Ini adalah BP3 kedua yang saya kunjungi, setelah BP3 Trowulan saat meminta ijin memotret Museum Trowulan. Ketidaknyamanan karena menunggu terobati dengan keramahtamahan Yayu saat berkeliling, ditambah penjelasannya yang membantu tentang koleksi yang disimpan di sini.
Lokasi gedung Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta berada di Jl. Yogya-Solo km 15, Bogem, Kalasan, Sleman. Saya terkesan ketika memasuki ruangan tempat penyimpanan benda-benda purbakala yang terlihat ditata dengan cantik, berpendingin ruangan, dan pengaturan penerangan koleksinya pun bisa dibilang juga baik.
Ruangan penyimpanan benda-benda purbakala bernilai sejarah tinggi yang disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Melihat kekayaan koleksinya, tempat ini mestinya dipromosikan sebagai salah satu tempat wisata wajib kunjung, baik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara yang datang ke Jogja. Diantara koleksi BP3 Yogyakarta adalah Arca Vajrapani, yaitu Dhyani Bodhisatva yang menguasai mata angin sisi Timur, terbuat dari perunggu, dalam posisi berdiri dengan tangan kanan memegang vajra, ditemukan di Glagah, Temon, Kulonprogo. Lalu ada Arca Ganesha yang terbuat dari perunggu ditemukan di kompleks Candi Prambanan.
Ada pula arca Bhairawa sebatas perut terbuat dari perunggu, di bagian bawahnya bretuliskan "HUM", ditemukan di Pencar, Sindurmartani, Ngemplak, Sleman. Ada Arca Amitabha, dhyani Buddha penguasa mata angin sisi Barat, menggambarkan musim panas dan berwarna merah, terbuat dari perunggu, ditemukan di Karangtanjung, Pendowoharjo, Sleman.
Koleksi BP3 Yogyakarta lainnya adalah Arca Mahesvari, salah satu dari tujuh Dewi Ibu (saptamatara atau saptamatrika) serta pendamping Mahesvara (Siwa Mahadewa). Arca ini berkepala lima, bertangan empat, namun satu tangan rusak, memegang trisula, aksamala, sikap waramudra. Bermahokota jatamakuta, kundala, hara, keyura, dan kankana.
Prasasti Rumwiga di BP3 Yogyakarta berupa tiga lempeng tembaga yang ditemukan di Gedongan, Srimulyo, Piyungan, Bantul, pada 1981. Lempeng I berangka 826 Saka, ditulis bolak-balik dengan huruf dan bahasa Jawa Kuna, berisi permohonan pengurangan pajak. Prasasti Rumwiga II berangka 827 Saka, berisi permohonan anugerah mapasang gunung. Ada Arca-arca perunggu yang berasal dari Surocolo, Seloharjo, Pundong, Bantul. Arca-arca ini ditemukan pada 1976 oleh Sudarnowijono ketika menggali tanah untuk mengurug lantai rumahnya. Ada Vajragantha, dewi pemikat dan pengikat Vinayaka, dewi pemikat dan penjaga pintu mandala; Vajrasphota, dewi pemikat dan penjaga pintu mandala.
Juga Vajralasi, dewi tari, penjaga pintu mandala; Haysya, penjaga pintu mandala, berbadan manusia berkepala kuda; Sukaraysa, penjaga pintu mandala, berbadan manusia berwajah babi; Vajraraga, bodhisttva cinta; Vjraloka atau Vajradipa, dewi pelita, wewangian dan cahaya; Vajradupa, satu dari empat dewi wewangian, kedua tangan memegang dupa. Lalu ada arca Vajraraksa, satu dari 16 bodhisttva; Vajrabhasa, bodhisttva; Mukunda, dewi musik, memainkan membranophone; Muraja,dewi musik, memainkan sejenis tamborin; Vamsa, dewi Musik, kedua tangan memainkan seruling; dan Vajragiti, dewi nyanyian, kedua tangan memainkan alat musik Vina asal India berdawai tujuh
Sebuah lingga di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta terlihat sangat menarik, terbuat dari batu granit yang ditatah halus. Lingga ini ditemukan di Candi Kedulan, berasal dari abad IX M / 791 S. Aspek utama Lingga adalah melambangkan api atau cahaya, perwujudan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki oleh seorang raja.
Koleksi Genta terbuat dari perunggu yang ditemukan pada 1989 di Jetis, Tirtoadi, Mlati, Sleman. Genta ini diperkirakan dibuat pada abad VIII, seumuran dengan Candi Kalasan. Mungkin di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta inilah untuk pertama kalinya saya melihat sebuah lingga dengan ukiran huruf kuna di permukaannya.
Prasasti Pananggaran yang disimpan di BP3 Yogyakarta terlihat utuh dan cantik, terbuat dari batu andesit yang ditemukan pada 2002, juga di Candi Kedulan. Prasasti dari abad IX M ini ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa Kuna, terdiri dari 14 baris, berpenanggalan 15 Agustus 869 M, berisi penetapan tanah perdikan dan bendungan di Pananggaran.
Sebuah Arca Siva Mahadewa dari perunggu berdiri di atas padmasana (teratai) dengan sikap samabbhanga (tegak lurus). Arca ini ditemukan di Kricak Kidul, Tegalreja, Yogyakarta. Pelupuk matanya berlapis perak, dan bibirnya berlapis emas. Sebagai mahadeva, Siwa menggunakan upavita (tali kasta) berupa ular, dan berpakaian kulit harimau. Di bawah padmasana terdapat nandi (kerbau) sebagai binatang tunggangannya. Di belakangnya terdapat prabha (simbol cahaya) berhias lidah api, kepalanya memakai jatamukuta (rambut yang dipilin menjadi mahkota) berhias bulan sabit dan ardhacandrakapala (tengkorak). Tangan memegang trisula, aksamala (tasbih), kendi dan camara (pengusir lalat).
Arca Wamana Triwikrama, menggambarkan saat Dewa Wisnu menjelma menjadi Wamana (orang kerdil) dan meminta Daitya Bali yang lalim agar diberi tanah seluas tiga langkah. Dengan triwikrama (tiga langkah) Wisnu menguasai bumi, angkasa dan surga. Pemujaan Wisnu muncul di abad VIII - IX M, untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan.
Arca Narasimha juga disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta, terbuat dari batu andesit, ditemukan pada 1975 di Candi Ijo, sebagai jelmaan Wisnu yang berbadan manusia berwajah Singa. Wisnu turun ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari kekejaman raksasa Hiranyakacipu yang hanya bisa dibunuh ketika senja.
Di ruang penyimpanan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta ada pula Prasasti Sumundul, terbuat dari batu andesit, ditemukan di Candi Kedulan pada tahun 2002. Prasasti ini juga berasal dari abad IX M, ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa Kuna, terdiri dari 15 baris, berpenanggalan 15 Agustus 869 M (791 Saka).
Batu lingga di BP3 Yogyakarta yang disebut Prasasti Salimar IV ditemukan pada 25 Desember 1957 oleh tukang gali ketika membangun kompleks SMA De Britto di Demangan, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Prasasti Salimar VI ditemukan pada Juli 1988, dibuat dari bahan andesit, ditulis dengan huruf dan bahasa Jawa Kuna sebanyak dua baris.
Salimar adalah hutan berstatus tanah perdikan yang diberikan Raja Mataram Kuno Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala kepada Sang Hakim dan Eksekutor Hukum Syariat Agama Sang Pamgat Balakas pada 880 M. Salimar, kini Sleman, diapit Desa Kandang dan Pakuwani, dan dipasang 6 patok di sekelilingnya. Prasasti Salimar adalah patok itu.
Ada pula Prasasti Ratu Boko terbuat dari batu andesit yang ditemukan di kompleks Ratu Boko, Bokoharjo, Prambanan, Sleman, ditulis dengan aksara Jawa Kuna berbahasa Sanskerta. Prasasti berangka tahun 792 M ini menyebutkan bahwa Raja Tejapurnama Panangkaran (diduga Rakai Panangkaran) telah memerintahkan pembangunan Abhayagiriwihara.
Lalu ada Arca Ganesha yang ditemukan pada 1980 di Sinden II, Selomartani, Kalasan, Sleman, dari abad VIII - IX M. Juga Arca Resi Agastya yang ditemukan di Candi Ijo dari abad IX - X M. Resi Agastya sangat berjasa dalam menyebarkan agama Hindu ke Selatan, termasuk ke Indonesia. Sering digambarkan dalam posisi berdiri, berkumis dan berjenggot panjang, perut agak buncit, memegang kendi dan tasbih, serta ada sebuah trisula.
Koleksi peninggalan purbakala yang disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta ini sangat beragam dan sungguh sangat mengesankan. Ketika berpamitan, Yayu memberi saya sejumlah jurnal dan majalah arkeologi serta buku tentang koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta yang telah diterbitkan.
Sudah semestinya jika peninggalan leluhur bernilai sejarah tinggi yang disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta ini dipromosikan secara luas sehingga bisa dinikmati dan dipelajari oleh masyarakat banyak, agar menjadi inspirasi dan bisa ikut membantu menumbuhkan jati diri sebagai bangsabu yang berbudaya.
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala ( BP3 ) Yogyakarta
Alamat : Jl. Yogya-Solo km 15, Bogem, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Telp: +62-274-496019, +62-274-496419. Lokasi GPS : -7.75706, 110.482, Waze. Tempat Wisata di Sleman, Peta Wisata Sleman, Hotel di Yogyakarta.Arca Siva Mahadewa dari perunggu yang berdiri di atas padmasana (teratai) dengan sikap samabbhanga (tegak lurus). Arca ini ditemukan di Kricak Kidul, Tegalreja, Yogyakarta. Pelupuk matanya berlapis perak, dan bibirnya berlapis emas. Sebagai mahadeva, Siwa menggunakan upavita (tali kasta) berupa ular, dan berpakaian kulit harimau. Di bawah padmasana terdapat nandi (kerbau) sebagai binatang tunggangannya. Di belakangnya terdapat prabha (simbol cahaya) berhias lidah api, kepalanya memakai jatamukuta (rambut yang dipilin menjadi mahkota) berhias bulan sabit dan ardhacandrakapala (tengkorak). Tangan memegang trisula, aksamala (tasbih), kendi dan camara (pengusir lalat).
Bentuk batu lingga yang disebut Prasasti Salimar IV ini ditemukan pada 25 Desember 1957 oleh tukang gali ketika membangun kompleks SMA De Britto di Demangan, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Prasasti Salimar VI ditemukan pada Juli 1988, dibuat dari bahan andesit, ditulis dengan huruf dan bahasa Jawa Kuna sebanyak dua baris.
Lempeng I dari Prasasti Rumwiga II yang ditemukan di Dusun Gedongan, Srimulyo, Bantul pada 1981. Prasasti terbuat dari perunggum, yang terdiri dari dua lempeng dan ditulis pada satu sisi dengan huruf dan bahasa Jawa Kuno, berangka tahun 827 Saka. Lempeng I berisi permohonan anugerah mapasang gunung.
Ada Arca-arca perunggu yang berasal dari Surocolo, Seloharjo, Pundong, Bantul. Arca-arca ini ditemukan pada 1976 oleh Sudarnowijono ketika menggali tanah untuk mengurug lantai rumahnya. Arca dalam posisi berdiri adalah: Vajragantha, dewi pemikat dan pengikat; Vinayaka, dewi pemikat dan penjaga pintu mandala; Vajrasphota, dewi pemikat dan penjaga pintu mandala; Vajralasi, dewi tari, penjaga pintu mandala; Haysya, penjaga pintu mandala, berbadan manusia berkepala kuda; Sukaraysa, penjaga pintu mandala, berbadan manusia berwajah babi.
Sedangkan arca dalam posisi duduk adalah: Vajraraga, bodhisttva cinta; Vjraloka atau Vajradipa, dewi pelita, wewangian dan cahaya; Vajradupa, satu dari empat dewi wewangian, kedua tangan memegang dupa; Vajraraksa, satu dari 16 bodhisttva; Vajrabhasa, bodhisttva; Mukunda, dewi musik, memainkan membranophone; Muraja,dewi musik, memainkan sejenis tamborin; Vamsa, dewi Musik, kedua tangan memainkan seruling; Vajragiti, dewi nyanyian, kedua tangan memainkan alat musik Vina asal India berdawai tujuh.
Koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Diantaranya adalah arca Vajrapani, yaitu Dhyani Bodhisatva yang menguasai mata angin sisi Timur, terbuat dari perunggu, dalam posisi berdiri dengan tangan kanan memegang vajra, ditemukan di Glagah, Temon, Kulonprogo.
Tiga buah genta dan dan talam berukuran besar terbuat dari perunggu dengan reief cantik di tengahnya. Talam perunggu dengan relief sebesar ini baru pertama kali saya lihat di BP3 Yogyakarta ini.
Sebelah kanan adalah arca Vajrapani, dan sebelah kiri adalah Arca Ganesha dengan detail indah yang ditemukan di kompleks Candi Prambanan, terbuat dari perunggu.
Sebelah kiri adalah Arca Amitabha, dhyani Buddha yang menguasai mata angin sisi Barat, menggambarkan musim panas dan berwarna merah, terbuat dari perunggu, ditemukan di Karangtanjung, Pendowoharjo, Sleman.
Sejumlah fragmen gerabah yang disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta.
Arca Mahesvari di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta, yang merupakan salah satu dari tujuh Dewi Ibu (saptamatara atau saptamatrika) serta pendamping Mahesvara (atau Siwa Mahadewa di era Jawa Tengah Kuna). Arca Mahesvari ini berkepala lima, bertangan empat, namun salah satu tangannya telah rusak. Tangan lainnya memegang trisula, aksamala, dengan sikap waramudra. Menggunakan mahokota jatamakuta, kundala, hara, keyura, dan kankana.
Prasasti Ratu Boko juga disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Prasasti yang terbuat dari batu andesit ini ditemukan di kompleks Ratu Boko, Bokoharjo, Prambanan, Sleman, ditulis dengan aksara Jawa Kuna dengan bahasa Sanskerta. Prasasti berangka tahun 792 M ini menyebutkan bahwa Raja Tejapurnama Panangkaran (diduga Rakai Panangkaran) telah memerintahkan pembangunan Abhayagiriwihara.
Kapak batu yang berasal dari Karangmojo, Gunung Kidul, ini merupakan senjata pada masa prasejarah yang dibuat dari batu calsedon. Jenis batu yang juga disebut batu api yang kuat ini sekarang digunakan sebagai batu akik.
Arca Ganesha di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta ini ditemukan pada 1980 di Sinden II, Selomartani, Kalasan, Sleman, dan diperkirakan berasal dari abad VIII – IX M. Selain dipuja sebagai dewa ilmu pengetahuan dan perdamaian (karenanya sering digunakan sebagai lambang di beberapa perguruan tinggi), Ganesha atau Ganapati juga dipuja sebagai dewa penolak bahaya, sehingga sering ditemukan berada di tempat berbahaya, seperti di penyeberangan sungai dan jurang.
Sebuah genta dengan ornamen cantik terbuat dari perunggu di berasal dari daerah Gamping, Sleman. Genta ini digunakan untuk memanggil umat dalam upacara keagamaan.
Genta pada foto sebelumnya, dilihat dari samping, lengkap dengan pemukul yang diletakkan di sampingnya. Binatang mistik pada puncak genta, yang ekornya dipakai buat pengait rantai, berdiri di atas padma.
Arca-arca yang diletakkan dengan rapi di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Diantaranya adalah Arca Narasimha dan Arca Wamana Tiwikrama.
Arca yang sangat indah dan menarik di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta ini disebut Wamana Triwikrama. Dewa Wisnu menjelma menjadi Wamana (orang kerdil) dan meminta kepada Daitya Bali yang sangat lalim agar kepadanya diberikan tanah seluas tiga langkah. Setelah dikabulkan, maka dengan triwikrama (tiga langkah) Wisnu pun menguasai bumi, angkasa dan surga. Pemujaan pada Dewa Wisnu muncul pada periode klasik Jawa Tengah di abad VIII – IX M, bertujuan untuk menyelamatkan dunia karena kekacauan yang dianggap telah mencapai puncaknya. Arca yang terbuat dari batu andesit ini ditemukan pada 1989 oleh Bp Trimorejo.
Sebuah Arca Narasimha yang disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Arca ini terbuat dari batu andesit, ditemukan pada 1975 di Candi Ijo, sebagai penjelmaan Dewa Wisnu yang berbadan manusia berwajah Singa. Wisnu turun ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari kekejaman raksasa Hiranyakacipu yang hanya bisa dibunuh ketika senja. Munculnya Narasimha menyusul timbulnya kekacauan pada masa Kertayuga, di awal berdirinya Kerajaan Mataram Hindu abad VIII – IX M. Pemujaan terhadap Narasimha mengandung harapan agar kekacauan itu bisa segera berakhir.
Sisi lain dari arca-arca yang diletakkan dengan rapi di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Diantaranya, di sebelah kanan, adalah Arca Resi Agastya yang ditemukan di Candi Ijo, berasal dari abad IX – X M.
Resi Agastya diakui sangat berjasa dalam menyebarkan agama Hindu ke Selatan, termasuk ke Indonesia. Sering digambarkan dalam posisi berdiri, dengan dua tangan, berwajah tua, berkumis dan berjenggot panjang, perut agak buncit, memegang kendi dan tasbih, serta di samping belakangnya ada sebuah trisula.
Sebuah Lingga di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta yang terlihat sangat cantik, terbuat dari batu granit yang ditatah halus. Lingga ini ditemukan di Candi Kedulan, berasal dari abad IX M (791 Saka). Aspek utama Lingga adalah melambangkan api atau cahaya, sebagai perwujudan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki oleh seorang raja.
Jaladwara terbuat dari batu andesit asal Ngentak, Menjing, Berbah, Sleman, dari abad X M. Jaldwara adalah binatang bawah mirip ikan, mulutnya menganga dan terdapat lubang. Bibir atasnya melingkar ke atas seperti belalai gajah yang diangkat. Di bagian belakang terdapat ekor panjang yang berfungsi sebagai saluran air. Jaladwara biasanya diletakkan di sudut-sudut bangunan candi sebagai penyalur air saat hujan turun untuk menyiram bangunan candi. Arca Jaladwara ini ditemukan pada 21 Januari 2007 oleh Saptowahono pada saat mencari pasir di Sungai Opak.
Jaladwara lainnya yang juga dibuat dari batu andesit asal Ngentak, Menjing, Berbah, Sleman, dari abada X M. Kondisi Jaldwara ini masih baik dengan stiliran tampak jelas. Jaladwara ini ditemukan oleh Sajiyo saat mencari pasir di Sungai Opak.
Arca Wisnu naik Burung Garuda yang dibuat dengan batu andesit dari abad IX-X M, hasil sitaan Kores 966 Sleman. Penggambaran Wisnu duduk di atas burung Garuda memperlihatkan peran Wisnu sebagai dewa pemelihara dunia untuk mengusir segala kejahatan yang mengganggu kententraman. Garuda bersedia menjadi wahana Wisnu dengan imbalan mendapat kehidupan abadi dan berkedudukan lebih tinggi. Garuda menjadi lambang keberanian, pengusir kegelapan dan kejahatan.
Prasasti Pananggaran di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta yang terlihat utuh dan cantik, terbuat dari batu andesit, ditemukan pada 2002 di Candi Kedulan. Prasasti ini berasal dari abad IX M, ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa Kuna, terdiri dari 14 baris, berpenanggalan 15 Agustus 869 M, berisi penetapan tanah perdikan dan bendungan di Pananggaran.
Prasasti Sumundul yang terbuat dari batu andesit, ditemukan di Candi Kedulan pada tahun 2002. Prasasti ini juga berasal dari abad IX M, ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa Kuna, terdiri dari 15 baris, berpenanggalan 15 Agustus 869 M (791 Saka).
Peta Situs Keraton Boko di BP3 Yogyakarta, yang sayangnya saya lihat setelah berkunjung ke situs itu. Dari peta ini bisa dilihat luasnya area situs, serta peninggalan apa saja yang ada di sana.
Sebuah peta di BP3 Yogyakarta yang menggambarkan lokasi seberan situs yang ada di kawasan Prambanan. Sebagian kawasan ini masuk wilayah Sleman, dan sebagian lagi masuk wilayah Klaten.
Tampak depan gedung Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Bukan suatu kebetulan mengapa foto gedung ini saya ambil belakangan, karena belum tentu saya diijinkan untuk melihat koleksi peninggalan bersejarah yang ada di sana.
Sebuah Yoni berukuran cukup besar dengan cerut cukup panjang dan disangga kepala naga diletakkan di tempat terbuka di halaman gedung BP3 Yogyakarta. Sejumlah arca lainnya juga terlihat diletakkan berjajar di depan gedung.
Papan tengara gedung Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta yang berada di Jl. Yogya-Solo km 15, Bogem, Kalasan, Sleman.
Diubah: Desember 15, 2024.
Label: Museum, Purbakala, Sleman, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.