Setelah berjalan kaki sampai di Patung Sarapung Korengkeng dari tempat menginap di Roong, dan usai memotret patung pahlawan Perang Tondano yang gagah berani di ujung Boulevard Tondano itu, kami pun naik angkutan kota dan turun kurang dari 5 menit berikutnya di depan Taman Kota Tondano.
Tondano adalah sebuah kota yang belum begitu sibuk, ketika itu, dan jalanannya masih cukup nyaman dilewati dengan segala macam jenis alat transportasi, Jika tak membawa kendaraan sendiri, maka pilihannya adalah dengan menggunakan angkutan kota atau bendi yang ditarik seekor kuda.
Tengara nama Taman Kota Tondano yang dibuat cukup baik, dan mungkin sekarang sudah diganti dengan bahan yang lebih baik, sesuai kecenderungan belakangan ini seperti misalnya seperti yang ada di Taman Menteng atau Pantai Kartini. Di dalam area Taman Kota Tondano yang hijau ini terdapat sebuah gazebo yang biasa dipergunakan untuk bertemu dan bersantai.
Di belakang sana terdapat sejumlah relief pada dinding depan monumen Taman Kota Tondano dengan sebuah patung yang menjadi lambang Minahasa berupa burung Manguni (sejenis burung hantu) serta kalimat pembangkit semangat 'I Yayat U Santi'. Kalimat yang pertama kali saya lihat di Patung Sarapung Korengkeng itu juga ada di bawah relief ksatria Minahasa yang di sebelah kiri tugu monumen.
Ada bangunan cantik yang tampak oleh mata yang ternyata adalah gedung GPdI Pusat Kota Tondano dengan menara kembar. Lokasinya berada di sebelah kanan Lapangan Sam Ratulangi Tondano. GPdI adalah kependekan dari Gereja Pantekosta di Indonesiam untuk membedakannya dengan GPI yang adalah Gereja Protestan di Indonesia. Nama sebelumnya adalah Vereeniging De Pinkstergemeente in Nederlandsch Oost Indie, merupakan salah satu denominasi Pantekosta terbesar di Indonesia.
Sebuah delman tampak tengah berhenti di depan monumen yang didirikan di Taman Kota Tondano. Delman itu kemudian kami sewa untuk pergi mengunjungi Makam Sam Ratulangi yang letaknya sekitar 1 km dari Taman Kota Tondano.
Kalimat di bawah relief ksatria Minahasa di sebelah kanan berbunyi 'Pakatuan wo Pakalawiren'. Sebuah kalimat yang sering diucapkan oleh orang Minahasa setelah selesai berpidato, yang berarti 'Semoga lanjut usia dan lestari'.
Di sebelah kanan relief ksatria Minahasa itu terdapat tulisan 'Cita2ku sampai di puncak Gunung Kalabat, tetapi sayang kaki hanya sampai di Airmadidi'. Kalimat itu merupakan kutipan ucapan Sam Ratulangi yang terkenal, mengungkapkan cita-citanya agar Indonesia berperan penting di kawasan Asia Pasifik namun semasa hidupnya cita-cita itu belum tercapai, dan ia berharap agar generasi muda meneruskan cita-citanya.
Tugu Proklamasi setinggi 15 meter ini, yang agak menyerupai Monumen Nasional di Jakarta, terletak di perempatan jalan di pojok Taman Kota Tondano. Jika di Monas ada dek pandang, maka Tugu Proklamasi di pusat kota Tondano yang diresmikan oleh H.V. Worang pada 17 Agustus 1975 itu tak memilikinya.
Taman bisa menjadi tempat yang baik untuk bersosialisasi bagi warga, lintas generasi dan lintas suku agama serta kepercayaan, selain sebagai paru-paru kota. Karenanya kelengkapan fasilitas pendukung di Taman Kota Tondano Minahasa menjadi sangat penting.
Salah duanya adalah Wifi dan tempat bermain anak yang aman dan nyaman, yang sudah merupakan hal biasa di banyak tempat sekarang ini. Semoga saja fasilitas taman kota di Tondano ini bisa lebih banyak dan lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
Taman Kota Tondano
Alamat : Pusat Kota Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Lokasi GPS : 1.3005826, 124.9109191, Waze. Tempat Wisata di Minahasa, Peta Wisata Minahasa, Hotel di Manado.Diubah: Agustus 26, 2020. Label: Minahasa, Sulawesi Utara, Taman, Tondano
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.