pada foto yang masuk ke sebelah kiri adalah jalan darimana kami datang. Meskipun tongkrongannya tidak semengesankan seperti saat melihat Siphon Bandjar - Tjahjana yang mengalirkan air Sungai Serayu dari dataran rendah ke yang lebih tinggi, namun melihat bentuk seperti ini sudah cukup menghibur.
Setelah beberapa saat berjalan kaki menuju arah ke Kolam Tando PLTA Ketenger, pipa beton itu tak lagi ada berada di permukaan tanah namun dikubur di bawah tanah. Entah lebih baik yang mana dari sisi ketahanan pipanya, apakah terpapar panas, dingin dan hujan di permukaan, atau lembab dan hidup bersama jasad renik di dalam tanah.
Dari atas gundukan bukit yang dicapai dengan mendaki puluhan anak tangga, saya ambil fotonya lintasan elok yang masih harus kami lewati untuk mencapai Kolam Tando PLTA Ketenger yang berada di ujung sana. Membutuhkan waktu sekitar 19 menit berjalan kaki menapaki lintasan dari titik ini sampai ke tepi Kolam Tando PLTA Ketenger Baturraden.
Jarak tempuh dengan berjalan kaki yang masih cukup ramah bahkan bagi orang yang sudah mulai berumur sekalipun, apalagi lintasan jalannya yang relatif datar, hanya ada beberapa bagian yang menanjak namun tidak begitu curam. Ini adalah cara yang sehat untuk berkunjung, apalagi dengan udara pegunungan yang relatif sejuk dan segar.
Ujung Kolam Tando PLTA Ketenger adalah yang pertama saya lihat ketika sampai, fotonya diambil dari balik pagar jeruji besi yang mengelilingi kolam. Sebenarnya bisa masuk dari sini, namun saya kira digembok karena ada peringatan yang ditulis dengan huruf besar. Belakangan ketika meninggalkan tempat ini baru saya ketahui bahwa pintu itu hanya diselot.
Lewat samping kami berjalan ke area belakang Kolam Tando PLTA Ketenger. Di sana ada jembatan yang berfungsi sebagai penyangga saluran yang memasok air ke kolam, yang berasal dari Kali Banjaran dan Surobadak dengan luas tangkapan hujan mencapai 30 km. Gerumbul bunga Bougenville di pinggir kolam sedikit menyemarakkan suasana sepi.
Debit rerata setahun yang masuk ke kolam ini 2,1 m3/detik. Bendungan juga ada di ujung belakang Kolam Tando PLTA Ketenger yang cukup luas ini. Ada pintu air yang betonnya kekar, meski lempeng besinya menua. Pada saluran sebelum masuk kolam terlihat airnya sangat jernih. Fasilitas kolam tando ini tampak terawat dengan sangat baik.
Air yang jernih di Kolam Tando PLTA Ketenger Baturraden memperlihatkan beberapa ekor ikan yang hidup di kolam. Peninggalan Belanda yang masih elok ini wajib dikunjungi jika punya waktu luang ketika berkunjung ke Purwokerto. Namun ketiadaan angkutan umum reguler ke tempat ini membuat pejalan harus membawa kendaraan sendiri.
Kolam Tando PLTA Ketenger Banyumas
Alamat : Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, Banyumas. Lokasi GPS : -7.31393, 109.21072, Waze. Hotel di Purwokerto, Hotel di Baturraden, Tempat Wisata di Banyumas, Tempat Wisata Kuliner Banyumas, Peta Wisata Banyumas.Dari atas gundukan bukit yang dicapai dengan mendaki puluhan anak tangga, terlihatlah lintasan elok yang masih harus kami lewati untuk mencapai Kolam Tando PLTA Ketenger yang berada di ujung sana. Membutuhkan waktu sekitar 19 menit berjalan kaki menapaki lintasan dari titik ini sampai ke tepi Kolam Tando PLTA Ketenger Baturraden.
Ujung Kolam Tando PLTA Ketenger yang pertama saya lihat ketika sampai, diambil dari balik pagar jeruji besi yang mengelilingi kolam. Sebenarnya bisa masuk dari sini, namun saya kira digembok karena ada peringatan yang ditulis dengan huruf besar. Belakangan ketika meninggalkan tempat ini baru saya ketahui bahwa pintu itu hanya diselot.
Sebagian lintasan yang kami lalui untuk menuju ke Kolam Tando PLTA Ketenger. Kedua pipa beton sudah dikubur di bawah jalan, dan di atas sana di langit berkabut adalah Gunung Slamet.
Gubug dan sawah adalah dua hal yang tak terpisahkan. Jika anda pernah bekerja di sawah, apa pun yang dikerjakan di sana, akan terasa nikmatnya ketika beristirahat dan duduk di gubug, menggerumuti makanan hangat yang baru dibawa, serta menyeruput minuman. Itulah surga yang sederhana.
Di ujung sana di atas menara yang berwarna orange adalah Surge Tank, yang saya lihat setelah berjalan puluhan langkah dan membalikkan badan arah ke kedatangan. Surge Tank ini sebelumnya telah saya lihat ketika berkunjung ke Curug Bayan Kalipagu. Surge Tank menjadi pengaman bagi aliran air dari Kolam Tando PLTA Ketenger, yaitu untuk mengurangi water hammer yang bisa menyebabkan pecahnya pipa, juga untuk menampung air saat beban mendadak turun, memasok air pada saat pembebanan mendadak, dan fungsi lainnya.
Tengara yang dibuat Indonesia Power memberi informasi pada saya bahwa nama resmi instalasi ini adalah Kolam Tando Harian (KTH) PLTA Ketenger. Lalu ada data teknis di bawahnya, yaitu Volume Efektif 20.000 m3. Volume KTH 12.800 m3, Luas Permukaan 3.536 m2, Elevasi Tertinggi 658.00 m, Elevasi Terendah 655.00 m, Elevasi Dasar KTH 650.00 m, dan bahwa Kolam Tando PLTA Ketenger ini dibangun pada 1938.
Memunggungi Kolam Tando PLTA Ketenger, inilah sebagian lintasan yang baru saja kami lewati. Gerumbul bunga Bougenville di pinggir kolam sedikit menyemarakkan suasana sekitar yang sepi.
Dua buah pintu air di ujung sana itulah yang tampaknya mengatur asupan air ke kedua pipa beton yang kemudian digunakan untuk meggerakkan turbin di PLTA Ketenger. Di sebelah kirinya terdapat sebuah boks dengan tombol kontrol warna warni.
Pandangan lanskap pada tempat yang sama, memperlihatkan bentang jembatan kayu yang menyerupai dermaga, yang menghubungkan tepian kolam dengan roda kontrol pintu air di ujung sana.
Di sebelah kanan jalan dari arah kedatangan, terdapat saluran buangan yang saat itu kering tidak mengalirkan air. Saluran ini rupanya hanya dipakai jika ada kelebihan pasokan air di dalam Kolam Tando. Bunga Bougenville di sebelah kiri tampak mekar cantik.
Jalur jalan di sisi kanan Kolam Tando PLTA Ketenger yang saya lewati untuk menuju ke arah belakang di ujung sana, dimana tampak sebuah rumah jaga di bawah rimbun pepohonan. Ketika pulang saya lewat lintasan yang ada di dalam pagar.
Ada beberapa gerumbul Bunga Bougenville yang saat itu sedang mekar-mekarnya, yang sangat membantu memberi pemandangan yang cantik di tengah hamparan luas hijau rumput dan pepohonan di lereng Gunung Slamet ini.
Saluran buangan air yang terlihat lembab, namun tak ada aliran air di sana. Waktu itu sebenarnya sudah masuk musim penghujan, namun belum mencapai bulan puncaknya, sehingga kapasitas kolam sepertinya masih cukup memadai untuk menampung air.
Sebuah jembatan yang dibuat untuk menyangga aliran yang memasok air ke Kolam Tando PLTA Ketenger. Kolam Tando PLTA Ketenger menampung air dari Kali Banjaran dan Surobadak dengan luas tangkapan hujan mencapai 30 km. Debit rata-rata tiap tahun yang masuk ke kolam ini adalah 2,1 m3/detik.
Bangunan bendung yang berada di ujung belakang area Kolam Tando PLTA Ketenger. Bagian belakang area ini memiliki halaman yang lumayan luas. Saya agak berhati-hati ketika meniti pinggiran bendungan ini, karena jika tergelincir jatuh belum tentu Tri mendengar teriakan saya karena jaraknya cukup jauh dari bagian depan Kolam Tando PLTA Ketenger.
Sebuah pintu air yang struktur betonnya masih terlihat kekar, meskipun lempeng besinya sudah terlihat menua. Lokasinya masih berada di ujung belakang Kolam Tando PLTA Ketenger.
Ram-raman besi yang menjadi saringan aliran air sebelum memasuki Kolam Tando PLTA Ketenger, sehingga membuat airnya bersih dari kotoran dan sampah dedaunan atau ranting pohon.
Kolam Tando PLTA Ketenger dilihat dari depan bangunan pos jaga. Ada seorang petugas tengah berjaga saat itu yang bersiap-siap untuk pulang, menunggu penggantinya datang.
Pada lorong air sebelum masuk ke Kolam Tando PLTA Ketenger terlihat airnya terlihat sangat jernih. Fasilitas kolam tando ini tampak terawat dengan sangat baik. Tri tampak berjalan di sisi saluran.
Pandangan tegak pada lorong air di foto sebelumnya, yang sekali lagi memperlihatkan jernihnya air pegunungan yang lingkungan hutannya belum rusak. Kelebihan pasokan air tampak dibuang melalui celah di sisi kiri.
Kolam Tando PLTA Ketenger yang terlihat tenang namun bisa sangat berbahaya bila tergelincir ke dalamnya, jika tidak bisa berenang. Jika pun bisa berenang, namun siapa bisa bertahan hidup jika sampai tersedot masuk ke dalam pipa air yang begitu panjang.
Air jernihnya memperlihatkan adanya beberapa ekor ikan yang hidup di kolam ini. Melipir tepian kolam, kami meninggalkan tempat ini dengan membuka pintu pagar di ujung foto yang ternyata tidak dikunci, mengikuti petugas jaga Kolam Tando PLTA Ketenger yang berangkat pulang.
Perjalanan pulang dengan melintasi jalan yang sama ketika meninggalkan Kolam Tando PLTA Ketenger.
Besarnya pipa yang mengalirkan air dari Kolam Tando PLTA Ketenger bisa diperbandingkan dengan seorang anak yang kebetulan tengah berjalan di atasnya, diambil beberapa saat sebelum saya berbelok ke kiri untuk menuju kendaraan yang diparkir di halaman rumah penduduk.
Tri tampak berjalan di depan, beberapa meter sebelum berbelok ke kiri pada pertigaan yang ditandai dengan plastik biru itu, untuk menuju ke tempat kami meninggalkan kendaraan. Ada kepuasan tersendiri karena telah berkunjung ke tempat bersejarah nan elok ini.
Jalur pipa beton yang sangat mengesankan itu. Orang yang memiliki ide, dan mengeksekusinya, patut dipuji, siapa pun dia itu. Strukturnya yang sangat kokoh membuatnya bertahan selama puluhan tahun dan sanggup bertahan melewati beberapa kali perang.
Diubah: Desember 25, 2024.
Label: Banyumas, Baturraden, Jawa Tengah, Kolam, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.